Jangan lupa vote dan komen ya
Oma menatap heran Andro yang masih memiliki bulu bulu di wajahnya. Dia menghalangi cat itu dengan rambut palsu yang dipotong lalu menyerupai jambang.“Ria!”"Iya, Oma?""Usap perutmu, lalu bilang amit amit jika melihat Andro."Raya yang sedang menyajikan makanan hanya mengangguk, dia mempersiapkan makan malam untuk mereka bersama.Oma kembali berdecak saat melihat Andro yang bermain layaknya kera dengan anak anaknya yang memerankan ultramen. Untuk anak, semua akan Andro lakukan termasuk bertingkah aneh dan memalukan.Oma kembali menggeleng. "Sangat tidak sinkron, kenapa Sun Go Kong melawan Ultramen?"Raya hanya tersenyum. "Ini teh madu yang Oma minta.""Ria apa kau tidak aneh melihat mereka?""Cukup sering aku melihatnya, Oma, ini tidak aneh. Kadang Suamiku terlalu memanjakan mereka. Dia pernah menggendong anak anak mengelilingi tempat ini sampai dia sakit.""Oma pikir sekarang kejiwaannya yang sakit."Raya meletakan piring terakhir yang berisikan sup krim"Apa anak anak akan makan de
"Mommy!" teriak anak anak saat melihat Raya datang, keduanya memeluk Raya dengan ekspresi wajah riang. Raya segera memberi isyarat agar keduanya diam dan tenang mengingat masih ada tamu Oma di dalam, yang mana membuat Raya memilih jalan memutar. "Kenapa kita memutar, Mommy?" "Masih banyak mobil, tamu Oma masih di dalam bukan?" tanya Raya yang dijawab anggukan oleh Gala. Mentari yang digenggam oleh mommy nya hanya ikut lewat belakang. Namun tanpa diduga, ternyata para tamu itu ada di belakang sedang menyantap kudapan, membuat Raya segara menarik anak anaknya untuk masuk lewat belakang. "Mommy, kenapa kita memutari rumah?" tanya Gala. "Sepelti litual?" "Ritual apa?" tanya Raya terkejut dengan pertanyaan putrinya. "Apa kalian menonton Suzana lagi bersama Oma?" Kedua anaknya mengangguk, membuat Raya menghela napas. "Kenapa Mommy datang?" "Mommy juga ingin makan banyak kue di sini," ucap Raya sambil tersenyum. "Kalian mau kemana?" "Pada Oma." "Lalu kenapa tadi ikut Mommy?" "Not
"Mommy!" teriak anak anak saat melihat Raya datang, keduanya memeluk Raya dengan ekspresi wajah riang.Raya segera memberi isyarat agar keduanya diam dan tenang mengingat masih ada tamu Oma di dalam, yang mana membuat Raya memilih jalan memutar."Kenapa kita memutar, Mommy?""Masih banyak mobil, tamu Oma masih di dalam bukan?" tanya Raya yang dijawab anggukan oleh Gala.Mentari yang digenggam oleh mommy nya hanya ikut lewat belakang. Namun tanpa diduga, ternyata para tamu itu ada di belakang sedang menyantap kudapan, membuat Raya segara menarik anak anaknya untuk masuk lewat belakang."Mommy, kenapa kita memutari rumah?" tanya Gala."Sepelti litual?""Ritual apa?" tanya Raya terkejut dengan pertanyaan putrinya. "Apa kalian menonton Suzana lagi bersama Oma?"Kedua anaknya mengangguk, membuat Raya menghela napas."Kenapa Mommy datang?""Mommy juga ingin makan banyak kue di sini," ucap Raya sambil tersenyum. "Kalian mau kemana?""Pada Oma.""Lalu kenapa tadi ikut Mommy?""Nothing," ucap
Prabu menggeleng tidak percaya melihat Andro yang dulunya melangkah penuh percaya diri di setiap keadaan kini berubah drastis. Bahkan dulu mereka pernah menjelajahi gua sampai akhirnya harus menuruni tebing yang membahayakan nyawa. Saat itu ketika mereka menuruni tebing dan mendapatkan ada ular, Andro tanpa rada takut langsung menjepit tubuhnya dan membuangnya.Namun sekarang......."Kau masih takut pada pria botak?""Aku tidak takut," ucap Andro. "Aku hanya mual melihat orang botak.""Kenapa?""Kalau aku tau akan aku cari obatnya.""Bro, jangan buat istrimu hamil lagi."Andro diam, dia hanya fokus pada langkahnya. "Jangan lupa tinggalkan jejak," ucap Andro untuk yang kesekian kalinya.Hal itu membuat Prabu berhenti sesaat. "Kita bukan orang amatiran, ini kesekian kalinya kita ke hutan.""Ya, dan kita harus lebih hati hati.""Astaga, kau benar benar Emejing."Andro tetap fokus pada langkahnya saja. "Dimana sungai?""Kalau aku tau aku tidak akan mencari.""Berhentilah memarahiku.""M
