Share

Bab 28

Penulis: Ricny
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-20 09:25:50

"Udah," ketusku setelah selesai dengan urusanku.

Tanpa bicara lagi Mas Nata kembali memangku bobotku ke kasur.

"Makasih, Mas."

"Ya," balasnya pendek.

Azan maghrib berkumandang, Mas Nata segera turun untuk berbuka puasa, sementara aku juga segera membatalkan puasa dengan mereguk air putih yang ada di atas nakas.

-

"Ayo makan dulu."

Aku terbangun saat suara Mas Nata kembali terdengar. Ya Allah sampai ketiduran.

"Makan tuh," katanya lagi sambil menaruh nampan berisi makanan untukku berbuka puasa di atas nakas.

"Makasih Mas, tapi pinggangku rasanya sakit sekali."

"Jangan manja, ayo coba lagi," balasnya kecut.

Aku menarik napas dalam, dasar pria angkuh, istrinya lagi kesusahan bukannya dibantuin malah diomelin.

Aku benar-benar tak berdaya sekarang, padahal sudah berusaha pelan-pelan agar bisa duduk tapi pinggang ini rasanya makin sakit tak tertahan.

Sementara Mas Nata masih di tempatnya, ia berdiri di sisi ranjang sambil memperhatikanku dengan wajah datar.

Aku geram dan akhirnya setengah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 29

    "Sudah sudah, tidak perlu sok peduli, sengaja banget sih kamu tuh mau bikin aku mati Mas, jangan-jangan benar apa kata Ibu, kamu memang mau jadi duda untuk yang keduakalinya," dengusku kesal sambil kutepis tangannya."Sudah jangan banyak omong, bukannya bersyukur aku bantuin, malah ngomel-ngomel," balasnya ketus sambil kembali menggendongku ke toilet.Aku tak bicara lagi, bingung juga harus bicara apa, Mas Nata ini aku lihat sebetulnya dia orang baik, hanya saja dia kaku dan kesulitan bersikap lemah lembut, entah sudah bawaan oroknya atau bagaimana.Tapi beberapa hari hidup bersamanya aku sekarang tahu bahwa dibalik sikapnya yang tempramen sebetulnya dia sangat perhatian."Ayo buruan, jangan lama-lama," katanya saat aku sudah di atas wc."Ya bawel."Mas Nata kembali menunggu sambil memberikan tangannya agar aku bisa berpegangan di dalam toilet, sementara itu aku buru-buru menyelesaikan urusanku."Sudah belum?" tanyanya lagi."Sudah Mas, tapi aku mau mandi." Mas Nata berbalik dan tanp

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-21
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 30

    Mas Nata melebarkan matanya lalu setengah menarikku mendekati ruangan yang menjadi sumber suara."Maaf Bu, Pak, ada perlu apa? Tidak semua orang boleh masuk ke sini," kata pegawai Mbah Marjen yang berjaga di depan pintu ruangan itu."Saya Ibu dari gadis yang di dalam itu dan ini ayahnya, kami ingin masuk," ucapku cepat.Pria itu meneliti kami sebentar dari bawah hingga atas."Maaf, tapi-""Aaa! Mamaa! tolooong! Ampun Ma, ampun, jangan lakukan ini pada Yara!" Ucapan pria itu terpotong saat Ayyara kembali teriak di dalam.Aku dan Mas Nata makin cemas tak karuan."Maaf Mas, kami harus masuk.""Tidak bisa Bu, maaf." Pegawai Mbah Marjen terus saja menghadang kami, sampai akhirnya Mas Nata hilang kesabaran, ia mendorong pria itu dari dekat pintu lalu menerobos masuk ke dalam.Daarrr. Pintu ditendangnya kencang dan alangkah terkejutnya 3 orang yang sedang ada di dalam. Niami, Mbah Marjen dan seorang asistennya. Sementara itu kulihat Ayyara tengah tergolek lemah dengan wajah pucat dan darah

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 31

    Ayyara mematung dengan mata mengembun. Sementara ibu mertua terus mengguncang kedua bahu gadis itu."Siapa yang telah merusakmu begini? Siapa, Nak? Katakan ... katakan pada Oma," cecar Ibu mertua lagi.Ayyara terisak, "maafin Yara Oma, maafin Yara, Yara telah berbuat dosa dan memberikan aib pada keluarga ini," katanya.Ibu mertua menyeka air matanya."Kita harus meminta pertanggungjawaban pada lelaki itu, siapapun dia, dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya," desis beliau.Aku mengangguk setuju."Dan Ibu pasti akan memberi Niami pelajaran karena wanita itu sudah berani mencoba membahayakan nyawa cucuku," imbuh Ibu mertua, rahang-rahangnya mengerat menunjukan kemarahan."Omaa ... maafin Yara, harusnya Yara dengarkan apa kata Oma agar tidak ikut bersama Mama tapi Yara malah memaksa," isak Ayyara lagi."Sudah Nak, ini bukan salahmu, tapi salah wanita itu," balas Ibu mertua seraya mengelus pipi Ayyara.---Malam hari, selepas aku memberi Ayyara vitamin dan memastikannya tidur den

