"Kenapa kau mengira Daddy akan cepat tiada?""Karena Daddy anak nakal.""Tapi tidak apa, Daddy memang seharusnya menikmati sisa hidup. Apalagi sisa hidup Daddy tinggal beberapa langkah lagi.""Daddy bermain bersama para Uncle, itu membuat masa hilang Daddy lebih cepat. Jadi aku hanya siap siap saja."Kata kata itu terngiang ngiang di telinga Andro, kini dia sedang duduk di kamar sendirian. Begini respon keluarganya saat dia berbuat kekacauan, kenyataannya Andro lebih suka bentakan dan pukulan dari mereka bertiga.Sambil menunggu istrinya, Andro memilih duduk di sofa, melihat kedua ranjang yang terpisah saja membuatnya mual. Dia ingin menendang ranjang itu.Namun mengingat istrinya yang sedang mengandung, Andro tentu tidak ingin membuatnya kesal.Saat Raya masuk, baru Andro berdiri."Gala tidak ingin tidur denganku tadi.”"Jangan khawatir, sekarang dia sudah tidur," ucap Raya yang duduk di meja rias untuk melakukan ritual skincare malam.Andro mendekat, dia duduk di meja samping meja r
Andro tidak banyak bicara di kantor, dia lebih banyak termenung mengingat sikap istrinya. Anak anaknya juga mengabaikannya terus menerus. Andro bingung harus berbuat apa lagi supaya mereka berhenti bertingkah seolah olah dirinya akan segera mati.Dia mengusap rambutnya kasar, menarik napas dalam dan mencoba tetap tenang.Namun kegundahan itu semakin parah saat pintu luar ruangannya diketuk dengan sangat kencang. Dari suaranya saja Andro bisa menebak siapa yang datang. Dipastikan itu adalah Prabu.Sampai-sampai sebelum Prabu masuk, Andro berencana mengunci pintu. Tapi Prabu nyatanya lebih dulu masuk."SialIII," ucap Andro saat melihat Prabu sudah masuk."Hei, apa yang kau katakan, Kak? Kau pasti sangat frustasi dengan apa yang terjadi.""Jadi kau tau? Mulai sekarang berhenti datang dan mengajakku keluar. Dan… Ngomong-ngomong, Prabu. Kenapa kau masih di sini? Bukankah seharusnya kau sudah kembali ke Swiss dan memastikan calon istrimu baik baik saja."Prabu tertawa, dia duduk di sofa. "
"Sayang, waktunya kamu mandi. Kita akan makan malam," ucap Raya dari luar.Andro pun segera meninggalkan Gala, dia mencium puncak kepala anaknya lebih dulu sebelum pergi."Tari tertidur, apa kita tidak perlu membangunkannya?""Tidak, kasihan dia.""Apa yang terjadi?" tanya Andro menyempatkan diri mendatangi istrinya dan memeluknya dari belakang sambil menciumi puncak kepalanya. Tangan Andro mengusap perut istrinya yang buncit. "Apa dia dan Gala kembali bertengkar?""Bukan dengan Gala, tapi dengan teman sekelasnya.""Astaga, tidak biasanya anak kita melakukan itu."Raya memutar badan menatap suaminya. "Mandilah, nanti aku ceritakan."Andro mengerucutkan bibirnya. "Maukah kau mandi denganku, Sayang?"Sudah lama Raya mengabaikan Andro, dan dia rasa suaminya itu sudah cukup menanggung semua keaalahannya sendiri.Maka dari itu, Raya berkata pada pelayan, "Tolong bereskan makan malamnya.""Baik, Nyonya."Senyuman Andro seketika merebak. “Kita mandi bersama?""Bukankah ini yang kamu inginkan
