Share

Bab 104

Author: Liazta
last update Last Updated: 2023-01-14 10:05:16

Daffin memandang rumah yang penuh kenangan untuk istrinya. Hatinya begitu sangat senang ketika membayangkan raut wajah bahagia Hana ketika mendapatkan rumah ini kembali.

"Rumah ini sebenarnya memiliki nilai lebih tinggi dari harga yang dijual. Namun ibu Susi menjual rumah ini dengan harga yang sangat murah," jelas pria yang berstatus asisten pribadi Daffin.

"Aku ingin rumah ini, bisa aku dapatkan. Masalah harga, bagiku tidak masalah." Daffin memandang rumah yang tergolong mewah. Rumah ini memiliki halaman yang luas, dengan ukuran tanah yang besar. Lokasi rumah yang berada di Jakarta pusat, sudah pasti memiliki harga jual yang tinggi. Sebagai seorang pengusaha dibilang properti dan arsitek, ia sangat tahu tentang harga jual suatu rumah.

Pria menganggukkan kepalanya dan kemudian mengetuk pintu.

"Silahkan masuk pak, saya akan memanggil ibu dan bapak dulu." Asisten rumah tangga itu, mempersilahkan dengan sangat sopan.

"Terima kasih," jawab Daffin dan asisten pribadinya yang bernama Fat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Ban 105

    "Ibu Hana, silahkan tunggu pak Daffin di dalam ruangan. Saat ini beliau sedang rapat." Wanita itu tersenyum memandang Hana."Terima kasih mbak Riri." Hana tersenyum."Iya Bu silahkan.""Apa masih lama rapatnya? "Hana duduk di kursi yang ada di depan Riri, yang merupakan sekretaris suaminya."Kemungkinan satu jam lagi Bu " Riri memandang jam yang melingkar di pergelangan tangannya."Lama juga." Bibirnya maju ke depan."Kalau bawaan hamil memang seperti itu Bu, ingin selalu dekat sama suami." Riri tersenyum."Mbak Riri sok tahu, emangnya sudah nikah?" tanya Hana.Riri tertawa kecil. "Belum Bu, tapi saya suka baca novel dan nonton Drakor juga, makanya tahu," jawabnya.Mulut Hanna membulat ketika mendengar ucapan wanita tersebut."Tapi cepat ya Bu gedenya, apa kembar?" Riri tersenyum dan memandang perut istri bosnya."Iya, kembar mbak Riri." Hana mengusap perutnya."Pantes aja besarnya cepat, ternyata ada dua di dalam. Kalau seperti ini pasti pak Daffin sangat bahagia dan makin sayang."

    Last Updated : 2023-01-14
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 106

    Daffin berjalan-jalan di mall sambil memegang tangan istrinya. Sampai saat ini, ia tidak tahu apa yang dicari Hana."Apa mau?" Daffin bertanya ketika Hana memegang tas sandang berwarna merah.Hana tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Setelah melihat barcode harga, ia kemudian pergi.Entah sudah berapa banyak barang yang dipegang istrinya namun tidak ada satu pun yang dibeli."Adek sebenarnya mau cari apa?" Daffin memandang Hana."Nggak ada sih, cuman jalan-jalan aja." Hana tersenyum."Tas tadi, kenapa nggak diambil?" "Oh itu, cuman mau lihat aja, sekalian mau tahu harga." Hana tersenyum dengan manisnya."Bila adek mau, ambil aja. Abang akan bayarkan." Sampai saat ini, ia tidak tahu alasan istrinya yang tidak mau membeli barang apapun. "Nggak usah, tas Hana sudah banyak di rumah." Hana tersenyum lebar."Terus sekarang kita ke mall ini ngapain dek?" Ia pusing sendiri, mutar-mutar tanpa tahu apa yang dicari. "Ya nggak ada sih, niatnya cuman makan bakso. Lagian ke sini cuma cuci mata

    Last Updated : 2023-01-15
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 107

