Share

Kontrak Anak

last update Last Updated: 2023-06-02 22:03:46

"Siapa wanita yang tadi dibawa Marco?”

Sementara itu di kediaman saudara tiri Marco, kejutan yang diberikan oleh Marco membuat bincang siang mereka terasa kian berat.

“I don’t know, mom,” jawab wanita cantik berambut sebahu di dekat guci besar.

“Tapi dia cantik. Rambutnya yang panjang bergelombang, bibir merah merona, wah ... pakai baju saja dia seindah itu apalagi tidak.”

“Hei, Reza!” seru dua wanita di dekatnya itu bersamaan.

“Yah ... ternyata adikku sudah besar.”

“Stop nonton film biru atau otongmu mama bikin impoten.”

Bila sang kakak membela, mamanya kelihatan kurang senang. Dia senang kalau melihat anaknya ketakutan sambil merapatkan kaki guna menyembunyikan senjata pusakanya.

“Di mana dia dapat perempuan secepat itu? Bukannya kemarin dia masih jomlo?”

“Wanita itu sudah ada bersamanya sejak dua hari lalu.”

“Kamu kok bisa tahu?”

“Anak buah Reza yang kasih tahu.” Pria berkulit sawo matang itu terlihat menyembunyikan sesuatu dari mama dan kakaknya.

“Yah anak mama yang tampan, ternyata sudah dewasa sekarang.” Dia menepuk pundak anaknya bangga, tanpa menaruh curiga sama sekali. “Jadi rencana yang kamu bilang tempo hari ternyata ini. God job, honey. Teruskanlah.”

“Jangan hanya ngikutin tetapi gali informasi sebanyak-banyaknya.”

“Iya, kak,” jawabnya dengan nada mengejek. “Aku juga akan cari tahu di mana dia bisa bertemu wanita cantik sepertinya.” Kata-kata itu untuk dirinya sendiri tetapi kuping mamanya tajam. Hampir saja pipinya lebam dapat tinjuan dari sang mama.

“Bisa tidak kalian fokus sedikit. Kita ada masalah lain sekarang. Dokumen yang kita curi ternyata dicuri lagi! Siapa yang berani bermain-main dengan kita? Ahhhhh!” Bayangkan ledakan nuklir Tsar Bomba 1961, kira-kira seperti itulah ledakan kemarahan ibu tiri Marco.

Dua anaknya cuman bisa menutup kuping takut-takut.

“Raina kamu cari tahu siapa pencuri itu. Dan kamu Reza, tetap lanjutkan misimu. Satu bulan lagi rapat pemegang saham kalau kita bisa menumbangkan Marco, kalian akan menjadi satu-satunya pemilik Barkley. Paham?”

“Iya, mam.”

“Ok, mom,” jawab Raina sambil mengacungkan jempol.

“Anak itu kenapa susah sekali sih hancurnya?”

Kenapa pohon bisa tahan terhadap angin kencang? Jawabannya sederhana, karena akar-akarnya kuat. Jadi, mengapa Marco tidak tumbang meskipun mama dan saudara tirinya selalu menghadirkan banyak masalah buatnya? Karena pondasi dasar yang dia miliki kuat.

Menjadikannya pebisnis ulung yang ditakuti oleh lawan bisnisnya. Caranya bermainnya terkadang brutal tanpa ampun, terkadang juga licik seperti kancil atau bisa jadi menggunakan keduanya.

Malang melintang sedari kecil, membuatnya paham bahwa dunia bisnis itu adalah dunia yang paling mengerikan. Salah strategi sedikit saja, ganjarannya sudah jelas adalah kehancuran.

Terkadang ada keinginan untuk berhenti. Namun, rasa tidak terima membuatnya berpikir ulang tentang keinginannya tersebut. Musuh-musuh papanya sewaktu masih hidup dulu, seperti harta turun temurun. Ditambah lagi mama dan saudara tirinya yang tamak, tentu dia tidak boleh menyerah begitu saja.