Raya sampai di toko bunga miliknya. Tentu saja ada karyawan di lantai bawah, sementara dirinya duduk manis di lantai dua sambil mendiskusikan rencana apa yang akan dilakukannya ke depan untuk mengembangkan toko ini menjadi semakin baik."Selamat datang, Nyonya, Selamat pagi," sapa seorang petugas kebersihan wanita yang melihat Raya."Selamat pagi, apa kamu sudah sarapan?""Saya akan melakukannya saat pekerjaan ini selesai, Nyonya.""Aku membawa makanan di bawah, makanlah.""Terima kasih banyak, Nyonya."Raya mengangguk, dia menyimpan makanan yang dibawanya di atas meja di lantai satu. "Tolong bagikan juga jika yang lainnya datang.""Baik, Nyonya.""Apa bunga Lily sudah tiba?""Sudah tiba pagi tadi, karyawan lain yang menerima. Saat ini mereka sedang pergi membeli peralatan yang habis.""Baiklah, suruh mereka ke atas jika sudah sarapan.""Baik, Nyonya."Raya mulai membuka laptop. Dia sudah banyak belajar setelah menikah dengan Andro, mulai dari bahasa asing, mengoperasionalkan komputer
Dan setelah diizinkan, Elizabeth masuk ke dalam ruangan Andro. Semua itu seolah membawanya dalam masa lalu, dimana Andro melihat seseorang yang pernah menempati hatinya dan memberikan luka mendalam. Kemudian Elizabeth tiba tiba hilang entah kemana. Saudaranya bilang kalau dia pergi keluar negeri untuk belajar.Andro menatap dari kejauhan, menunggu saat perempuan itu kembali datang padanya. Tapi nyatanya tidak pernah.Saat ini Elizabeth sampai di hadapan Andro, dia tersenyum dan mengulurkan tangan. "Hallo, Andro.""Aku tidak ingin bersalaman.”"Kau banyak berubah, matamu tidak lagi memiliki kehangatan.""Kehangatanku hanya milik keluargaku. Cepat bicara sebelum aku mendorongmu dari jendela itu."Elizabeth tertawa, dia menarik kembali tangannya. "Well, selera humormu tidak berubah."Kemudian dia duduk di sofa, sementara Andro tetap berdiri dengan bersandar di meja. Di sisi lain, Prabu hanya menatap."Katakan sekarang, kau punya waktu lima menit.""Aku bekerja di sini, tidak ada niat sed
Saat dalam perjalanan, Andro merasa dirinya seperti sopir. Raya berada di belakang bersama anak anak, sementara dirinya sendirian di kursi kemudi.Oma pulang dengan Jeta karena ada supir yang menjemput. Dan karena anak anak terlalu melekat dengan Raya, jadi Andro tidak bisa meminta istrinya untuk duduk di depan."Fokus, Sayang," ucap Raya saat menyadari suaminya itu terus saja menatap ke belakang lewat kaca. "Lihat jalanan saja, aku dan anak anak baik baik saja. jangan melirik ke belakang terus."Dengan lucunya Gala menambahkan, "Iya, Daddy. Jika di jalanan jangan selingkuh, konsisten pada jalanan di depan."Mentari tertawa mendengarnya. Dia juga ikut menambahkan, "Daddy selingkuh seling sekali.""Astaga....," gumam Andro mulai terganggu. "Sayang."Raya tertawa, dia mengusap rambut kedua anaknya yang menyandar padanya."Mommy," panggil Gala."Ya?"Andro mulai melirik lagi saat melihat anak anaknya menggesekan kepala mereka di bahu Mommy mereka. Seperti nyaman dan membuat Andro juga ing
"Daddy.....," panggil Gala saat dia terbangun. "Daddy!""Daddy disini, Gala," ucap Andro yang masih setengah sadar, dia mencoba membuka matanya dan melihat Gala yang menatapnya dari atas ranjang."Kenapa Gala tidur di sini? Bukannya semalam di sana?" tanya bocah itu penasaran."Semalam kau demam, Gala."“Benarkah?” Tanyanya kurang yakin."Tidak tau," ucap Andro yang mencoba kembali terlelap dengan membelakangi putranya.Kesal karena diabaikan, Gala melompat dari tempat tidur dan menimpa tubuh Daddy nya."Astaga," ucap Andro menahan sesak ketika putranya itu menimpa dirinya. Dan sekarang dia malah tengkurap di tubuhnya. "Galaa...."Putranya itu malah ikut memejamkan mata lagi. Kemudian dia bergumam, "Seharusnya Daddy memeriksa suhu tubuhku lagi."Kemudian Gala kembali terlelap.Membuat Andro segera membalikan badannya sehingga Gala tengkurap di dadanya, dia memeluk putranya erat kemudian mengelus kepalanya. Semalaman Andro yang menjaga Gala, dia tidak bisa membiarkan istrinya melakuk