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-23
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 32

    "Kita tidak akan berpisah," katanya lagi.Aku melongo, merasa tak percaya dengan apa yang kudengar barusan. Dia tidak mau kami pisah? Apa aku salah dengar?"Tap-i ... kenapa, Mas? Bukannya itu sudah menjadi kesepakatan kita dalam surat perjanjian yang kamu buat sendiri?" tanyaku akhirnya.Mas Nata menatapku lekat, sementara aku mengerutkan kening, dia sedang kenapa sih? Kenapa tingkahnya aneh sekali?"Kita tidak akan pisah, kita tidak akan pisah," katanya sambil dengan spontan memelukku erat-erat.Mataku melebar, jantungku mendadak tak beraturan. Dia memelukku? Sungguh? Ya Allah apa aku sedang bermimpi?"Aku membutuhkanmu, anak-anak membutuhkanmu, kita tidak akan pisah, jangan katakan itu lagi, tolong lupakan soal perjanjian yang kubuat itu, aku akan menerimamu seutuhnya sebagai istriku," cecarnya lagi.Mataku makin melebar, aku benar-benar tak percaya dengan apa yang kudengar sekarang. Pria ini akan menerimaku? Ah tidak semudah itu, aku tidak bisa semudah itu percaya, Mas Nata sekar

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 33 A

    "Eh taksinya udah datang," kata Ayyara. Aku mengerjap, gadis itu sudah bangkit dan buru-buru masuk lebih dulu.Pelan taksi melaju, saat di jalan raya kebetulan sekali kami melihat mobil yang biasa dibawa Pak David persis berada di depan taksi yang kami naiki. Cepat kuuruh driver untuk tidak mendahului mobil itu agar kami bisa sampai bersama-sama ke rumah.Tapi diluar dugaan, karena ternyata mobil SUV itu malah berbelok ke sebuah jalan yang tak biasa kami lewati, cepat kusuruh lagu driver taksi untuk mengikutinya juga."Kami akan lebihkan ongkosnya, Pak." Driver setuju dan mulai menuruti perintahku.Entah akan pergi kemana Pak David membawa Adira dan Alvin, kenapa dia pergi ke jalanan yang sepi pengendara? Di sampingku Ayyara juga terlihat bertanya-tanya dan penasaran, keningnya mengerut dengan kedua bola mata yang fokus pada satu titik, yaitu mobil SUV berwarna putih yang membawa adik-adiknya."Mau dibawa kemana Adira dan Alvin?" gumamnya pelan, nyaris tak terdengar.Mobil itu akhir

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-25
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 33 B

    "Jangan pernah kau sakiti keluargaku lagi, termasuk Mama Elia," pekik Ayyara kencang."Ow apa kau mengancamku wahai gadis lemah? Hahaha."Pak David menggelak tawa, tapi kemudian entah kenapa dia ambruk dan kembali tersungkur di kaki kami."Aw-was saja kau wanita-wanita lem-ah," ucapnya sebelum dia benar-benar pingsan tak sadarkan diri.Aku dan Ayyara mengembuskan napas lega, untunglah Pak David pingsan, mungkin karena darah mulai keluar dari kepalanya cukup banyak."Ayo Ma, cepet, kita harus buru-buru keluar." Aku mengangguk lemas, sementara cepat Ayyara membopong bobotku keluar.Aku berjalan tertatih dalam rangkulan Ayyara, tubuhku bergetar, telingaku berdengung hebat sementara pandanganku juga entah mengapa mendadak kabur tak karuan."Yara ... Tante tidak kuat lagi.""Ayo Ma, kita pasti bisa, Adira sudah menunggu kita di taksi," kata Ayyara. Suaranya makin samar kudengar, sementata remang kulihat di jauh sana Mas Nata juga tengah berlari ke arah kami."Papaaa! Papa tolong Mama Eli

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-25
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 34