    Bab 93Daffin masuk ke dalam kamar sambil membawa segala susu untuk istrinya. Dipandangnya Hana yang duduk di atas tempat tidur. "Capek ya." Daffin duduk di tepi tempat tidur dan mengusap kepala istrinya.Hana tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Setelah puas jalan-jalan di mall, kini ia merasa amat kelelahan."Anak-anak papi capek ya? Apa, sudah capek tapi gak bawa apa-apa pulang. Oh cuma di sogok dengan bakso beranak?" Daffin berkata dengan mengusap perut istrinya. Hana tertawa saat mendengar sindiran dari suaminya. "Kita sudah buat kesepakatan, hanya jalan-jalan di mall dan makan bakso." Sambil mengusap perutnya. Diambilnya gelas yang berisi susu coklat yang diberikan suaminya. "Dihabiskan." Daffin tersenyum."Iya." Hana meminum susunya hingga habis dan meletakkan gelas kosong ke atas nakas. "Abang kaki Hana pegel." Perutnya yang sudah buncit, membuat ia kesulitan untuk menunduk dan memijat kakinya sendiri."Udah nyampe rumah ya dek, baru terasa capeknya." Daffin menarik h

    Last Updated : 2023-01-15
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 108

    Mita menarik napas panjang dan kemudian menghembusnya. "Hana mama mau ngasih tahu. "Ia berkata , setelah mereka selesai sarapan pagi."Kasih tahu apa ma?" tanya Hana. Daffin diam memandang mamanya. Rencana kedua orang tuanya yang akan kembali ke rumah besar milik kedua keluarganya, sudah ia ketahui. Ia berharap agar Hana mau menerima keputusan kedua mertuanya.Mita diam memandang Hana. Ia sudah menyusun kata-kata untuk memberitahu menantunya. Namun melihat raut wajah Hana yang seperti ini, membuat konsentrasinya buyer dan tidak tega.Dipegangnya tangan Hana dan sedikit tersenyum."Mama dan papa, sudah terlalu lama di sini. Rumah yang di sana, di tinggal aja. Jadi mama mau pulang ke rumah dan ngurusin rumah, soalnya sudah lama ditinggalin." Mita memberikan penjelasan agar menantunya bisa menerima alasannya."Apa mama, papa nanti datang lagi ke sini?" Hana memandang kedua mertuanya secara bergantian. "Mungkin datangnya cuman untuk main-main aja, bila rindu sama Hana. Hana menganggukk

    Last Updated : 2023-01-16
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 109

    Jantungnya berdegug dengan sangat hebatnya ketika melihat sosok yang berdiri di depan pintu rumahnya. Air matanya mengalir tanpa mampu dibendung. Hanya satu doanya agar apa yang dilihatnya saat ini bukan hanya sekedar mimpi.Melihat mamanya seperti ini, sungguh membuat hatinya sedih. Berliana menangis dan memeluk tubuh mamanya."Apa benar ini Berliana?" Susi bertanya dengan suara yang gemetar."Iya ma, aku Berliana." Air matanya menetes, saat melihat tubuh mamanya, yang sudah tidak gemuk seperti dulu lagi. Wanita yang telah melahirkannya, tampak jauh lebih kurus.Susi menangis ketika memeluk putrinya. Rasa rindunya, kini terobati sudah."Maafkan aku, ma, aku salah. Aku benar-benar menyesal." Berliana menangis.Susi menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa nak, lihat Berli pulang seperti ini saja, Mama sudah sangat senang." Diusapnya air mata yang seakan tidak mau berhenti mengalir. Baginya, Berliana adalah nyawanya. Dalam beberapa bulan ini, hidupnya seakan tidak bernyawa. Hidupnya se

    Last Updated : 2023-01-16
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 110

    Setelah selesai makan malam, Daffin masuk ke kamar bersama dengan istrinya. "Apa adek mau nonton tv?" "Iya," jawab Hana yang berdiri di samping tempat tidur.Dengan cepat pria itu menumpuk beberapa bantal untuk menjadi sandaran punggung Hana.Hana tersenyum, kemudian duduk di atas tempat tidur dan menyandarkan punggungnya di tumpukan bantal yang sudah di siapkan suaminya.Diambilnya remote televisi dan memberikan kepada istrinya. "Ini sayang, remote nya. Cari aja film yang adek suka." "Iya." Hana mengambil remote yang diberikan suaminya."Abang ke ruang kerja sebentar ya dek, ada yang mau dikerjain." Daffin tersenyum dan mengusap kepala istrinya."Iya." Hana sudah mulai sibuk mencari channel yang akan ditontonnya. Pencariannya terhenti dan memandang suaminya dengan kesal.Daffin mengulum senyumnya ketika melihat wajah istrinya yang mulai marah."Mau cium kasih aba-aba dulu kenapa?" Bibirnya maju ke depan."Lupa, kalau gitu ulang lagi. Siap ya dek, Abang cium." Diciumnya bibir istri

    Last Updated : 2023-01-17
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 111