Andro melangkah lebar menuju gerbang, dimana di sana ada seorang wanita yang benar benar membuatnya kesal. Tatapan Andro tajam, dia tidak paham bagaimana cara wanita itu berpikir.Saat Andro datang, jelas Elizabeth tersenyum."Pergi dari sini," ucapnya menyeret tangan Elizabeth menjauhi gerbang dan melepaskannya di sana. "Pergi dari sini dan jangan ganggu aku lagi. Apa yang sebenarnya kau inginkan?"Elizabeth malah tersenyum. "Bisakah kau beri aku pekerjaan?""Apa?" tanya Andro tidak percaya. Wanita itu datang hanya karena pekerjaan."Tolong berikan aku pekerjaan, aku yakin ada banyak lowongan untukku di perusahaanmu.""Tidak ada, perusahaanku tidak menerima wajah sepertimu.""Aku akan operasi plastik kalau perlu."Andro tertawa tidak percaya, Elizabeth benar benar tidak peka. "Pergi dari sini sebelum aku menyuruh satpam menyeretmu.""Aku hanya ingin pekerjaan darimu.""Tidak ada pekerjaan. Dengar. Eliiii-”"Senang rasanya kau memanggil namaku lagi."Andro terdiam tidak percaya, tern
Arin dan juga Samuel bergegas menuju rumah Cantika begitu pulang sekolah. Suasananya jauh berbeda dari sebelumnya, semua orang di sana terlihat sangat berduka."Nek, Cantika mana ya?" tanya Arin sambil memberi salam."Ada di dalam, sana ke kamarnya ya."Arin langsung menarik tangan Samuel untuk mengikuti langkahnya, mereka memasuki kamar Cantika dimana sosok itu terlihat sedang bersiap. mereka akan pergi ke gereja untuk Misa Arwah."Cantika?"Sosok itu langsung menoleh seketika, air matanya langsung turun begitu dia melihat Arin. Sosok yang lebih kecil itu langsung menangis dengan kuat saat Arin memeluknya. Mengungkapkan perasaanya yang sebenarnya. Cantika benar benar merasa tersakiti, kehilangan sosok yang selalu bersamanya, membesarkannya, dia kehilangannya saat itu juga.Dunianya terasa runtuh, bahkan Cantika tidak yakin dirinya bisa bertahan tanpa sosok itu."Hei, udah.... Inget loh, Mama kamu ada di tempat terbaik bersama dengan Tuhan," ucap Arin mencoba untuk menenagkan sahabatn
Gala kembali ke rumah setelah mengantarkan sang Pujaan Hati. Dia terdiam sejenak di ambang pintu, rasanya sangat sepi tanpa kedua orang tua dan juga adik adiknya yang selalu ribut."Hiks... Aku merindukan kalian," ucapnya dengan Satu Tetes air mata yang tidak sempat jatuh; Gala lebih dulu menyukainya. "Tapi... Rasanya tenang sekali, hehehe."BUK!"Astaga naga!" teriak Gala dengan spontan saat sebuah sendal melayang dan mengenai kepalanya, akan membuatnya kini tengah tertunduk di atas lantai.Belum juga memarahi sosok yang membuatnya terjatuh dia terlebih dulu melihat dua orang yang sedang kejar-kejaran. "Kembali ke sini, Alden, kau harus mandi," teriak Mentari sambil membawa ember dan gayung yang berisi air.Di belakang sana ada pelayan yang berusaha mengeringkan lantai supaya tidak ada yang terjatuh. Gala mengerjapkan matanya. "Apa yang terjadi?" tanya Gala pada sang pelayan."Mari saya bantu Anda berdiri, Tuan muda.""Berapa lama mereka seperti itu?""Sejak Tuan Alden pulang ke ruma