Oleh sebab itu, ketika kemenangan hampir digenggaman dia akan terus bertahan. Mengenyahkan semua tantangan, step by step. Dan memberikan jawaban paling masuk akal kepada sang nenek termasuk salah satunya.

“Marco, Marina kenapa kalian diam saja. Jelaskan kontrak apa yang kamu maksud tadi!”

Marco menghela napas panjang. Kepalanya kembali terasa pening. Sedangkan Marina ekspresinya lebih ke takut. Padahal sempat terbesit niatan untuk jujur tentang statusnya. Sayang sekali, niat tersebut langsung pupus ketika membaca raut wajah nenek Marco. Wanita tua renta yang tadi menyambutnya hangat, dengan tatapan sendunya mengingatkan Marina pada almarhum neneknya. Dia jadi tak tega jujur.

“Kontrak anak, nek.”

Marina cukup terkejut dengan jawaban Marco. Namun, yang paling kaget di sini tentu saja neneknya.

“Setelah menikah nanti, Marco tidak akan memaksa Marina mau punya anak atau tidak.”

“Kenapa? Kamu tidak mau punya anak darinya atau kamu tidak bisa punya anak, Marco?” Dia tak menyangka dengan ucapannya sendiri. Lalu dalam sekejap berubah histeris. “Kamu impoten, nak? ‘Itu’ mu tidak bisa berdiri?”

Mata Marina tanpa sadar mengikuti ke mana nenek Marco menatap. Beberapa detik setelah dia sadar bahwa itu salah, dia langsung membuang pandangan sambil senyum-senyum sendiri.

“Bukan-bukan, nek. Bukan itu maksud, Marco.”

“Pokoknya besok kamu ke tukang urut. Nanti nenek carikan yang bisa buat perkasa, berotot dan tahan lama.”

Membayangkannya saja, sudah menggelikan. Marina menggigit bibir menahan tawa.

“Tukang urut?” Marco menolak usul itu mentah-mentah. Dia merasa tubuhnya dalam keadaan baik dan berfungsi dengan normal. “Punya Marco masih bisa berdiri!” tekannya.

Mata Marina tak bisa dikendalikan, langsung ke arah tubuh bagian bawah Marco. Baru setelah Marco menatap tajam, dia kaget dan buang muka.

“Benarkah?” Sesaat neneknya seakan tak percaya, tetapi setelahnya dia bisa bernapas dengan lega. “Syukurlah kalau begitu. Jadi kalau memang tidak ada yang bermasalah, kenapa harus pakai kontrak-kontrak segala?”

“Marco cuman ngak mau Marina menderita mikirin calon penerus. Kasihan kalau dia sampai kepikiran. Dan juga itu untuk mengendalikan diri Marco sendiri.”

“Kamu benar-benar pembuat skenario yang buruk,” ledek Marina dalam hati.

“Sampai segitunya kamu mikirin perasaan calon istrimu?”

“Euhm, tentu saja. Karena Marco adalah calon suaminya.”

Marina refleks menutup mulut, hampir muntah.

“Benar begitu ‘kan ....” Marco tak mungkin jatuh sendiri. Marina harus turut serta. “Calon istriku?” Dia menyeringai. Membuat Marina ingin sekali menampolnya.

“Tetaplah seperti ini selamanya, nak. Nenek melihat ada chemistry yang kuat di antara kalian berdua. Bila kalian bersama, hubungan pernikahan kalian akan langgeng sama seperti kakek dan nenek.”

“Amin.”

Niat hati ingin bergurau, Marina justru ketar-ketir dibuat jawaban Marco barusan. “Kenapa harus di aminkan. Bukankah ini hanya nikah kontrak?” gumamnya.

“Yah sudah sekarang nenek masuk dan istirahat, Marco masih mau ngomong sama Marina.”

“Iya-iya. Nenek ngak akan ganggu kalian lagi. Oke, selamat malam.”

Setelah neneknya menghilang dibalik pintu, Marco segera menghela napas panjang seperti habis maraton lama. Marina mengedikkan bahu, memberi kode agar Marco melepas pelukannya.

