Share

Bab 63

Penulis: Ricny
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-26 09:37:00

Pov Elia

...

Aku bangun dengan mata bengkak, karena semalam aku dan Mas Nata sempat ribut jadilah aku tidak bisa menahan air mata yang terus bercucuran, bagaimana tidak? Kesal sekali rasanya.

Semalam Mas Nata pulang terlambat tapi tidak berkabar sedikitpun, ya walau aku tahu Mas Nata sedang mengalami masalah di restonya tapi bukan berarti Mas Nata lupa mengabariku 'kan?

Aku menunggunya pulang dengan hati gembira, kupikir aku dan Mas Nata bisa saling memperbaiki semuanya hari itu juga, sehingga aku bisa segera membantunya menyelesaikan masalah yang tengah ia hadapi. Tapi ternyata aku salah.

Saat itu kulihat ponsel Mas Nata berbunyi, sementara Mas Nata di sampingku masih terlelap. Sengaja kuambil saja ponselnya karena kupikir takut ada kabar yang penting dari resto.

Tapi yang kulihat ternyata membuatku benar-benar terkejut, nama Niami yang muncul di kotak masuk pesannya. Tidak hanya satu, berderet sampai sekitar sepuluh pesan yang belum terbaca.

Penasaran, cepat kubuka.

[Selamat istir
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 64

    "Mas, kamu di sini? Aslan terluka Mas, aku sedang bantu dia mengoleskan obat luka," jawabku segera.Dia bergeming sebentar sebelum akhirnya pergi ke musholla rumah tanpa bicara lagi."Makasih Nyonya, saya permisi," kata Aslan, dia juga bergegas pergi.Sementara aku lanjut memasak di dapur. -Selesai salat subuh Mas Nata kembali ke dapur."Mas, ada perlu sesuatu?""Kamu buru-buru sekali turun, aku 'kan sudah bilang tunggu sebentar," ucapnya dengan raut mendadak dingin.Keningku mengerut, entah apa yang terjadi pada pria ini, sebentar-sebentar manja, sebentar-sebentar kaku lagi.Hufh, padahal baru aja sejam yang lalu dia merayuku, kenapa sekarang sikapnya jadi aneh lagi? Padahal harusnya di sini aku yang marah, kenapa sekarang malah dia? Sebel."Takut kesiangan Mas, soalnya hari ini bibik sedang pulang, katanya cucunya ada yang sakit."Mas Nata memijit kening lalu melirik sebentar."Apa kamu yakin itu alasannya?"Mataku spontan menyipit, "maksud kamu, Mas?""Aku pikir kamu buru-buru ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-27
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 65

    "Eh heii, gorengannya habis?" lanjutku."Hehe." Adira dan Alvin nyengir dengan mulut yang masih penuh dengan gorengan.Sementara Ayyara hanya menundukan wajah, mengunyah makanan dalam mulutnya dengan pelan."Anak-anakmu ini Ta, gorengan sepiring penuh masa ludes semua, Ibu hanya dikasih satu aja, suer," kata Ibu mertua sambil mengangkat dua jarinya.Aku dan Mas Nata menggelak tawa, lalu gegas duduk bersama mereka."Eh tidak apa-apa Bu, Elia hanya kaget karena ternyata anak-anak suka gorengan juga," ucapku."Iya, tidak sangka mereka suka sekali ternyata, tapi nanti kalian sarapan sama apa El? Roti sama susu masih ada 'kan?" kata Ibu mertua lagi. Aku cepat mengangguk sebab tidak mungkin jika kukatakan tidak ada apa-apa di belakang."Ada Bu, ada tenang saja, lagipula Mas Nata dan Elia sudah sarapan tadi sedikit sambil icip-icip, ya 'kan, Mas?" "Iya Bu, betul."Tak lama Niami datang."Haaii anak-anakku yang ...."Niami bengong, ia tampak kaget melihat anak-anaknya sedang lahap makan nas