Ketika satu penggalan memori itu masuk, Prabu menatap Andro dengan wajah takut takut."Kau ingat sesuatu bukan?" tanya Andro. "Beritahu aku."“Aku tidak akan mengatakan apapun padamu.""Aku bersumpah kau tidak akan pernah tau nikmatnya cinta jika kau tidak mengatakannya, Prabu.""Apa mengenyangkan?""Bisakah kau tidak berdebat denganku?" tanya Andro pada Prabu. "Katakan saja apa yang kau ingat.""Aku sedang memberimu kesempatan untuk menunjukan betapa kayanya dirimu, Kak, mobil itu bisa dibeli lagi.""Waaahhh...." Andro bertepuk tangan. "Haruskah aku bom kapal pesiarmu?""Tunggu!" Teriak Prabu sambil memegang kepalanya.Dan itu membuat Andro berfikir kalau adiknya itu kembali mengingat apa yang terjadi."Kau ingat sesuatu?" tanya Andro antusias."Aku ingin mandi."Dan pada akhirnya mereka kembali ke sungai yang memiliki air terjun di sana. Sepanjang langkah Andro melamun, kenapa belum ada yang datang mencarinya? Pikirannya bertanya tanya apakah Raya tidak mengkhawatirkannya? Atau d
Prabu tersenyum menyadari kekonyolannya yang membuat mereka terdampar si hutan itu. "Kenapa aku seburuk itu saat mabuk?"Dari kejauhan Andro melambaikan tangannya supaya Prabu mendekat padanya. Prabu pun berjalan mendekat. "Ada banyak hewan di sana." Andro mengamati sekitar."Kita berjalan saja," ucap Prabu. "Jalannya ada di bawah sana, tidak terlalu jauh ke gerbang utama jika aku melihat bekas jejak kaki.""Kaki manusia?""Tentu saja," ucap Prabu, dia harus bersikap lebih dewasa apalagi menggandeng kakaknya yang sekarang seolah lebih kekanakan darinya. "Ayo cepat.""Apa tidak sebaiknya pakai mobil saja?" tanya Andro. "Aku bukan takut, aku hanya tau apa yang ada di dalam hutan ini. Apa nanti kita tidak kewalahan jika bertemu mereka.""Ayo cepat," ucap Prabu. Tapi Prabu menghela napas dalam melihat apa yang masih di bawa Andro. "Setidaknya buang Tai Kuda itu," tunjuknya.Andro menggeleng. "Ini hadiah untukmu.""Kau dendam pada orang mabuk.""Kesalahan adalah kesalahan, terlepas apa y
Andro menarik napasnya tatkala dia sampai di rumah. Di perjalanan pulang, tak lupa, Andro juga menyempatkan untuk membeli beberapa barang kesukaan istrinya seperti cat kuku, lipstick dan bahkan bunga. Lalu untuk anak anaknya, Andro membelikan lilin mainan.Dia keluar lebih dulu, disusul oleh Prabu di belakang sana.Andro lihat, sepertinya ada Oma di sini, membuatnya semakin was was. Oma selalu memiliki rencana rencana mengerikan dalam pikirannya.Andro berdehem, dia membawa paperbag dan bunga itu ke dalam."Sayang.....," panggil Andro, tapi tidak ada yang menjawab.Saat melihat ada sepatu anak anak, kening Andro berkerut. Di sana ada Nana, membuatnya bertanya, "Nana, anak anak sudah pulang?""Ya, Tuan. Hari ini mereka pulang cepat karena guru mereka ada acara.""Dimana mereka sekarang?""Ada di kamar.""Tidur?""Ya, Tuan."Untuk memastikan, Andro masuk ke kamar anak anak. Tapi sepertinya anak anaknya memang terlelap, terlihat dari mainan berantakan yang sedang dibersihkan pengasuh. “S
"Kenapa kau mengira Daddy akan cepat tiada?""Karena Daddy anak nakal.""Tapi tidak apa, Daddy memang seharusnya menikmati sisa hidup. Apalagi sisa hidup Daddy tinggal beberapa langkah lagi.""Daddy bermain bersama para Uncle, itu membuat masa hilang Daddy lebih cepat. Jadi aku hanya siap siap saja."Kata kata itu terngiang ngiang di telinga Andro, kini dia sedang duduk di kamar sendirian. Begini respon keluarganya saat dia berbuat kekacauan, kenyataannya Andro lebih suka bentakan dan pukulan dari mereka bertiga.Sambil menunggu istrinya, Andro memilih duduk di sofa, melihat kedua ranjang yang terpisah saja membuatnya mual. Dia ingin menendang ranjang itu.Namun mengingat istrinya yang sedang mengandung, Andro tentu tidak ingin membuatnya kesal.Saat Raya masuk, baru Andro berdiri."Gala tidak ingin tidur denganku tadi.”"Jangan khawatir, sekarang dia sudah tidur," ucap Raya yang duduk di meja rias untuk melakukan ritual skincare malam.Andro mendekat, dia duduk di meja samping meja r