    "Aku juga sadar kalau kehadiran kamu sangat berarti terutama untuk anak-anakku," katanya lagi.Aku makin melongo tak percaya."Mas aku-""Nanti jangan melakukan hal-hal yang dapat membahayakanmu lagi seperti El, aku tidak bisa melihatmu begini, aku takut kamu kenapa-kenapa, sungguh," potongnya cepat.Mas Nata lalu meremas kedua tanganku, sementara Ayyara di sampingnya mencoba menenangkan pria itu."Mas, aku baik-baik saja," balasku bingung."Apa kamu tahu Elia? Kemarin kami sangat panik dan takut bahkan kami hampir putus asa karena betapa sulitnya mencari pendonor darah untukmu."Mulutku terbuka, oh apa mungkin karena hal itu Mas Nata sekarang bersikap aneh?"Mama Elia, Ma, terimakasih sudah menjaga kami terutama Ayyara," ucap Ayyara kemudian.Gadis itu lalu berhambur memelukku lagi.Ya Allah apa ini? Apakah ini artinya hamba sudah diterima oleh mereka?"Maafin Yara ya Ma, maafin Yara," katanya lagi.Aku melepaskan pelukan Ayyara dan menatapnya lekat."Jadi Yara tidak marah lagi sama

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-27
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 35

    Mas Mata hanya melemparkan senyumannya saat aku tengah dipeluk anak-anak dalam keadaan yang benar-benar bingung."Mas."Ia lalu mendekatkan wajahnya, "bilang sama anak-anak, jangan lama-lama peluk Mama Elianya, gantian, Papanya juga mau," bisiknya kemudian. Sontak kucubit perutnya itu. Anak-anakpun spontan menggelak tawa.***Seminggu berlalu sejak aku pulang dari rumah sakit.Hidupku benar-benar berubah bahkan jauh dari yang kubayangkan sebelumnya, anak-anak dan Mas Nata bukan hanya sudah menerimaku sekarang, tapi mereka benar-benar sudah menyayangiku layaknya mereka menyayangi diri mereka sendiri."Ma, Yara di rumah saja ya," kata Ayyara saat aku sedang sibuk mematut diri depan cermin.Hari ini kami ada acara mau pergi ke mall, selain makan kami juga rencana mau beli baju seragam dan peralatan sekolah anak-anak."Loh, kenapa, Sayang? Kita semua 'kan mau pergi sama adik-adik juga masa Yara tidak ikut."Ayyara menunduk lesu, senyum getir dan rasa malas terlihat di wajahnya. Sejak Ayy

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-28

Bab terbaru

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 103

    Aku terkejut saat mendengar obrolan mereka berubah jadi pertikaian. Dengan gerakan refleks aku pun mendorong pintu kamar itu sampai terbuka lebar. "Hanaa!" Aku teriak spontan saat kulihat wanita itu tengah berusaha mencekik Ayyara.Wanita itu melonjak kaget, dia menatapku dengan wajah pucat pasi. Sementara Ayyara yang tadi sedang dicekiknya cepat menjauhkan diri, gadis itu berlari ke arahku."Apa yang kau lakukan, hah? Kenapa kau mencekik anakku?""Ny-Nyonya, tadi ... tadi itu ... tadi ...." Hana panik, mulutnya bahkan mendadak kelu."Ma, tolong Yara Ma, dia berusaha melenyapkan Yara," kata Ayyara di belakangku.Dapat kurasakan tubuhnya yang gemetar dan napas yang menderu hebat, Ayyara benar-benar ketakutan rupanya."Ti-tidak Nyonya, itu tidak benar, saya hanya sedang bercanda, tadi Non Yara kesulitan minum obat jadi saya ...," tampik wanita itu cepat."Jadi saya apa? Apa perlu kau cekik anakku juga, hah?!""Ti-tidak. Anu ... itu ... anu." Hana mendekat.Braak. Prengg."Aaaw!"Hana

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 102

    "Itulah aku tidak tahu Mas, makanya kakiku masih lemas saat aku dengar penjelasan dokter itu, aku benar-benar shock, pasalnya bagaimana bisa?"Rahang Mas Nata mengerat, sementara tangannya juga mengepal hebat sampai menampakan urat-urat kehijauannya."Kalau begitu ayo, ayo kita tanya gadis itu, apa alasan dia melakukan ini, dan dari mana dia dapatkan barang terlarang itu." Mas Nata menarik lenganku kuat-kuat. Tanpa melihat wajahnya pun, aku sudah dapat menyimpulkan, betapa ia sedang marah besar sekarang.Aku dibawa jalan terburu-buru, saking buru-burunya aku sampai merasa sedang diseret-seret oleh Mas Nata, gawat, pria ini pasti akan murka semurka murkanya, tapi aku juga tidak bisa mencegah, walau bagaimanapun Ayyara perlu diperingatkan dengan tegas agar gadis itu tidak berulah lagi.Kreet. Bruk.Mas Nata langsung melempar kursi roda yang diletakan di dekat pintu saat kami masuk. Ayyara sampai melonjak kaget, ia terbangun dari tidurnya."Papa, ada apa?" "Ada apa katamu? Bagus sekali