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-28
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 66

    "Maaas ih." Spontan kucubit perutnya."Aaawww, sakit El," katanya sambil menarik kembali pipinya."Rasakan kamu, Mas." "Loh kenapa? Apa aku salah? Aku hanya meminta upah.""Tidak.""Awas saja kalau sudah sampai rumah, akan kukejar dan kubalas kamu nanti."Refleks aku menggeleng. "Jangan Mas, ih.""Mau," kekehnya sambil menyalakan mesin mobil.Kami melaju pulang karena rencana kami ke bank kami batalkan, sebab tidak mungkin kami pergi ke sana dalam keadaan baju yang kotor.Lagi pula kalau aku langsung ke bank kasihan anak-anak saat pulang sekolah nanti, pasti belum ada makanan.-Sampai ke rumah, Mas Nata membawakan semua belanjaanku yang berat-berat, sisanya Pak Oman yang membawakan ke dapur. "Capek juga ya El, belanja begini," kata Mas Nata sambil duduk di kursi bar, cepat kuambilkan ia segelas air putih dan beberapa lembar tisu."Minum dulu Mas, terus lap keringatnya pakai ini.""Aku tidak mau.""Loh kenapa?""Mau dilapin," katanya manja. Lagi-lagi aku hanya bisa menggeleng kepa

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-29
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 67

    Tok tok tok."Maa, makan siang yuk!" teriak Adira di luar pintu."Ya, Sayang."Gegas aku ke bawah bersama Adira. Mas Nata dan Niami tampak masih mengobrol serius, bahkan kali ini mereka mengobrol di meja makan."Hei mau makan sekarang?" tanya Mas Nata saat melihatku turun."Iya, Mas.""Sini duduk di dekatku."Ia menepuk kursi di sebelahnya yang masih diduduki Niami. Aku cepat menggeleng, "tidak usah Mas, aku duduk dekat Adira saja.""Ck kau ini." Mas Nata bangkit, lalu duduk di sebelahku. "Mas, tidak enak sama Niami," bisikku pelan."Biarkan saja, memangnya kenapa?" Ia balik berbisik."Mas, tidak baik loh kamu makan dalam keadaan kotor dan berkeringat seperti itu, mandi dulu gih," kata Niami di seberang meja.Aku terhenyak, bisa-bisanya Niami berkata demikian pada Mas Nata depanku, sebetulnya maksud dia apa sih?"Tidak usah, kasihan anak-anak akan nunggu lama, lagipula aku tidak akan mandi jika Elia belum memberiku sesuatu," balas Mas Nata sambil mengedipkan sebelah matanya padaku.

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-29
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 68

    "Lebih baik kuikuti saja."Tanpa pikir lagi, saat Mas Nata sudah berangkat, gegas aku bersiap untuk mengikutinya di belakang. Entah mengapa rasanya firasatku hari ini benar-benar membawaku pada langkah ini, aku takut sekali sesuatu akan terjadi pada suamiku."Aslan tolong antarkan anak-anak saat mereka selesai sarapan," titahku pada Aslan, sebelum akhirnya aku melaju menggunakan motor Pak Oman.Syukurlah aku tak sampai kehilangan mobil Mas Nata, aku jadi bisa mengikutinya dari jarak 3 meteran saja sampai mobil Mas Nata terparkir di sebuah cafe lumayan jauh dari resto.Saat masuk ke dalam cafe itu kulihat Niami sudah menunggu di sana, mungkin mereka adalah pengunjung pertama karena belum ada siapa-siapa di dalam.Selesai memarkirkan motor Pak Oman agak jauh dari parkiran cafe, kuintai lagi mereka dari kejauhan.Mereka terlihat sedang mengobrol serius, Niami juga tampak membuka laptopnya. Astagfirullah aku sampai merasa berdosa sekali karena aku telah mencurigai Niami sampai sejauh ini.