    "Mau di pijit?" Mendengar istrinya mengeluh, dengan cepat Daffin menawarkan jasanya. Ia duduk di belakang Hana. "Iya, pakai minyak zaitun ya." Hana tersenyum lebar. Ketika sedang pegal, ada yang menawarkan jasa pijat, mana mungkin ia sanggup untuk menolak.Daffin tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Bila istrinya mengeluh sakit dan pegal seperti ini, ia akan selalu memijit bagian yang sakit. Diambilnya minyak zaitun di atas meja yang ada di samping tempat tidur. Saat ini minyak zaitun, begitu sangat penting dan selalu dipakai Hana, sehingga Daffin tidak ingin meletakkan minyak ini di tempat yang sulit untuk temukan. "Hana sudah kasih tahu dokter Lusi, kalau pinggang bagian belakang, suka sakit sekali. Gak kuat duduk lama, juga. Tapi kata dokter Lusi, keluhan seperti ini, memang sudah biasa untuk wanita hamil. Hana juga nggak dikasih obat apa-apa." Hana mengadu dengan suaminya."Kalau pegel, kasih tahu Abang aja, biar Abang pijit." Daffin meneteskan minyak zaitun ke telapak tangan

    Last Updated : 2023-01-17
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 112

    Berliana berdandan dengan sangat cantik. Rambutnya yang panjang dan lurus dibiarkannya tergirai begitu saja. Lipstik berwarna merah membuat bibir tipisnya tampak menggoda. Disemprotnya parfum merk termahal ke tubuhnya dengan aroma yang begitu sangat enak. "Aku yakin kamu pasti akan mengingat aroma parfum yang aku pakai." Berliana tersenyum."Jujur Daf, aku sangat rindu denganmu. Aku yakin kamu juga sangat merindukan aku." Berliana memejamkan matanya dan mengangkat dagunya ke atas. Dirambahnya leher jenjang nan putih, yang selama ini menjadi kebanggan nya. Ia seakan merasakan sentuhan yang diberikan Daffin untuknya. Bayangan kemesraan yang dulu dirasakannya, kini kembali hadir dalam ingatannya. "Kita akan kembali bersama dan aku ingin kamu membuang jauh Hana dari hidupmu. Aku tidak akan pernah rela bila kamu bersama dengannya." Berliana tersenyum sambil menatap wajah cantiknya di depan cermin."Anak, mama sudah sangat cantik." Susi tersenyum. Entah bagaimana caranya, kini ia dan jug

    Last Updated : 2023-01-18

Latest chapter

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 264

    Hana hanya diam saat kalung indah itu melingkar di lehernya. "Abang, beneran ini?" Tanyanya yang masih tidak percaya. "Iya sayang, nanti kasih Abang bonus ya." Daffin tersenyum dan mengangkat 3 jarinya.Mata Hana terbuka lebar saat melihat tiga jari suaminya. "Maksudnya 3 ronde?" Wanita cantik itu bertanya dengan wajah serius."Iya dong sayang," jawab Daffin.Hana diam dan menelan air ludahnya. Namun wanita itu tidak mampu untuk menolak, berhubungan apa yang diberikan Daffin tidak sebanding dengan apa yang dia inginkan. "Jangankan 3, 10 aja Hana layani bang," kata Hana dengan candaan.Namun berbeda dengan tanggapan yang diberikan Daffin. Pria itu ternyata mengganggap apa yang dikatakan istrinya serius. "Kalau gitu sampai pagi ya sayang." Dengan sangat genit Daffin mengedipkan matanya.Hana diam dan menelan air ludahnya. Mengapa dia berkata seperti itu sehingga Daffin salah mengartikan. "Emang sanggup?" Dengan bodohnya Hana bertanya dan terkesan menantang sang suami. "Ya jelas sanggu

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 263

    Hana begitu sangat menikmati liburnya di kota Dewata Bali. Sesuai dengan apa yang di katakan Daffin, ini merupakan perjalanan bulan madu pertama mereka setelah menikah. Ia memiliki waktu berdua dengan sang suami. Sedangkan kedua anaknya diasuh nenek, kakek dan baby sitter nya. Mama mertuanya benar-benar memberikannya waktu untuk berbulan madu. Hana tersenyum malu-malu ketika melihat Daffin menatapnya. "Kalau ada si kembar pasti lebih asik," ucapnya untuk menghilangkan rasa canggung. Meskipun sekarang mereka sudah memiliki dua bayi kembar, namun tetap saja Hana merasa canggung jika Daffin menatapnya tanpa berkedip."I love you," jawab Daffin dengan menyelisikan jari telunjuk dan jempolnya.Hana tertawa ketika melihat tingkah suaminya. "Lain yang dibilangin lain yang dijawab," ucapnya yang tersenyum malu."Emangnya tadi bilangin apa?" tanya Daffin yang mengulum senyumnya."Andaikan ada si kembar disini, pasti asik." Hana kembali mengulang ucapannya."Mana boleh si kembar datang kesini.

