"Kau akan pulang?" Tanya Prabu yang sedang melakukan video call bersama Andro."Hei, Kak Andro. Dimana kau! Kenapa aku hanya melihat pintu?!""Diamlah, Prabu. Jangan berteriak, kau membuat telingaku sakit.""Lagipula kau menelpon tapi mengarahkannya pada pintu!""Apa lama belum menikah tidak membuat rudalmu membatu? Kau belum bisa lepas dari ular berbisa Manda?""Hei! Perhatikan ucapanmu, kak."Barulah saat ini Andro menampakkan dirinya di layar."Hei, katakan padaku kenapa kau menelpon?" Tanya Prabu. "Aku sedang sibuk.""Sibuk menunggu gadis pujaanmu mau dinikahi?" Tanya Andro sambil tertawa.Andro memegang perutnya. "Astaga, itu membuatku merasa iba.""Oke, aku akan diam. kau mulai marah.”“Katakan apa maumu kak, aku harus kembali berpesta wanita.""Sialaaan," gumam Andro mendengar penuturan Prabu. Andro memegang ponsel yang sebelumnya dia simpan di nakas. "Tebak aku dimana?""Hotel?" Tebak Prabu."Toilet?" Tambah Prabu yang mulai kesal.Andro menggeleng. "Aku berada di pesawat. Lih
Sebagai seorang istri, Raya mencoba menetralkan keadaan."Gala.... Tari.....," panggil Andro. "Daddy ingin pelukan.""No," ucap Gala dan Mentari secara bersamaan.Membuat Raya yang sedang menyuapi mereka mengusap rambut mereka. "Tidak boleh seperti itu, Daddy merindukan kalian."Gala menggeleng. "Daddy nakal.""Dan tengik," tambah Mentari yang membuat Raya ingin tertawa."Tidak.....," ucap Raya mencoba membela, dia kasihan melihat tubuh Andro yang sudah penuh dengan coretan spidol. "Daddy sedang sibuk waktu itu.""Dan kesibukan Daddy tidak berhak membuat Mommy menangis!"Andro menatap kedua anaknya dari kejauhan sambil berbaring. "Bolehkah Daddy mandi?""Nooo! Jika Daddy mandi, nanti Thali malah!""Yaa! Hukuman Daddy adalah bekas spidol itu."Andro menghela napas dalam. Dia tidak bisa keluar dengan tubuh selain wajah yang penuh coretan spidol. Apalagi saat Gala berkata, "Mom, ayo beli siomay.""Siomay?" Tanya Andro heran. "Kapan tukang siomay datang ke Thailand?"Raya mengerucutkan b
Oma menarik napas dalam, dia benar benar merindukan cucu dan cicitnya. Oma kesepian, senam saja dia tidak semangat. Umurnya semakin bertambah, yang Oma inginkan sekarang adalah sering berkumpul bersama cucu dan para cicitnya, dia ingin rumah selalu ramai dengan tara, ria dan canda yang hangat. Jeta yang sedari tadi melihat majikannya menyalakan TV tapi tidak menontonnya, membuatnya penasaran. "Nyonya?" Pyyuuuuuuuttttttttt.... Oma malah kentut, membuat Jeta di belakang sana terbatuk batuk karena aroma yang membuat tenggorokan kering. Dan dengan santainya Oma berucap, "Maaf, Jeta. Akan aku tambahkan bonus untukmu bulan ini." "Apa ada masalah, Nyonya?" "Aku merindukan mereka." Paham dengan apa yang dikatakan majikannya, Jeta memberi saran. "Bagaimana jika anda menelponnya?" "Andro baru saja pergi, aku pikir mereka sedang membuat adonan." "Mungkin anda harus mencobanya dulu, Nyonya." "Haruskah?" Tanya Oma mengambil ponselnya. Dia menghubungi Andro dengan video call. Lama tidak
Rindu akan sentuhan istrinya, rindu akan ciuman dan kasih sayangnya. Kali ini Andro yang tumbang dan Raya yang terbangun setelah dua jam mereka bergelut bersama. Andro sebelumnya sudah menyuruh anak anak bermain bersama dengan pengasuh, dan juga meminta Oma untuk tidak datang dulu meski mereka pulang ke rumah lebih awal. Raya mengusap perutnya yang buncit, dia bergerak bangun. "Sayang, kau mau ke mana?" Tanya Andro yang ikut terbangun. "Aku mau mandi." "Ini belum sore." "Aku ingin ke suatu tempat." "Ke mana?" Tanya Andro sambil duduk, yang tidak sengaja membuat handuknya merosot. Hampir memperlihatkan batang kejantanannya, yang mana membuat Raya berpaling malu. Andro yang sadar akan hal itu terkekeh. "Astaga Sayang, kau sudah sering melihatnya." "Berhenti mengatakannya," ucap Raya malu malu. "Aku mau mandi." "Kita mandi berdua." "Apa? Aku ra--- Andro!" Raya terkejut saat suaminya tiba tiba mengangkatnya dan membawanya ke kamar mandi. Raya menyembunyikan tubuhnya tatkala beb