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-31
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 69

    "Aslan, apa tadi dokter sudah keluar? Bagaimana katanya?""Non Yara kritis Nya, karena diduga sudah mencoba menyayat urat nadinya sejak satu jam yang lalu, dia kehilangam banyak darah.""Ya Allah."Air mataku lolos lagi, lemas sekali rasanya aku sekarang. Entah apa yang harus kulakukan sekarang, Mas Nata juga belum bisa dihubungi."Pak Aslan silakan ikut kami untuk mulai melakukan donor darah," ucap seorang perawat yang baru saja datang.Aslan mengangguk dan gegas mengekor perawat itu ke sebuah ruangan khusus.Sementara aku tetap menunggu di luar ruangan ICU karena Ayyara masih belum sadarkan diri, jadi dokter juga belum mengizinkan aku atau sipapaun masuk ke dalam, kecuali tim medis. Saat menunggu, mendadak aku ingat uang DP yang harus kumasukan ke rumah sakit ini.Bukankah biasanya kita harus membayar uang muka sebelum pasien ditindak dan mendapat perawatan?Ya Allah, jika memang begitu aku harus mulai berpikir untuk mencari uangnya, karena tentu tidak akan mudah mendapatkan uang

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-01
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 70

    "Kita tangkap basah-basah Niami."Wisnu diam sebentar sebelum akhirnya dia mengangguk pelan."Baik," katanya.Setelah mengobrol dan meminta nomor ponsel Wisnu, aku gegas pamit."Anak saya dirawat di sini juga, kapan-kapan mungkin kita akan ketemu lagi.""Baik, Bu."-Sampai di ruang ICU kulihat Ayyara masih belum sadarkan diri, sementara entah sudah berapa kantong darah ditransfusi padanya. Di ruang sebelah Aslan juga masih istirahat lemas setelah dia mendonor. Gegas aku menghampirinya."Aslan, terimaksih sudah menolong anakku."Dia mengulum senyum, "tidak masalah Nyonya, ini sudah jadi kewajiban saya sesama manusia." Aku menarik napas berat, "saya pikir tidak ada orang yang akan berbuat baik seperti yang kamu lakukan setelah banyaknya masalah antara kita di masa lalu.""Yang lalu biarlah berlalu, sekarang kita buka lembaran baru saja, saya juga minta maaf karena kemarin sempat ...." "Sudahlah, kita lupakan semuanya." Aslan mengangguk."Oh ya Lan, soal uang DP rumah sakit nanti sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-02
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 71

    "Mas ada apa?""Elia, Elia aku ... aku ....""Sudah lupakan persoalanmu Mas, ada hal yang lebih gawat," timpalku cepat.Mas Nata mengangkat wajahnya, "ada apa?""Ayyara di rumah sakit, Mas.""Apa? Kenapa? Kok bisa?" "Tadi pagi Ayyara mencoba mengakhiri hidupnya, Mas." Mulut Mas Nata refleks menganga, "astagfirullah, kok bisa Ayyara nekat begitu? Bukannya kemarin dia baik-baik saja?" cecarnya cemas."Itu dia yang membuat aku heran Mas, Yara selama ini tidak pernah bercerita atau mengeluh apa-apa lagi padaku tapi tadi pagi ibu menemukannya sudah tergeletak di lantai, Ayyara mencoba memotong urat nadinya, entah dia punya masalah apa aku juga tidak mengerti." "Ya Allah Yara ...."Mas Nata duduk di bibir ranjang dengan wajah yang sudah kacau."Mas, aku mau mandi sebentar, nanti mau ke rumah sakit lagi, Ayyara ada di rumah sakit pusat kota bersama Aslan sekarang," ucapku lagi sambil buru-buru mengambil handuk."Ya sudah cepetan, aku juga mau ikut ke sana nanti."Gegas aku mandi dan langs