“Sekarang bagaimana? Aku tidak mau kontrak itu diperpanjang. Aku mau cari Nathan sendiri saja.”

“Selama ini aku sudah sabar menghadapimu, tapi kelihatannya kamu terus memancing amarahku.”

“Sa-sakit. Lepas!” Lengan kecilnya seperti ranting kering yang diremukkan oleh tangan kokoh Marco.

“Aku tidak akan ragu melenyapkanmu dengan tanganku ini.” Bukannya melonggarkan, Marco justru makin menguatkan cengkeramannya.

Air mata Marina meleleh. Dia tidak bohong soal rasa sakit itu.

“Kuharap kamu mau menuruti ucapanku, Marina. Kamu sopan, aku segan.”

Mau tidak mau Marina harus mengakui bahwa posisinya sekarang di rantai makanan paling terbawah. Lemah sekali.

“Besok pagi akan aku berikan kontrak yang baru. Sekarang masuk ke kamarmu dan jangan berbuat yang aneh-aneh atau selamanya kamu tidak akan lepas dariku.”

Tubuh Marina didorong kasar oleh Marco. Lalu setelahnya pria itu melengos masuk, meninggalkan Marina yang masih mematung di tempatnya. Melanjutkan tangisannya.

“Apa aku terlalu kasar?” Di dalam kamarnya, rasa bersalah tiba-tiba muncul. Telapak tangan besarnya ditatap cukup lama. Sampai ponselnya bergetar setelah sebuah pesan masuk dari anak buah. Di sana tertulis jelas bahwa, orang yang mencuri dokumennya berhasil kabur. Sudah berhasil ditemukan, tetapi dalam keadaan tidak bernyawa lagi.

“Siapa yang sudah berani mendahuluiku?”

Related chapters

  • Bukan Nikah Kontrak   TTD Kontrak

    “Kenapa bisa lepas?”Sesaat setelah mendapat pesan dari anak buahnya, Marco pergi menemui mereka di rumah sakit. Tepatnya di kamar mayat. Marco yang putuskan sendiri tetap membiarkan mayatnya di autopsi terlebih dulu.“Maafkan kami, bos.”Mereka bisa saja sasaran empuk kemarahan Marco. Namun, tak akan dilakukan demi menjaga tubuhnya dari seragan darah tinggi. Bila menilik dari sisi lain masalah ini, pria yang kini terbujur di depannya, bisa membersihkan tangannya dari darah. Berarti kalau ada apa-apa, bukan dia yang akan kena getah. Sebagai bahan pertimbangan lain Marco membatalkan niat marah-marahnya.“Tetap cari tahu apakah ini suruhan si rubah licik atau ada orang lain yang ingin bermain-main denganku.”“Baik, bos. Siap, bos!”Karena urusannya sudah selesai, Marco kembali berkendara di tengah dinginnya malam kembali ke rumah. Ada yang mesti dia lakukan sebelum fajar kembali menyingsing. Hal itu adalah kontrak dengan calon istri bohongannya.Tak banyak hal yang perlu diubah,

    Last Updated : 2023-06-03
  • Bukan Nikah Kontrak   Coyote dan Shoebill

    “Marco itu memang tampan, tapi sayang perangai buruk. Emosinya setipis tisu. Gesekan sedikit saja, emosinya bisa langsung tersulut. Semoga saja tuanya tidak hipertensi kayak kakeknya.”“Jadi nyalahin aku. Aku tekanan darah tinggi bukan karena suka marah-marah loh.” Kakek Marco langsung protes. “Perasaan dari tadi aku diam saja, kenapa jadi malah kena sasaran?”“Masa sih? Kamu ‘kan mudanya kayak anak dan cucumu.”“Kalau gantengnya, harus aku akui.”Marina menghela napas panjang. Berada di dekat dua orang ini, membuatnya harus punya rasa sabar seluas semesta. Apalagi meladeni semua kerandoman yang dimiliki dua orang tua tersebut. Meski begitu perasaan Marina jauh lebih tenang. Bila membandingkan hidupnya, hanya orang tua dari papanya yang punya rasa sayang untuknya, itu pun tidak lama. Kakek nenek dari sang mama, malah tak pernah melihat wajahnya sama sekali. Perang dingin antar keluarga adalah penyebab hal tersebut terjadi.Setiap kali almarhum papanya mengajak liburan ke rumah s

