Hana menganggukkan kepalanya. Bila seandainya istri-istri di luar sana, mendapatkan suami yang seperti ini, pasti sangat senang. Karena memiliki suami yang cerdas, Kaya raya, ganteng, pengertian serta perhatian. Namun dirinya mendapatkan perhatian seperti ini selalu menimbulkan pertanyaan besar di hatinya.Daffin menatap istrinya. Dengan jantung yang berdegup dengan sangat hebatnya. Kini matanya tertuju kea6 bibir istrinya. Hana hanya diam ketika melihat bibir suaminya semakin dekat dengan bibirnya. Ia tetap membuka matanya meskipun bibir Daffin, sudah semakin dekat dengan bibirnya. Apa yang menjadi perintah suaminya masih sangat diingatnya. Daffin tidak suka bila ia, memejamkan mata ketika akan dicium. Apa yang dulu diperintahkan Daffin kepadanya, kini teringat kembali dan dilakukannya dengan patuh. Hana tahu, disini, tidak ada mama serta papa mertuanya, yang akan selalu membela dan menjadi tempat mengadu.Daffin tidak mencium istrinya. Ia hanya menatap mata Hana dengan sangat
"Ayo, kita mandi sama." Daffin berangsur duduk.Hana menggelengkan kepalanya. "Kenapa gak mau?" Setelah apa yang mereka lakukan barusan, seharusnya Hana tidak takut lagi kepadanya. Namun tetap saja, istrinya menolak untuk mandi bersama.Hana diam dan menarik selimut, untuk menutup tubuhnya. Takut, hanya itu yang terlintas di pikirannya. Bagaimana bila Daffin kembali meminta lagi di dalam kamar mandi. Bagaimana bila pria itu memaksa dan tidak memberinya ampun seperti yang sudah-sudah. Melihat wajah Hana yang seperti ini, Daffin bisa membaca apa yang dipikirkan istrinya. Dipegangnya tangan Hana dan mencium punggung tangan tersebut. "Mandi aja, gak pakai yang lain."Hana diam dan ragu. Meskipun mulutnya tidak berkata apa-apa, namun raut wajahnya tidak bisa di dustainya. Diusapnya pipi istrinya kemudian mencium kening dan juga bibir dengan lembut dan penuh perasaan. "Bila nanti abang bohong, gigit ya." Daffin berbisik di telinga Hana.Hana diam memandang suaminya."Bila Abang bohong,
Daffin masih memeluk Hana dan memandang wajah istrinya dengan sedikit tersenyum. "Mana?" Tanya Daffin."Apa?" "I love you dan cium." Daffin memajukan bibirnya. Kini sikapnya semakin manja dengan istrinya."Apakah hari ini ada diskon 50%?" Hana bertanya dengan senyum yang tertahan. Melihat tingkah suaminya yang sok imut seperti ini, membuatnya ingin tertawa.Daffin tersenyum saat mendengar pertanyaan istrinya. Pria itu kemudian menganggukkan kepalanya."Bila sekarang dicium 10 kali berarti sisanya 15 kali Hana tersenyum.Daffin mengangguk kan kepalanya."I love you." Hana mencium bibir suaminya sesuai perintah. "Love you too, sayang." Daffin membalas kecupan istrinya.Apa yang dikatakan Daffin, seakan menembus ke dalam jantungnya. Kalimat itu memiliki makna yang dalam dan diucapkan dengan keseriusan. Namun Hana kembali disadarkan dengan apa yang dikatakan suaminya saat pertama kali ia menikah. Kalimat itu juga, ia dengan dari mama tirinya, yang membuat dirinya, semakin meragukan setia
Ia merasa terkejut ketika melihat kedatangan mama dan papanya. Ditelannya air ludah yang terasa kering dan juga kelat. Mita duduk di sofa sambil memandang putranya. "Ini hari libur, apa Mama sama papa nggak mau liburan?" Daffin memandang kedua orang tuanya secara bergantian."Hana mana?" tanya Mita tanpa menjawab pertanyaan dari Daffin."Di kamar, tidur." Mita menganggukkan kepalanya."Apa Mama, papa, nggak mau liburan. Atau bersantai di rumah?" Daffin kembali memberikan pertanyaan yang sama, ketika kedua orang tuanya itu tidak menjawab pertanyaan yang diberikannya. "Liburan dan bersantai, bisa di mana saja, tanpa harus repot-repot pergi ke mana-mana." Surya menjawab dengan santainya. Daffin diam mendengar ucapan papanya. Dirinya bingung harus berkata apa saat ini. Diawasi seperti ini sungguh membuat dirinya tidak nyaman."Akhirnya kamu bawa juga istri kamu pulang, kirain bakalan tetap di rumah sakit sampai 9 bulan." Mira menyindir putranya dan tidak bebas bergerak.Daffin han