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-05

Bab terbaru

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 103

    Aku terkejut saat mendengar obrolan mereka berubah jadi pertikaian. Dengan gerakan refleks aku pun mendorong pintu kamar itu sampai terbuka lebar. "Hanaa!" Aku teriak spontan saat kulihat wanita itu tengah berusaha mencekik Ayyara.Wanita itu melonjak kaget, dia menatapku dengan wajah pucat pasi. Sementara Ayyara yang tadi sedang dicekiknya cepat menjauhkan diri, gadis itu berlari ke arahku."Apa yang kau lakukan, hah? Kenapa kau mencekik anakku?""Ny-Nyonya, tadi ... tadi itu ... tadi ...." Hana panik, mulutnya bahkan mendadak kelu."Ma, tolong Yara Ma, dia berusaha melenyapkan Yara," kata Ayyara di belakangku.Dapat kurasakan tubuhnya yang gemetar dan napas yang menderu hebat, Ayyara benar-benar ketakutan rupanya."Ti-tidak Nyonya, itu tidak benar, saya hanya sedang bercanda, tadi Non Yara kesulitan minum obat jadi saya ...," tampik wanita itu cepat."Jadi saya apa? Apa perlu kau cekik anakku juga, hah?!""Ti-tidak. Anu ... itu ... anu." Hana mendekat.Braak. Prengg."Aaaw!"Hana

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 102

    "Itulah aku tidak tahu Mas, makanya kakiku masih lemas saat aku dengar penjelasan dokter itu, aku benar-benar shock, pasalnya bagaimana bisa?"Rahang Mas Nata mengerat, sementara tangannya juga mengepal hebat sampai menampakan urat-urat kehijauannya."Kalau begitu ayo, ayo kita tanya gadis itu, apa alasan dia melakukan ini, dan dari mana dia dapatkan barang terlarang itu." Mas Nata menarik lenganku kuat-kuat. Tanpa melihat wajahnya pun, aku sudah dapat menyimpulkan, betapa ia sedang marah besar sekarang.Aku dibawa jalan terburu-buru, saking buru-burunya aku sampai merasa sedang diseret-seret oleh Mas Nata, gawat, pria ini pasti akan murka semurka murkanya, tapi aku juga tidak bisa mencegah, walau bagaimanapun Ayyara perlu diperingatkan dengan tegas agar gadis itu tidak berulah lagi.Kreet. Bruk.Mas Nata langsung melempar kursi roda yang diletakan di dekat pintu saat kami masuk. Ayyara sampai melonjak kaget, ia terbangun dari tidurnya."Papa, ada apa?" "Ada apa katamu? Bagus sekali

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 101

    Pulang dari mall, sengaja kubawakan Ayyara kentang goreng kesukaannya itu. Walau aku tahu dia pasti menolak, tapi tak ada salahnya mencoba 'kan? Lagipula aku ikhlas membawakannya makanan, bukan agar dia menerimaku lagi, tapi karena aku memang sedang ingat dia saja, rasanya sayang jika aku pergi ke tempat makan yang biasa kami kunjungi tapi aku tak beli apa-apa untuk Ayyara.Sampai di rumah aku langsung pergi ke kamar gadis itu. Masih pukul 10, aku harap dia belum tidur.Tok tok tok."Yaraa!"Tok tok tok."Yaraa!""Non Yara sudah tidur, Nyonya," kata Hana di belakang.Aku memutar badan. Wanita ini, kenapa selalu muncul di mana saja, huh sebal jadinya."Saya hanya mau memberikan ini." Aku mengangkat kentang goreng dalam plastik yang kubawa."Ya sudah, biar saya saja yang berikan Nyonya, takut Nyonya capek mau istirahat."Hana akan segera meraih plastiknya tapi cepat kutarik ke belakang."Tidak usah, biar saya saja," ucapku ketus."Oh ya sudah Nyonya, kalau begitu saya permisi," katanya