    Last Updated : 2023-06-04
  • Bukan Nikah Kontrak   Daftar Kebutuhan Cewek

    “Kenapa kita ke rumah sakit? Nathan sakit? Dia sakit apa?”Pengkhianatan Nathan memang menyakiti perasaan Marina. Namun, rasa cinta itu tetap ada. Marina mencintainya tulus. Nathan harusnya bersyukur untuk hal ini, bukannya malah berkhianat.Marco melirik, dia pilih tetap diam. Memikirkan bahwa Marina akan heboh, jejeritan di depan rumah sakit, mereka akan jadi bahan tontonan, lebih baik di depan kamar mayat saja baru dijelaskan. Kalau pun nanti dia teriak-teriak, tak akan ada yang bakal terganggu kecuali mayat-mayat itu bisa hidup lagi.“Nathan sakit?” Merasa dianggurin, jaket Marco dia tarik-tarik. “Dia sakit apa, Marco?” Menatap pemilik mata kacang kastanye itu penuh harap. “Puhh!” Makin tak tega menyembunyikannya lama-lama. Satu jari telunjuknya terarah pada tulisan ruangan ‘Kamar Mayat’ di depan pintu.Begitu Marina mengikuti petunjuk Marco, seluruh tubuhnya seketika bergetar hebat. Matanya diselimuti kaca bening yang tak butuh waktu lama untuk pecah dan mengalirkan rasa

    Last Updated : 2023-06-05
  • Bukan Nikah Kontrak   Rencana busuk mama tiri

    “Kematian pria itu tidak wajar. Harus kita selediki.”“Tetapi, dia ‘kan musuh bos, kenapa sampai segitunya diselidiki? Bisa dibiarkan saja, malah justru bagus dendam bos terbalaskan tanpa perlu mengotori tangan sendiri.”Apa yang dikatakan oleh anak buah Marco, memang benar. Namun itu sebelum dia tahu kalau Nathan adalah salah satu dari permintaan Marina. Terikat kontrak, terpaksa dia harus mengusutnya sampai tuntas.“Lakukan saja apa permintaanku. Selanjutnya biar aku yang urus sisanya. Jangan lupa cari tahu juga tentang asal-usul pria itu.”Pemimpin, salah satu anak buahnya yang dipercayakan berkomunikasi langsung dengan Marco, mengangguk paham. Berputar 180 derajat, meninggalkan Barkley. Setelah anak buahnya pergi, Marco menghubungi sekretarisnya lewat telepon pesawat.“Iya ada apa, pak?” Berselang beberapa menit, sebuah kepala terjulur di balik pintu ruangan kerja Marco. Seorang wanita berpakaian rapi masuk dan membawa beberapa map berwarna. Jalannya sedikit lambat, selain

    Last Updated : 2023-06-06
  • Bukan Nikah Kontrak   Niat Menolong Malah Ditodong

    “Aduh, harusnya tadi aku tuh naik ojek. Ah ... ternyata minimarketnya jauh. Mana perut masih sakit lagi.”Gadis cantik bergaun cokelat motif bunga-bunga itu, berjalan di trotoar sambil memperhatikan maps mencari lokasi keberadaan minimarket terdekat dari rumah. Meski kesusahan ―karena wanita memang sulit bila berhubungan dengan arah― akhirnya dia sampai juga. Paling yang gempor cuman betisnya saja.Dia berniat membeli beberapa pembalut, sebab berdasarkan perhitungan tanggal dan rasa sakit yang tiba-tiba datang menyerang, sebentar lagi dia akan kedatangan tamu bulanan. Sebagai tamu di rumah Marco, tidak lah mungkin Marco menyiapkan hal-hal seperti itu. Siapa pula yang mau pakai, Marco? Neneknya? Para maid yang rata-rata sudah berumur?Maka dengan inisiatif sendiri Marina pergi membeli keperluannya di minimarket. Dia membeli satu merek yang biasa dipakai setelah itu ke kasir untuk membayar. Pada rak di dekat meja kasir, ada banyak roti dengan berbagai merek. “Sepuluh ribu satu kak

    Last Updated : 2023-06-08
  • Bukan Nikah Kontrak   Aku disini, Marco!