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 262

    Udara yang tadi terasa dingin kini sudah berangsur menghangat dan matahari sudah mulai mengeluarkan panas paginya yang menyehatkan.Hana masih sangat nyaman dengan duduk di tepi pantai bersama bersama dengan Daffin. Dengan sangat manja menyandarkan kepalanya di bahu sang suami."Sayang, Abang mau ke kamar, ambil si kembar. Kalau nunggu bangun, takutnya nanti terlalu siang dan keburu panas." Daffin tersenyum dan mengusap kepala istrinya."He... He.... Tahu aja kalau Hana lagi malas berdiri," ucapnya dengan tersenyum. Sejak tadi ia begitu malas untuk beranjak dari duduknya. Duduk di tepi pantai, melihat air omba yang saling berkejaran, membuat hatinya tenang. Dalam waktu sebentar saja permasalahan yang selama ini menghimpit dadanya berangsur-angsur terlupakan."Mami si kembar malasnya level tinggi." Daffin tersenyum dan beranjak dari duduknya. Panas pagi seperti ini sangat dibutuhkan oleh kedua anaknya, karena itu mereka sudah berniat untuk menjemur si kembar setiap pagi, selama berad

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 261

    Udara pagi terasa sangat segar ketika masuk ke lubang hidung dan mengisi paru-parunya. Hana berulang kali menarik napas yang panjang dan menghembuskan secara berlahan-lahan. Pagi ini dia menikmati segarnya udara pagi di tepi pantai. Matahari yang mulai terbit, menambah indahnya suasana pagi ini.Daffin menggenggam tangan istrinya. Pria berwajah tampan itu tersenyum ketika melihat rona bahagia yang terpancar di wajah ibu dua anak tersebut. "Nanti kalau si kembar sudah bangun pasti dia senang ya lihat pantai." Hana tersenyum. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Kiandra dan juga Keyzia saat melihat keindahan pantai seperti sekarang. "Pasti minta masuk ke dalam air." Daffin tertawa. Baru saja membayangkan saja sudah membuat ia gemas sendiri. Si kembar sudah sangat pintar bermain. Apalagi jika diajak bermain air. Biasanya bayi kembar itu tidak akan mau keluar dari dalam air dan mami mereka akan kesulitan ketika membujuk kedua bayi kembarnya agar mau berhenti berendam. Daffin bis

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 260

    Berliana mendongakkan kepalanya ke atas dan memandang langit yang sudah semakin gelap. Mungkin sebentar lagi hujan akan kembali turun. Angin yang berhembus kencang, membuatnya sedikit takut. "Mama, tenanglah di sini. Mau seperti apapun mama, aku akan tetap selalu menyayangi mama. Mama, aku pamit pulang, Aku juga akan pergi meninggalkan Indonesia, dalam waktu 3 bulan ini. Jadi mungkin aku tidak datang ke sini untuk melihat mama. Tapi aku janji, aku akan langsung ke sini, setelah aku kembali dari Korea. Aku akan menuruti semua yang mama katakan. Aku juga sudah mendapatkan identitas baru. Aku sudah tidak menjadi Berliana lagi." Diusapnya air mata yang mengalir deras. Semua kisah hidupnya, semua cerita indah tentang kebersamaannya dengan sang mama, akan disimpan di dalam memori ingatannya. Berliana sudah mendapatkan kabar dari pria yang membantunya membuat identitas baru. Pria itu mengabarkan bahwa identitas barunya sudah selesai. Itu artinya, ia sudah bisa pergi meninggalkan Indonesia.