"Ini mau? "Mita menawarkan Hana ayam bakar."Mau ma," jawab Hana yang tersenyum lebar. Surya tersenyum ketika melihat menantunya. "Makannya yang banyak.""Iya pa, sepertinya karena lama di rumah sakit. Kebanyakan dikasih vitamin, jadinya kuat makan." Hana tersenyum.Mita merasa kasihan ketika mendengar ucapan Hana. Menantunya begitu sangat polos tanpa memiliki firasat, kalau sudah dikerjai oleh suaminya sendiri. Daffin tersenyum dan mengusap kepala istrinya. "Ini enak." Diletakkannya sendok berisi sup daging di ujung bibir istrinya. Hana memandang suami."Ayo di coba." "Iya," jawabnya yang membuka mulutnya."Enak?" Daffin menunggu jawaban dari istrinya."Lebih enak yang Hana masak." Hana berbisik. Meskipun sudah mengecilkan suaranya namun Mita dan surya dapat mendengar apa yang dikatakannya."Apa iya?" Daffin dengan cepat mencicipi rasa sup daging sapi yang di mangkoknya.Hana diam dan menunggu jawaban yang akan disampaikan suaminya. Mungkin hanya perasaannya saja, bahwa rasa mas
Setelah menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja, Daffin kembali ke kamarnya. Dilihatnya Hana yang saat ini sudah tertidur. Diambilnya coretan skripsi yang ada di tangan istrinya secara hati-hati dan meletakkan ke atas nakas.Daffin juga mengambil laptop yang masih dalam kondisi menyala dari atas pangkuan istrinya. Ia tahu bahwa Hana tertidur dan belum menyimpan datanya. Dibacanya sekilas tentang isi skripsi yang dibuat istrinya dengan tersenyum. "Sayang, abang gak ngerti tentang ekonomi. Kalau seandainya ngerti, pasti akan dibantu kerjakan." Diusapnya kepala Hana. Disimpannya folder skripsi istrinya terlebih dahulu dan kemudian memindahkan benda petak yang berlipat tersebut dan meletakkan ke atas nakas. Ia duduk di tepi tempat tidur dan tersenyum menatap wajah cantik istrinya yang saat ini sudah tertidur lelap. Diciumnya kening dan dan bibir dengan lembut tanpa membangunkan istrinya. Pria itu kemudian pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan juga menyikat gigi.Ia kembali dar
"Iya," jawab Daffin yang menuruti perintah istrinya. Pria itu duduk dengan mata yang terpejam karena sangat mengantuk."Abang mie nya mau pakai bakso?" tanya Hana."Mau." Daffin sedikit membuka matanya. "Sosis, telur apa pakai?" "Iya pakai." Pria itu tetap menjawab pertanyaan, meskipun dalam keadaan sangat mengantuk. "Pedes." Hana kembali bertanya."Iya, pedas," Jawab Daffin. "Oke." Hana mengangkat jempolnya, setelah mendengar permintaan suaminya. Hana menyiapkan bumbu-bumbu untuk mie goreng yang akan di masaknya. Bawang putih, bawang merah, daun bawang dan sayur sawi, semuanya sudah di sediakan oleh pelayan dapur, dalam bentuk setelah di iris. Sehingga Hana langsung menumis saja.Daffin yang sejak tadi sangat mengantuk, kini membuka matanya, ketika mencium aroma enak masakan istrinya. Meskipun malas beranjak dari duduknya namun pria itu tetap berdiri dan berjalan mendekati Hana yang sibuk dengan wajannya.Hana sangat terkejut ketika suaminya sudah berdiri di belakangnya. "Tung
"Apa sudah siap Daffin memandang Hana yang sudah diam setelah kekenyangan."Sudah tapi sekarang jadinya ngantuk." Hana menutup mulutnya yang menguap.Senyum mengembang di bibirnya, ketika melihat istrinya yang sudah mengantuk dan malas untuk bergerak, setelah selesai makan. "Mau digendong?" Daffin menawarkan.Hana begitu sangat senang mendapatkan tawaran seperti ini dari suaminya. Dengan cepat menganggukkan kepalanya."Istri siapa sih kok manja sekali." Daffin tersenyum dan menggendong tubuh istrinya."Hana tadi nggak minta, Abang yang nawarin." Hana menenggelamkan wajahnya di dada bidang suaminya. Matanya sudah sangat mengantuk, sehingga tidak ingin berdebat dengan DaffinDaffin hanya tersenyum ketika mendengar jawaban istrinya. Dilihatnya mata Hana yang sudah terpejam. "Cepat kali tidurnya," ucapnya yang dijawab dengan jawaban yang tidak jelas.Mendengar jawaban Hana yang seperti ini, ia tahu, bahwa istrinya sudah begitu sangat mengantuk. Pria itu sudah tidak berkata apa-apa la