    Setelah Marina pingsan, tubuhnya langsung diangkat masuk ke dalam sebuah van yang telah menunggu di ujung gang. Satu dari tiga pria bertopeng itu sebelum masuk ke dalam mobil, menghampiri si nenek tadi.“Ambil ini!” Dia menyerahkan beberapa lembar uang lalu memberi kode seperti mengunci mulut. Harga untuk keberhasilannya memancing Marina ke sarang penyamun.Nenek itu menerimanya dengan hati penuh rasa bersalah. Apalagi saat melihat tiga bungkus roti dalam buntalan kainnya, rasa bersalah itu makin menjadi-jadi. Hanya bisa berdoa dalam hati agar Marina segera dapat pertolongan. Karena sebenarnya dia terpaksa melakukan perbuatan kejam tersebut. Cucunya butuh uang untuk berobat ke rumah sakit.Mobil van melaju meninggalkan gang sempit, masuk ke jalan besar, selap-selip di antara kendaaran lain. Dalam kecepatan 100 km/ jam, hitungan menit saja para penculik telah meninggalkan jalanan ibukota. Masuk ke jalan berbatu sedikit becek sebab hujan semalam. Begitu mulai memasuki kawasan di

    Last Updated : 2023-06-10
  • Bukan Nikah Kontrak   Boneka si Mama

    “Dari mana aja sih, Reza?”Reza, yang baru kembali dari rumah Marco langsung disambut tanya dari sang mama.“Dari kantor kak Marco.” Dia menyembunyikan satu bagian cerita, tentang singgah ke rumah kakak tirinya demi menyelamatkan Marina.“Lama amat. Jangan sering-sering kelayapan.”“Iya, ma.” Reza mengangguk patuh. Dia memang anak yang penurut. Harus tunduk apa perintah mama. Makanya tak salah Marco menyematkan julukan mama-boys untuknya. “Jadi gimana ma, si Marina udah diamanin?” Mesti pakai bahasa eksplisit agar mamanya tak menaruh curiga sama sekali.Mamanya menjentikkan jari. “Off course.”Muka Reza panik. “Di tempat yang biasa kan, ma?”Mata mamanya menyipit. “Kenapa kamu tanya-tanya begitu?”“Ah ngak kok, ma. Cumanya nanya aja.” Dia memasang ekspresi tenang, seakan tak ada apa-apa. Mata mamanya memicing lagi, tampak masih belum yakin. “Kakak ke mana?” Akhirnya dia mengalihkan perhatian dengan membahas sang kakak yang belum kelihatan batang hidungnya sedari pagi.“Ada

    Last Updated : 2023-06-11
  • Bukan Nikah Kontrak   Semua Musibah

    Dunia Marina telah runtuh hari itu.Kertas putih di tangannya terhempas turun. Surat Pemutusan Hubungan Kerja, begitu yang tertulis di kop surat. Perusahaan garmen tempatnya bekerja terancam bangkrut hingga melakukan pengurangan karyawanya secara besar-besaran. Bahu Marina naik turun meratapi nasib. “Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan sekarang?” Dia tafakur cukup lama di trotoar jalan, tak peduli orang-orang akan memandangnya aneh. Ponsel di tas selempangnya berdering. Kesedihannya seketika sirna, matanya berbinar begitu melihat nama yang tertera di layar. “Halo, sayang. Kamu ke mana aja selama seminggu ini kok ngak ngehubungin aku? Aku kangen loh. Tahu ngak, hari ini tuh aku rasanya capek banget. Tempat kerjaku lagi pengurangan karyawan, aku yang rajin malah kena imbasnya.” Marina memberondong seseorang di seberang telepon itu, seakan tak tersedia kesempatan lagi untuknya bicara setelah ini.Nyatanya memang benar begitu.[“Maafkan aku, Marina. Tetapi kita enggak bisa bersa