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 100

    Mas Nata bangkit karena aku terburu-buru menyuruhnya pergi."Ada-ada saja, ya sudah tunggu."Huh, untunglah dia mau, coba kalau Mas Nata ngeyel seperti biasanya, mungkin terpaksa aku harus turun ke jalan lagi.---1 jam kemudian Mas Nata kembali. Aku yang masih mondar-mandir cemas di kamar, cepat turun saat tahu mobil Mas Nata memasuki gerbang rumah."Mas, bagaimana? Apa kamu ketemu sama Ayyara?""Tidak Elia, sudahlah, mungkin mereka memang sedang pergi cari hiburan, yang penting 'kan Ayyara tidak pergi sendiri, kamu tidak usah cemas begini."Aku menghela napas panjang saat Mas Nata malah ceramah di depanku."Mas, kamu ini bagaimana? Sama anak sendiri kok begitu? Justru karena Ayyara tidak pergi sendiri kamu harusnya lebih hati-hati, aku 'kan sudah bilang, meski Hana diambil dari yayasan, tidak ada yang tahu bagaimana hatinya bukan?" Aku mulai emosi karena Mas Nata terkesan santai dan meremehkan firasatku.Ah entahlah, memang aku yang terlalu berlebihan atau Mas Nata yang terlalu sa

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 99

    "Yaraa, kok bicaranya begitu pada Mama Elia?" Ibu mertua bertanya lembut.Gadis itu tak menjawab, tapi tetap melanjutkan makan malamnya dengan malas. "Kak Yara, kenapa tidak mau pergi jalan-jalan bareng kami?" tanya Adira setelah hening menjeda beberapa menit."Kak Yara sedang banyak urusan penting.""Urusan pentingnya lebih penting dari Mama Elia ya? Sampai-sampai Kak Yara tidak mau ikut pergi bersama kami.""Ya tentu saja," tandasnya tak acuh, gadis itu lalu bangkit dan gegas menaiki anak tangga.Sementara hatiku mendadak nyeri, ucapan dan sikap Ayyara sekarang benar-benar menunjukan bahwa memang ada yang sedang tidak beres pada gadis itu."Ih kenapa Kak Yara bicara begitu? Memangnya boleh ya, Oma?" tanya Adira polos."Tentu tidak Nak, Kak Ayyara mungkin sedang banyak pikiran dan tugas di sekolahnya, karena itu kita lebih baik jangan ganggu dia dulu ya, biarkan saja Kak Ayyara sendiri dulu.""Oh gitu ya Oma." Adira manggut-manggu sambil terus mengunyah makan malamnya."Elia, tolong

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 98

    "Ya, 10 menit lagi saya turun," balas Ibu.Setelah bicara dengan ibu mertua, Hana kembali keluar."Bu, Hana itu profesional sekali ya kerjanya? Apa Mas Nata ambil dia di yayasan?" tanyaku penasaran.Ibu terkekeh, "hehehe kamu betul sekali, Nak.""Ouuh." Aku manggut-manggut dengan mulut membola.Benar dugaanku ternyata, pantas saja, tidak heran kalau dia terlihat sudah lihai."Oh ya Bu, Ibu ganti langganan laundry ya?""Iya Nak, soalnya di tempat langganan biasa.Hana lebih harum dan rapi hasilnya, maaf ya Ibu jadi pindah akhirnya," jawab beliau sungkan."Eh tidak Bu, tidak apa-apa, tidak perlu sungkan begitu ah, ini 'kan hanya masalah laundry."Memang hanya masalah laundry, tapi sejujurnya aku merasa tersisih, selera si Hana itu ternyata jauh lebih baik dariku."Ya sudah, takut Ibu mau mandi, Elia ke kamar dulu ya Bu, mau sekalian lihat anak-anak juga, tadi hanya sebentar ketemu mereka," ujarku lagi.Ibu mertua mengangguk, "oh ya sudah, sana gih, biasanya Adira jam segini sedang mengga