Oma menatap heran Andro yang masih memiliki bulu bulu di wajahnya. Dia menghalangi cat itu dengan rambut palsu yang dipotong lalu menyerupai jambang.“Ria!”"Iya, Oma?""Usap perutmu, lalu bilang amit amit jika melihat Andro."Raya yang sedang menyajikan makanan hanya mengangguk, dia mempersiapkan makan malam untuk mereka bersama.Oma kembali berdecak saat melihat Andro yang bermain layaknya kera dengan anak anaknya yang memerankan ultramen. Untuk anak, semua akan Andro lakukan termasuk bertingkah aneh dan memalukan.Oma kembali menggeleng. "Sangat tidak sinkron, kenapa Sun Go Kong melawan Ultramen?"Raya hanya tersenyum. "Ini teh madu yang Oma minta.""Ria apa kau tidak aneh melihat mereka?""Cukup sering aku melihatnya, Oma, ini tidak aneh. Kadang Suamiku terlalu memanjakan mereka. Dia pernah menggendong anak anak mengelilingi tempat ini sampai dia sakit.""Oma pikir sekarang kejiwaannya yang sakit."Raya meletakan piring terakhir yang berisikan sup krim"Apa anak anak akan makan de
"Mommy!" teriak anak anak saat melihat Raya datang, keduanya memeluk Raya dengan ekspresi wajah riang. Raya segera memberi isyarat agar keduanya diam dan tenang mengingat masih ada tamu Oma di dalam, yang mana membuat Raya memilih jalan memutar. "Kenapa kita memutar, Mommy?" "Masih banyak mobil, tamu Oma masih di dalam bukan?" tanya Raya yang dijawab anggukan oleh Gala. Mentari yang digenggam oleh mommy nya hanya ikut lewat belakang. Namun tanpa diduga, ternyata para tamu itu ada di belakang sedang menyantap kudapan, membuat Raya segara menarik anak anaknya untuk masuk lewat belakang. "Mommy, kenapa kita memutari rumah?" tanya Gala. "Sepelti litual?" "Ritual apa?" tanya Raya terkejut dengan pertanyaan putrinya. "Apa kalian menonton Suzana lagi bersama Oma?" Kedua anaknya mengangguk, membuat Raya menghela napas. "Kenapa Mommy datang?" "Mommy juga ingin makan banyak kue di sini," ucap Raya sambil tersenyum. "Kalian mau kemana?" "Pada Oma." "Lalu kenapa tadi ikut Mommy?" "Not
"Mommy!" teriak anak anak saat melihat Raya datang, keduanya memeluk Raya dengan ekspresi wajah riang.Raya segera memberi isyarat agar keduanya diam dan tenang mengingat masih ada tamu Oma di dalam, yang mana membuat Raya memilih jalan memutar."Kenapa kita memutar, Mommy?""Masih banyak mobil, tamu Oma masih di dalam bukan?" tanya Raya yang dijawab anggukan oleh Gala.Mentari yang digenggam oleh mommy nya hanya ikut lewat belakang. Namun tanpa diduga, ternyata para tamu itu ada di belakang sedang menyantap kudapan, membuat Raya segara menarik anak anaknya untuk masuk lewat belakang."Mommy, kenapa kita memutari rumah?" tanya Gala."Sepelti litual?""Ritual apa?" tanya Raya terkejut dengan pertanyaan putrinya. "Apa kalian menonton Suzana lagi bersama Oma?"Kedua anaknya mengangguk, membuat Raya menghela napas."Kenapa Mommy datang?""Mommy juga ingin makan banyak kue di sini," ucap Raya sambil tersenyum. "Kalian mau kemana?""Pada Oma.""Lalu kenapa tadi ikut Mommy?""Nothing," ucap
Prabu menggeleng tidak percaya melihat Andro yang dulunya melangkah penuh percaya diri di setiap keadaan kini berubah drastis. Bahkan dulu mereka pernah menjelajahi gua sampai akhirnya harus menuruni tebing yang membahayakan nyawa. Saat itu ketika mereka menuruni tebing dan mendapatkan ada ular, Andro tanpa rada takut langsung menjepit tubuhnya dan membuangnya.Namun sekarang......."Kau masih takut pada pria botak?""Aku tidak takut," ucap Andro. "Aku hanya mual melihat orang botak.""Kenapa?""Kalau aku tau akan aku cari obatnya.""Bro, jangan buat istrimu hamil lagi."Andro diam, dia hanya fokus pada langkahnya. "Jangan lupa tinggalkan jejak," ucap Andro untuk yang kesekian kalinya.Hal itu membuat Prabu berhenti sesaat. "Kita bukan orang amatiran, ini kesekian kalinya kita ke hutan.""Ya, dan kita harus lebih hati hati.""Astaga, kau benar benar Emejing."Andro tetap fokus pada langkahnya saja. "Dimana sungai?""Kalau aku tau aku tidak akan mencari.""Berhentilah memarahiku.""M