    Last Updated : 2023-03-31

Latest chapter

  • Bukan Nikah Kontrak   Boneka si Mama

    “Dari mana aja sih, Reza?”Reza, yang baru kembali dari rumah Marco langsung disambut tanya dari sang mama.“Dari kantor kak Marco.” Dia menyembunyikan satu bagian cerita, tentang singgah ke rumah kakak tirinya demi menyelamatkan Marina.“Lama amat. Jangan sering-sering kelayapan.”“Iya, ma.” Reza mengangguk patuh. Dia memang anak yang penurut. Harus tunduk apa perintah mama. Makanya tak salah Marco menyematkan julukan mama-boys untuknya. “Jadi gimana ma, si Marina udah diamanin?” Mesti pakai bahasa eksplisit agar mamanya tak menaruh curiga sama sekali.Mamanya menjentikkan jari. “Off course.”Muka Reza panik. “Di tempat yang biasa kan, ma?”Mata mamanya menyipit. “Kenapa kamu tanya-tanya begitu?”“Ah ngak kok, ma. Cumanya nanya aja.” Dia memasang ekspresi tenang, seakan tak ada apa-apa. Mata mamanya memicing lagi, tampak masih belum yakin. “Kakak ke mana?” Akhirnya dia mengalihkan perhatian dengan membahas sang kakak yang belum kelihatan batang hidungnya sedari pagi.“Ada

  • Bukan Nikah Kontrak   Aku disini, Marco!

    Setelah Marina pingsan, tubuhnya langsung diangkat masuk ke dalam sebuah van yang telah menunggu di ujung gang. Satu dari tiga pria bertopeng itu sebelum masuk ke dalam mobil, menghampiri si nenek tadi.“Ambil ini!” Dia menyerahkan beberapa lembar uang lalu memberi kode seperti mengunci mulut. Harga untuk keberhasilannya memancing Marina ke sarang penyamun.Nenek itu menerimanya dengan hati penuh rasa bersalah. Apalagi saat melihat tiga bungkus roti dalam buntalan kainnya, rasa bersalah itu makin menjadi-jadi. Hanya bisa berdoa dalam hati agar Marina segera dapat pertolongan. Karena sebenarnya dia terpaksa melakukan perbuatan kejam tersebut. Cucunya butuh uang untuk berobat ke rumah sakit.Mobil van melaju meninggalkan gang sempit, masuk ke jalan besar, selap-selip di antara kendaaran lain. Dalam kecepatan 100 km/ jam, hitungan menit saja para penculik telah meninggalkan jalanan ibukota. Masuk ke jalan berbatu sedikit becek sebab hujan semalam. Begitu mulai memasuki kawasan di

  • Bukan Nikah Kontrak   Niat Menolong Malah Ditodong

    “Aduh, harusnya tadi aku tuh naik ojek. Ah ... ternyata minimarketnya jauh. Mana perut masih sakit lagi.”Gadis cantik bergaun cokelat motif bunga-bunga itu, berjalan di trotoar sambil memperhatikan maps mencari lokasi keberadaan minimarket terdekat dari rumah. Meski kesusahan ―karena wanita memang sulit bila berhubungan dengan arah― akhirnya dia sampai juga. Paling yang gempor cuman betisnya saja.Dia berniat membeli beberapa pembalut, sebab berdasarkan perhitungan tanggal dan rasa sakit yang tiba-tiba datang menyerang, sebentar lagi dia akan kedatangan tamu bulanan. Sebagai tamu di rumah Marco, tidak lah mungkin Marco menyiapkan hal-hal seperti itu. Siapa pula yang mau pakai, Marco? Neneknya? Para maid yang rata-rata sudah berumur?Maka dengan inisiatif sendiri Marina pergi membeli keperluannya di minimarket. Dia membeli satu merek yang biasa dipakai setelah itu ke kasir untuk membayar. Pada rak di dekat meja kasir, ada banyak roti dengan berbagai merek. “Sepuluh ribu satu kak