Galuh berjalan begitu saja melewati Gala dan gerombolannya, membuat Mentari menghela napas kemudian mengikuti sosok itu."Heh, kau mau kemana?!" teriak Gala pada sang adik."Masuk kelas.""Kenapa bersama dengannya?!""Kami sekelas!""Iya juga," gumam Gala baru mengingat.Yang mana membuat Cantika speechless dengan. Gala, tapi hal itu tidak mengurangi kekaguman Cantika terhadap sosok di depannya itu."Kapten, bisa kami Kembali ke kelas sekarang?""Ya, kembalilah ke kelas kalian, dan belajarlah dengan giat. Sudah sana.”Mereka yang ikut menghadang Galuh adalah pasukan basket, dimana Samuel yang memanggil mereka semua lewat Group Chat atas perintah Gala. Saat semuanya mulai bubar, di sana mulai tertinggal Gala yang masih menggenggam tangan Cantika, bersama dengan Samuel yang masih menatap heran pada pasangan baru itu."Lu ngapain masih di sana?" tanya Gala menyadari keberadaan Samuel."Lu jangan lupa, Gal, ada PR yang belum kelar. Cantika, bilang sama Gala buat berhenti nyontek sama gue
"Mommy dan Daddy akan ke Amerika sebentar, untuk menemani Oma sambil mengurus beberapa hal. Jaga baik baik adikmu ya. Dan jika butuh sesuatu, minta saja pada Samuel.""What the....," ucapan Gala terhenti tatkala dia mendapatkan tatapan tajam dari sang Mommy. "Kenapa Samuel?""Dia temanmu 'kan? Daddy tau dia bisa diandalkan, jadi Daddy memberinya upah untuk menjagamu." Andro bicara sambil memakai jasnya."Eoohh, dia itu lelet, Dad. Lagipula aku bisa sendiri.""Jangan seperti itu," ucap Raya dengan lembut, yang sontak membuat Gala bungkam. Mana bisa dia melawan bidadari kesayangannya. Jadi dia merentangkan tangannya dan memeluk sang Mommy. "Apa ini? nanti parfume Mommy menempel.""Hati hati dijalan ya, Mom. Jangan khawatirkan yang lain, adik adik akan aman bersama denganku."PLETAK! Andro melayangkan jitakan di kepala anaknya, membuat Gala mengaduh sambil melepaskan pelukannya. "Daddy ini kenapa?!""Pamitannya nanti, jangan lebay. Kau ini habis nonton apa semalam?""Film India," gumam G
Kenyataannya, mereka berdua hanya makan saat pulang sekolah saja. Selebihnya Gala kembali mengantarkan Cantika karena dirinya tiba-tiba ditelpon oleh sang pelatih untuk ke sekolah dan melakukan persiapan untuk pertandingan."Maaf ya, aku akan mengajakmu main lagi lain kali.""Jangan khawatir, aku baik baik saja," ucap Cantika yang masih berada di bangku belakang kuda besi tersebut.Sementara Gala tidak bisa menahan kekecewaannya terhadap diri sendiri. "Nanti malam aku akan menghubungimu, mengirimimu pesan. Oke?""Oke," ucap Cantika yang masih sedikit kikuk karena status diantara mereka kini tengah berubah.Yang mana pria yang sedang dia peluk saat ini adalah pacarnya. Astaga, rasanya Cantika ingin mati saja ketika mengingat Gala adalah pacaranya."Dan masalah Laura, jangan biarkan dia menggertakmu oke? Aku akan meminta pengacaraku untuk membereskannya.""Apa yang akan kau lakukan, Gala?" tanya Cantika khawatir."Tidak banyak, hanya membuatnya jera.""Jangan keterlaluan ya, dia bersika
Sesuai perkataannya, Cantika tidak bisa berangkat bersama dengan Gala, dia berangkat bersama sang Kakek dimana dia diajak terlebih dahulu untuk makan bubur di tempat kesukaan kakeknya sebelum mereka pergi ke sekolah."Apa kau menyukai Gala?" tanya sang Kakek tiba tiba."Hmm? Ya, aku menyukainya, Kakek.""Jangan setengah-setengah jika suka, gas terus jika memang benar benar suka padanya," ucap sang Kakek saat Cantika sedang memakan bubur.Membuatnya tersedak dan batuk beberapa kali. Cantika menatap ponselnya, dimana Gala terakhir menghubunginya tadi malam, dimana dia mengatakan akan menagih jawaban sepulang sekolah. Dia juga berkata akan terlambat datang ke sekolah karena ada urusan dengan Daddy nya."Sudah makannya?""Sudah, Kek.""Ayo berangkat, anak cantik harus rajin," ucap sang Kakek membayar makanannya sebelum kembali menaiki motor bebek. "Kakek pulangnya nanti agak malam, sampaikan sama Nenek ya. Kakek harus memilah barang barang untuk di museum.""Iya, Kek.""Lumayan, Pak Praka
