Rafasa diam ketika mendengar ucapan Daffin. Besar harapannya agar sahabatnya, tidak melakukan perbuatan kriminal. "Jangan mengandalkan emosi menghadapi masalah seperti ini," nasehatnya."Dia sudah menipuku.""Apa yang sudah diperbuatnya. Apa maksud kamu?" Rafasa merupakan sahabat akrab Daffin. Pria itu sangat mengetahui semua cerita tentang sahabatnya tersebut."Berliana ternyata dia sudah menipuku. Yang sebenarnya terjadi, dia tidak ada hubungan darah dengan Hana, istriku. Mereka hanya saudara tiri beda ibu dan beda ayah." Hatinya terasa sakit ketika mengatakan hal ini. Kebusukan Berliana, kini sudah diketahuinya."Apa kamu yakin?" Rafasya mengerutkan keningnya. Selama ini Raffasya tahu bahwa Berliana memiliki saudara tiri beda ayah. Hal ini diketahuinya bukan hanya dari Daffin saja, namun juga dari Karin kekasihnya yang merupakan sahabat Berliana.Daffin menunjukkan bukti surat nikah serta bukti akte kelahiran milik Hana dan juga milik Berliana kepada Raffasya. Ia juga menunjukkan f
Daffin menggelengkan kepalanya. Sampai saat ini, dirinya belum tahu apakah ini rasa cinta, rasa kasihan atau rasa bersalah. "Karena perbuatan Berliana kepadaku, aku memperlakukan Hana dengan sangat tidak baik. Aku tidak mengerti dengan perasaan yang saat ini kurasakan."Daffin diam sejenak. Yang terlintas di dalam pandangannya, tatapan mata istrinya. "Setiap kali menatap matanya, aku merasakan sesuatu yang berbeda. Rasanya damai dan tenang." Daffin berkata dengan jujur."Setelah aku mendengar apa yang kamu sampaikan kepadaku, aku merasa kamu berhak untuk membahagiakan dia. Aku kasihan melihatnya, dia dengan sengaja dijadikan tumbal oleh Susi dan Berliana." "Iya, aku tahu. Tapi sekarang masalahnya, Mama, papa sudah tahu apa yang aku lakukan terhadap Hana dan mereka mengancam akan mengambil Hana.""Bagaimana ceritanya mereka bisa tahu?' Raffasya memandang Daffin dengan mata yang terbuka lebar."Aku membuat Hana cedera. Saat ini dia mengalami cedera di kedua tangannya. Jadi dirawat
Mata Hana terbuka lebar saat mendengar ucapan pengawal pribadinya. Ia sungguh tidak menyangka bahwa ternyata suaminya menepati janji"Assalamualaikum."Hana memandang Nara dan Cinta yang berdiri di depan pintu. "Waalaikumsalam, Nara, Cinta." Hana memanggil kedua nama temannya itu dengan suara yang keras."Waalaikumsalam silakan masuk." Mita mempersilahkan kedua gadis itu untuk masuk.Nara dan Cinta masuk ke dalam kamar rawat Hana. Kedua gadis itu tampak kagum ketika melihat kamar pasien yang seperti hotel mewah. "Tante, nama saya Nara." Gadis yang berwajah cantik itu, menyalami tangan Mita dan memperkenalkan dirinya. "Apa Nara teman kuliahnya Hana?" tanya Mita."Iya Tante, kami sama-sama satu jurusan, sedang nyusun skripsi. Dosen pembimbingnya juga sama." Nara menjelaskan dengan tersenyum."Oh iya, tante sering dengar Hana cerita," ucap Mita yang begitu sangat ramah."Tante, nama saya Cinta." Cinta menyalami tangan Mita dan mencium punggung tangan wanita tersebut. "Wah kalian ini c
"Kalian benar-benar bisa buat Tante jadi senang. Meminta dan berdoa, harus lengkap. Minta dapat suami yang ganteng, pintar, rajin bekerja, bertanggung jawab, tidak pelit, banyak duit, kaya raya, setia, mertua baik." Kalau sudah seperti ini, baru oke." Mita tersenyum "Ih Tante tahu aja selera kami. Tante diam-diam ngajarin kami matre ini." Nara tertawa.Hana tertawa ketika melihat kedua temannya yang sudah begitu sangat akrab dengan mama mertuanya."Bukannya ngajarin matre tapi yang namanya kita perempuan butuh jaminan. Jaminan masa depan, maksudnya." Mita tersenyum. "Ha... Ha... Kalau seperti ini, kami setuju Tante." Nara dan Cinta berkata dengan serentak. "Itu masih kurang, agamanya, akhlak, no 1." "Oke Tante, ajaran dari Tante akan menjadi panduan kami nanti ketika cari jodoh." Nara tersenyum.Mereka begitu sangat asyik bercerita, dan tertawa bersama.Daffin yang baru akan masuk ke kamar istrinya dan membuka pintu, mendengar suara tertawa Hana. Senyum mengembang di bibirnya, ke