  • Bukan Nikah Kontrak   Rencana busuk mama tiri

    “Kematian pria itu tidak wajar. Harus kita selediki.”“Tetapi, dia ‘kan musuh bos, kenapa sampai segitunya diselidiki? Bisa dibiarkan saja, malah justru bagus dendam bos terbalaskan tanpa perlu mengotori tangan sendiri.”Apa yang dikatakan oleh anak buah Marco, memang benar. Namun itu sebelum dia tahu kalau Nathan adalah salah satu dari permintaan Marina. Terikat kontrak, terpaksa dia harus mengusutnya sampai tuntas.“Lakukan saja apa permintaanku. Selanjutnya biar aku yang urus sisanya. Jangan lupa cari tahu juga tentang asal-usul pria itu.”Pemimpin, salah satu anak buahnya yang dipercayakan berkomunikasi langsung dengan Marco, mengangguk paham. Berputar 180 derajat, meninggalkan Barkley. Setelah anak buahnya pergi, Marco menghubungi sekretarisnya lewat telepon pesawat.“Iya ada apa, pak?” Berselang beberapa menit, sebuah kepala terjulur di balik pintu ruangan kerja Marco. Seorang wanita berpakaian rapi masuk dan membawa beberapa map berwarna. Jalannya sedikit lambat, selain

  • Bukan Nikah Kontrak   Daftar Kebutuhan Cewek

    “Kenapa kita ke rumah sakit? Nathan sakit? Dia sakit apa?”Pengkhianatan Nathan memang menyakiti perasaan Marina. Namun, rasa cinta itu tetap ada. Marina mencintainya tulus. Nathan harusnya bersyukur untuk hal ini, bukannya malah berkhianat.Marco melirik, dia pilih tetap diam. Memikirkan bahwa Marina akan heboh, jejeritan di depan rumah sakit, mereka akan jadi bahan tontonan, lebih baik di depan kamar mayat saja baru dijelaskan. Kalau pun nanti dia teriak-teriak, tak akan ada yang bakal terganggu kecuali mayat-mayat itu bisa hidup lagi.“Nathan sakit?” Merasa dianggurin, jaket Marco dia tarik-tarik. “Dia sakit apa, Marco?” Menatap pemilik mata kacang kastanye itu penuh harap. “Puhh!” Makin tak tega menyembunyikannya lama-lama. Satu jari telunjuknya terarah pada tulisan ruangan ‘Kamar Mayat’ di depan pintu.Begitu Marina mengikuti petunjuk Marco, seluruh tubuhnya seketika bergetar hebat. Matanya diselimuti kaca bening yang tak butuh waktu lama untuk pecah dan mengalirkan rasa

  • Bukan Nikah Kontrak   Coyote dan Shoebill

    “Marco itu memang tampan, tapi sayang perangai buruk. Emosinya setipis tisu. Gesekan sedikit saja, emosinya bisa langsung tersulut. Semoga saja tuanya tidak hipertensi kayak kakeknya.”“Jadi nyalahin aku. Aku tekanan darah tinggi bukan karena suka marah-marah loh.” Kakek Marco langsung protes. “Perasaan dari tadi aku diam saja, kenapa jadi malah kena sasaran?”“Masa sih? Kamu ‘kan mudanya kayak anak dan cucumu.”“Kalau gantengnya, harus aku akui.”Marina menghela napas panjang. Berada di dekat dua orang ini, membuatnya harus punya rasa sabar seluas semesta. Apalagi meladeni semua kerandoman yang dimiliki dua orang tua tersebut. Meski begitu perasaan Marina jauh lebih tenang. Bila membandingkan hidupnya, hanya orang tua dari papanya yang punya rasa sayang untuknya, itu pun tidak lama. Kakek nenek dari sang mama, malah tak pernah melihat wajahnya sama sekali. Perang dingin antar keluarga adalah penyebab hal tersebut terjadi.Setiap kali almarhum papanya mengajak liburan ke rumah s