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 97

    "Ya terserah bagaimana baiknya saja, Mas." Aku membalas lesu."Ya sudah, biar cepat kelar, aku tutup dulu teleponnya ya.""Ya, Mas."Tut.Lesu lagi, ah tahu bakal begini kemarin saja aku ikut pulang.Tok tok tok."Masuk.""Nak, sarapan dulu, itu nasinya sampe udah dingin gitu loh.""Ya Bu, Elia nanti ke meja.""Loh tidak sekarang? Sudah siang loh."Aku menggeleng lesu. Ibu masuk lalu duduk di dekatku."Kenapa toh, Nak? Seperti sedang sedih, tumben, oh apa ada tetangga yang ngomong macem-macem lagi?""Tidak Bu, Elia hanya sedang malas."Lanjut aku cerita pada ibu soal asisten barunya Mas Nata, ibu ketawa-ketawa saja saat mendengar ceritaku, entah kenapa, apa iya aku terlalu berlebihan."Ya sudah kalau begitu kamu pulang saja sekarang Nak, tidak perlu nunggu dijemput, Nata sedang sibuk bantu pindahan 'kan? Kamu kasih dia kejutan.""Hah? Apa perlu begitu, Bu?""Ya daripada di sini kamu tidak tenang lebih baik kamu pulang 'kan?"Benar juga apa kata ibu, ah tapi ...."Sudah, ayo Ibu antark

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 96

    "Ya Nyonya, Hana, asisten baru Tuan Nata, sudah 3 hari dia kerja di sini, dia yang urus semua keperluan Tuan Nata dan Nyonya besar, memangnya Tuan Nata tidak cerita?" Bibik bertanya di akhir kalimatnya.Ah aku jadi bingung sendiri, sebagai istri kenapa aku tidak diberitahu soal ini? Memang saat di rumah ibuku kami menyarankan agar Mas Nata mencari pekerja baru untuk membantunya, tapi aku tak menyangka Mas Nata tidak cerita soal ini padaku.Tidak tidak tidak, pikiranku jangan ngaco pelace, mungkin saja Mas Nata hanya lupa mengabari, aku tidak boleh suudzon dulu."Oh ya sudah kalau begitu, makasih ya, Bik.""Ya Nyonya, selamat malam.""Ya, Bibik juga selamat istirahat ya."Tut. Ponsel kumatikan. Aku kembali gusar sampai semalaman tak bisa tidur karena penasaran, kira-kira apa alasan Mas Nata sebenarnya tidak menceritakan soal asisten barunya itu? Ah aku jadi mikir kemana-mana, nama asistennya Hana, itu artinya dia wanita, apa wanita itu cantik? Bagaimana kalau benar cantik? Apa jangan-

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 95

    Aku mematung. Ya memang benar, kepercayaan Mas Nata padaku adalah hal yang terpenting, tapi saat orang-orang di sekeliling jadi sering menghakimi begini, lama-lama aku jadi tidak tenang juga, aku benar-benar terganggu dan jadi sedih berkepanjangan akhirnya."Sudah jangan sedih lagi, sekarang kamu istirahat saja," ucap Mas Nata lagi.Aku mengangguk.Baru saja aku akan menarik selimut yang diberikan Mas Nata, suara kegaduhan terdengar di luar."Berani-beraninya kalian ngegibahin anak saya ya, mulut kalian itu emang perlu sekali dilakban rupanya!" teriak Ibu."Eh Bu Wening kok marah? Padahal memang begitu kenyataannya 'kan?""Kenyataan apa? Kalian saja yang gampang terhasut sama perempuan tua itu, si Safitri jelantah minyak!""Ya terus kalau semua itu gak bener kenapa sampe harus dihukum arak itu si Lia? Lagian gak mungkin juga Bu Safitri maen fitnah kalau gak begitu kenyataannya, masa dia tega sih sama si Aslan anaknya sendiri.""Bener tuh, emang dasar Bu Wening mah beda aja sama Bu Safi

DMCA.com Protection Status