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 259

    "Selamat tidur anak ganteng mami." Hana tersenyum dan mencium pipi bulat Keandra kiri dan kanan. Ia juga mencium bibir kecil bayi laki-laki tersebut.Selamat tidur sayang mami yang cantik jelita." Hana tersenyum dan mencium pipi kiri dan kanan, bayi cantiknya. Di mata ibu dua anak itu, anak-anaknya makhluk yang paling sempurna. Keandra yang terlihat begitu tampan dan Keyzia yang tampak begitu sangat cantik. "Kenapa ya, kalau cium adek nggak pernah ada puasnya. Mami ngerasa selalu aja kurang." Hana tersenyum sambil menatap wajah cantik putrinya. Meskipun kedua anaknya sudah tidur, namun Hana tetap saja berbicara, seakan kedua bayi itu mendengar apa yang dikatakannya. Ia kembali mencium kening dan juga puncak kepala bayi yang berambut tebal tersebut. "Abang Kean, jangan nakal ya sama adek. Jangan digigit kuping, jangan disedot hidung dan juga pipi adek ya." Hana tersenyum memandang Keandra. Sebenarnya ia ingin memisahkan tempat tidur kedua bayi itu, namun jika tidur ditempat tidur ter

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    bab 258

    Bian tersenyum penuh kepuasan ketika melihat hasil persidangan Susi. "Manusia iblis," ejeknya. Selama beberapa minggu ini pria itu selalu mengikuti perkembangan kasus Susi. Dan hari ini dia begitu sangat bahagia karena mendengar keputusan hakim. Wanita itu membayar perbuatannya dengan nyawanya sendiri. Diambilnya telpon genggam yang terletak di atas meja. Ia langsung menghubungi nomor ponsel yang tersimpan di kontak telepon. Nomor ponsel yang selalu akan disimpannya. Suara panggilan telepon yang dilakukannya baru di angkat di panggil yang sudah ketiga kalinya. Biasanya Bian akan marah jika panggilan telepon yang dilaksanakannya diabaikan begitu saja. Namun saat ini, ia tidak marah, mungkin karena suasana hatinya yang sangat senang. "Halo." Suara serak yang menjawab telpon darinya, menandakan si penjawab telpon sedang menangis. "Pantas saja kamu bisa seperti ini Berliana, ternyata kamu keturunan iblis, betul nggak sih." Senyum penuh kemenangan terukir di wajah tampannya.Berliana

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 257

    "Hana mau dengar semuanya ma." Hana memandang punggung Susi yang membelakanginya.Saya juga pernah merencanakan agar para preman melakukan perbuatan asusila kepada Hana. Setelah mereka puas dengan tubuhnya saya meminta agar menghabisi nyawanya. Karena apa Saya ingin terkesan seperti korban kejahatan preman yang mabuk. Namun nyatanya Hana tidak pulang ke rumah karena dia menginap di rumah teman sekolahnya. Dan hal itu sudah saya lakukan berulang kali. Namun selalu saja gagal dan pada akhirnya saya membatalkan rencana tersebut.Hana memegang dada yang terasa begitu sangat sakit dan sesak. Tidak terbayang olehnya ternyata wanita yang dinikahi ayahnya memang benar-benar iblis."Saya bahkan tidak pernah menyesal karena menghilangkan nyawa suami saya yang kebetulan bodoh itu. Karena jujur, saya tidak pernah mencintainya. Saya menikah dengan dia, hanya untuk mendapatkan harta dan uangnya. Dan semua itu karena dia yang terlalu bodoh dan terlalu berharap lebih kepada saya. Karena nyatanya, say

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 256

    "Mama Berliana berlari dan memeluk Susi dengan erat. Air mata kesedihan tidak bisa di tutupinya. Susi tersenyum dan mengusap punggung putrinya. Senyum yang ditunjukkan sebagai bukti bahwa dirinya baik-baik saja. "Mama baik-baik aja nak.""Mama aku sungguh tidak sanggup." Berliana berkata di tengah isak tangisnya. Menyaksikan persidangan sang mama, sungguh membuat tubuhnya lemas dan tidak sanggup untuk menerima kenyataan pahit atas hukuman yang akan diterima oleh wanita yang sudah melahirkannya. Namun yang lebih membuat hatinya terasa sakit dan juga perih, ketika tidak bisa membela mamanya sama sekali. Ribuan kata makian untuk menghakimi perbuatan Susi. Mereka terlalu pandai untuk menilai dan menghakimi kesalahan yang orang lain lakukan. Ingin rasanya Berliana marah dan menangkis semua perkataan orang-orang itu. Namun apa yang dikatakan mereka benar. Semua fakta tidak bisa di pungkiri. Pada akhirnya dia berusaha untuk tuli dan tidak mendengarkan. Meskipun kenyataannya, apa yang dikat

DMCA.com Protection Status