  • Bukan Nikah Kontrak   TTD Kontrak

    “Kenapa bisa lepas?”Sesaat setelah mendapat pesan dari anak buahnya, Marco pergi menemui mereka di rumah sakit. Tepatnya di kamar mayat. Marco yang putuskan sendiri tetap membiarkan mayatnya di autopsi terlebih dulu.“Maafkan kami, bos.”Mereka bisa saja sasaran empuk kemarahan Marco. Namun, tak akan dilakukan demi menjaga tubuhnya dari seragan darah tinggi. Bila menilik dari sisi lain masalah ini, pria yang kini terbujur di depannya, bisa membersihkan tangannya dari darah. Berarti kalau ada apa-apa, bukan dia yang akan kena getah. Sebagai bahan pertimbangan lain Marco membatalkan niat marah-marahnya.“Tetap cari tahu apakah ini suruhan si rubah licik atau ada orang lain yang ingin bermain-main denganku.”“Baik, bos. Siap, bos!”Karena urusannya sudah selesai, Marco kembali berkendara di tengah dinginnya malam kembali ke rumah. Ada yang mesti dia lakukan sebelum fajar kembali menyingsing. Hal itu adalah kontrak dengan calon istri bohongannya.Tak banyak hal yang perlu diubah,

  • Bukan Nikah Kontrak   Kontrak Anak

    "Siapa wanita yang tadi dibawa Marco?”Sementara itu di kediaman saudara tiri Marco, kejutan yang diberikan oleh Marco membuat bincang siang mereka terasa kian berat.“I don’t know, mom,” jawab wanita cantik berambut sebahu di dekat guci besar.“Tapi dia cantik. Rambutnya yang panjang bergelombang, bibir merah merona, wah ... pakai baju saja dia seindah itu apalagi tidak.”“Hei, Reza!” seru dua wanita di dekatnya itu bersamaan.“Yah ... ternyata adikku sudah besar.”“Stop nonton film biru atau otongmu mama bikin impoten.” Bila sang kakak membela, mamanya kelihatan kurang senang. Dia senang kalau melihat anaknya ketakutan sambil merapatkan kaki guna menyembunyikan senjata pusakanya.“Di mana dia dapat perempuan secepat itu? Bukannya kemarin dia masih jomlo?”“Wanita itu sudah ada bersamanya sejak dua hari lalu.”“Kamu kok bisa tahu?”“Anak buah Reza yang kasih tahu.” Pria berkulit sawo matang itu terlihat menyembunyikan sesuatu dari mama dan kakaknya. “Yah anak mama yang

  • Bukan Nikah Kontrak   Kontrak Naik Level 2

    Pria yang memiliki darah Jerman dari almarhum ibunya itu sedang gusar. Kondisi hatinya terus memburuk setelah keputusan rapat tadi siang. Tampaknya 2 botol Jhonnie Walker yang punya kisaran harga 5-10 juta per botolnya itu belum mampu membuat perasaanya membaik. Ting! Sudut gelasnya berdenting setelah dijentik menggunakan jari. Mulutnya terus mendecap tengah meresapi rasa lembut dari minuman yang kaya akan aroma buah dan rempah-rempah di tangannya. “Sie mussen die dinge tun von denen sie glauben, dass sie sie nicht tun konne.” Kutipan yang sangat dia sukai. Artinya kurang lebih untuk lebih semangat dalam menyelesaikan semua masalah. “Haaah!” Tubuhnya merosot turun dan langsung mengambil posisi berselenjor di atas sofa. Gelas di tangannya dilepaskan begitu saja. Alkohol mungkin belum mampu membuat mood-nya baik tetapi paling tidak dia bisa tertidur nyenyak selama beberapa waktu ke depan. Sementara itu Marina di dalam kamarnya, maksudnya kamar tamu di rumah Marco, tampaknya menghad

DMCA.com Protection Status