"Belum pa," jawab Hana dengan memajukan bibir bawahnya."Sabar ya nak, sebentar lagi tangannya sehat kok." Surya tersenyum dan mengusap kepala menantunya. Nara tersenyum, saat melihat sahabatnya yang sudah sangat bahagia seperti ini. Ia merasa senang dan bahagia, ketika melihat Hana yang sangat disayangi suami serta mertuanya. Akhirnya, sahabatnya, bisa menikmati kebahagiaan yang sempurna, pikirnya."Ayo dilanjutin makanya," ucap Surya."Iya Om," jawab Nara dan juga Cinta."Papa mau apa?" Mita meletakkan jus mangga di depan suaminya."Spaghetti saja deh." Surya melihat box coklat yang berisi spaghetti.Mita mengambilkan spaghetti yang di minta suaminya dan meletakkan di depan Surya. Daffin mengambil pizza dan meletakkan di bibir istrinya. Hana tersenyum dan mengigit piza tersebut. Bila ada yang mengatakan, sakit itu nikmat, maka Hana merasakannya. Diperlukan seperti ini, oleh suaminya yang galak, terasa mimpi untuknya. Daffin mengigit pizza di tangannya dan kembali menyuapi istri
Seperti janjinya dengan Hana, sore ini Daffin mengurus istrinya dan memandikannya. Pekerjaan ini terasa begitu sangat menyiksanya. Setiap kali memandikan hingga selesai, memasangkan pakaian, pria itu harus menahan nafasnya dan mengendalikan hasrat di dirinya. Mendapatkan perhatian yang seperti ini dari suaminya, membuat Hana merasa disayang. Meskipun sampai detik ini, dirinya tidak bisa membaca raut wajah Daffin yang penuh misteri menurutnya. Posisinya hanya sebagai pengganti. Apa yang dikatakan suaminya di saat hari pertama pernikahannya, masih terkonsep jelas dibenak kepalanya. Tiap kata yang didengarnya, tidak pernah dilupakannya. Ia tidak ingin memiliki rasa cinta untuk Daffin. Agar nanti, bila waktunya disuruh untuk pergi ataupun waktunya untuk ditinggalkan, ia tidak terluka lebih dalam lagi, karena cinta yang dimilikinya. "Ini karena dia takut sama mama dan juga papa, kemudian juga dia pasti hanya sekedar sandiwara. Ayolah Hana, jangan senang dulu. Yakinlah, dia hanya berpu
"Itu namanya tipu-tipu dong."Daffin memandang istrinya dengan mengerutkan keningnya. Iya kemudian menganggukkan kepalanya. "Ia benar juga," ucapnya yang tidak menyalakan ucapan istrinya."Tuh kan, kenapa nggak ditulis aja 13 nya daripada main tipu-tipu.""Angka 13 itu, di identik dengan angka yang tidak baik. Karena itu, setiap kali gedung-gedung yang tinggi dan banyak lantai, menghindari angka 13. Biasanya mereka akan membuat lantai 13, menjadi gudang tempat penyimpanan barang-barang yang tidak dipakai. Atau tempat yang memang tidak difungsikan untuk umum. Jadi karena itu, lantai 13 kadang dibuat gudang. Terkadang tidak dibuat angka 13 tapi 14." Daffin menjelaskan dengan sabar.Hana memandang Daffin dan kemudian menganggukkan kepalanya. Ia berjalan bersama dengan suaminya menuju taman depan rumah sakit. Daffin terus memegang pinggangnya meskipun sebenarnya ia tidak perlu diperlakukan seperti ini ketika berjalan."Nanti bila sudah sehat apa mau jalan-jalan?" tanya Daffin.Hana mengg
"Jangan bohong, Daffin pasti yang melakukan ini. Dia pasti melakukan kekerasan terhadapnya Hana. Cerita dengan mama nak, tidak usah takut." Susi semakin marah dan mengeraskan suaranya ketika mendengar pengakuan dari Hana. Hana diam memandang wajah mama tirinya. "Bila tujuan Anda datang ke sini untuk buat keributan silakan keluar." Mita marah. Sebenarnya bisa saja ia meminta agar pengawal pribadi yang berjaga di luar menyeret wanita itu keluar dari kamar menantunya, namun Mita masih ingin melihat apa sebenarnya tujuan Susi datang ke sini. Mendengar ancaman dari Mita membuat nyali Susi, sedikit menciut. Ia duduk di tepi tempat tidur Hana. "Cerita sama mama. Mama akan memberikan keadilan untuk Hana. Hana jangan takut untuk mengatakannya. Susi menangis dan memeluk Hana. Ia menunjukkan bahwa dirinya sangat terpukul dengan peristiwa yang menimpa anak tirinya.Mita hanya diam, memandang wanita yang merupakan mama tiri Hana. Ia tetap berdiri di samping tempat tidur, untuk memantau dan mende