Cantika tidak bisa melupakan kejadian tadi pagi, dimana Gala menjadi diam mematung. Apakah sahabatnya itu sakit? Apakah dia masih marah padanya?Entahlah, Cantika bingung. Dia tidak ingin Gala sakit."Hei," panggil Laura pada Cantika.Membuat perempuan dengan rambut sebahu itu menoleh. "lya?""Nomor lima, bisakah aku melihat jawabanmu?""Um... bukankah ini pendapat masing-masing?""Anggap saja sebagai imbalan karena pacarku Gala telah mengantar jemputmu."Kalimat itu membuat Cantika tidak berdaya, akhirnya dia memberikan bukunya pada Laura saat guru sedang keluar dari kelas.Dia kembali melamun, memikirkan Gala.Sampai seseorang datang ke mejanya."Cantika, maaf aku lupa. Tadi Gala menitipkan ini untukmu," ucap salah satu anak perempuan memberikan bungkusan roti dan juga susu. "Dia memberikan bungkusan roti dan juga susu. "Dia bilang kau harus tumbuh dengan baik."Sontak, seluruh kelas yang mendengar mengatakan, "Ciiiiieeeeeee.... Cantika Cieeeee..."Kemudian disusul dengan kalimat kal
Dalam perjalanan, Laura berusaha menggoda Gala. Dia sesekali bergerak hingga bagian bawah gaunnya sedikit terangkat. Yang mana hal itu membuat Gala mengerutkan keningnya, dia heran Laura yang tidak bisa diam sejak tadi."Apa kau baik baik saja?" Tanya Gala dengan polosnya."Ah iya... aku hanya merasa tidak nyaman dengan pakaian yang aku pakai."Gala mengangguk. "Nah, aku juga akan memberitahumu tadi. Itu terlihat seperti alat memasak nasi milik Oma ku. Wahh..., apalagi suaranya kresek kresek," ungkap Gala mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya. "Kau berubah pikiran? Ingin kembali?""Tidak, aku tidak mau kembali. Teman temanku sudah menungguku di sana," ucap Laura yang memilih untuk diam. Dia heran bagaimana bisa Gala berhenti tertarik padanya hanya sampai di titik ini. Pria itu tidak menanyakan sesuatu yang menjadi tanda kalau pria itu ingin memilikinya.Bagaimana Laura tau? Tentu saja dia memiliki banyak pengalaman dengan pria pria di luar sana. Dan pria lebih muda tidak sulit d
Cantika berusaha menahan tawanya ketika melihat Galayang menengadah dengan dokter yang mencoba mengambil mangga mungil itu dari lubang hidungnya. Untuk menahan tawanya, Cantika memalingkan wajahnya, sementara tangannya terus digenggam oleh Galayang sesekali merengek karena rasa pegal dan malu."Tutup tirainya!" teriak Galasaat melihat beberapa pasang mata yang melihat ke arahnya sambil menahan tawa. Yang mana membuat dokter itu memberikan isyarat pada perawat untuk segera menutup tirai.Mereka berada di ruang terbuka yang berada di dekat lobi, kepanikan Galamembuatnya lupa kalau dirinya adalah pemilik rumah sakit ini dan tidak datang ke lantai VVIP. Dia berlari dan langsung duduk di hospital bed yang ada di sana, sementara Cantika sibuk mencari bantuan.Dokter yang mengenali siapa Galalangsung menanganinya di sana, melihat Galayang panic juga membuat dokter itu lupa untuk membawanya ke lantai VVIP di paling atas."Apakah keluar?" tanya Galamasih menengadahkan kepala mengadahkan lubang