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 101

    Pulang dari mall, sengaja kubawakan Ayyara kentang goreng kesukaannya itu. Walau aku tahu dia pasti menolak, tapi tak ada salahnya mencoba 'kan? Lagipula aku ikhlas membawakannya makanan, bukan agar dia menerimaku lagi, tapi karena aku memang sedang ingat dia saja, rasanya sayang jika aku pergi ke tempat makan yang biasa kami kunjungi tapi aku tak beli apa-apa untuk Ayyara.Sampai di rumah aku langsung pergi ke kamar gadis itu. Masih pukul 10, aku harap dia belum tidur.Tok tok tok."Yaraa!"Tok tok tok."Yaraa!""Non Yara sudah tidur, Nyonya," kata Hana di belakang.Aku memutar badan. Wanita ini, kenapa selalu muncul di mana saja, huh sebal jadinya."Saya hanya mau memberikan ini." Aku mengangkat kentang goreng dalam plastik yang kubawa."Ya sudah, biar saya saja yang berikan Nyonya, takut Nyonya capek mau istirahat."Hana akan segera meraih plastiknya tapi cepat kutarik ke belakang."Tidak usah, biar saya saja," ucapku ketus."Oh ya sudah Nyonya, kalau begitu saya permisi," katanya

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 100

    Mas Nata bangkit karena aku terburu-buru menyuruhnya pergi."Ada-ada saja, ya sudah tunggu."Huh, untunglah dia mau, coba kalau Mas Nata ngeyel seperti biasanya, mungkin terpaksa aku harus turun ke jalan lagi.---1 jam kemudian Mas Nata kembali. Aku yang masih mondar-mandir cemas di kamar, cepat turun saat tahu mobil Mas Nata memasuki gerbang rumah."Mas, bagaimana? Apa kamu ketemu sama Ayyara?""Tidak Elia, sudahlah, mungkin mereka memang sedang pergi cari hiburan, yang penting 'kan Ayyara tidak pergi sendiri, kamu tidak usah cemas begini."Aku menghela napas panjang saat Mas Nata malah ceramah di depanku."Mas, kamu ini bagaimana? Sama anak sendiri kok begitu? Justru karena Ayyara tidak pergi sendiri kamu harusnya lebih hati-hati, aku 'kan sudah bilang, meski Hana diambil dari yayasan, tidak ada yang tahu bagaimana hatinya bukan?" Aku mulai emosi karena Mas Nata terkesan santai dan meremehkan firasatku.Ah entahlah, memang aku yang terlalu berlebihan atau Mas Nata yang terlalu sa

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 99

    "Yaraa, kok bicaranya begitu pada Mama Elia?" Ibu mertua bertanya lembut.Gadis itu tak menjawab, tapi tetap melanjutkan makan malamnya dengan malas. "Kak Yara, kenapa tidak mau pergi jalan-jalan bareng kami?" tanya Adira setelah hening menjeda beberapa menit."Kak Yara sedang banyak urusan penting.""Urusan pentingnya lebih penting dari Mama Elia ya? Sampai-sampai Kak Yara tidak mau ikut pergi bersama kami.""Ya tentu saja," tandasnya tak acuh, gadis itu lalu bangkit dan gegas menaiki anak tangga.Sementara hatiku mendadak nyeri, ucapan dan sikap Ayyara sekarang benar-benar menunjukan bahwa memang ada yang sedang tidak beres pada gadis itu."Ih kenapa Kak Yara bicara begitu? Memangnya boleh ya, Oma?" tanya Adira polos."Tentu tidak Nak, Kak Ayyara mungkin sedang banyak pikiran dan tugas di sekolahnya, karena itu kita lebih baik jangan ganggu dia dulu ya, biarkan saja Kak Ayyara sendiri dulu.""Oh gitu ya Oma." Adira manggut-manggu sambil terus mengunyah makan malamnya."Elia, tolong

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 98

    "Ya, 10 menit lagi saya turun," balas Ibu.Setelah bicara dengan ibu mertua, Hana kembali keluar."Bu, Hana itu profesional sekali ya kerjanya? Apa Mas Nata ambil dia di yayasan?" tanyaku penasaran.Ibu terkekeh, "hehehe kamu betul sekali, Nak.""Ouuh." Aku manggut-manggut dengan mulut membola.Benar dugaanku ternyata, pantas saja, tidak heran kalau dia terlihat sudah lihai."Oh ya Bu, Ibu ganti langganan laundry ya?""Iya Nak, soalnya di tempat langganan biasa.Hana lebih harum dan rapi hasilnya, maaf ya Ibu jadi pindah akhirnya," jawab beliau sungkan."Eh tidak Bu, tidak apa-apa, tidak perlu sungkan begitu ah, ini 'kan hanya masalah laundry."Memang hanya masalah laundry, tapi sejujurnya aku merasa tersisih, selera si Hana itu ternyata jauh lebih baik dariku."Ya sudah, takut Ibu mau mandi, Elia ke kamar dulu ya Bu, mau sekalian lihat anak-anak juga, tadi hanya sebentar ketemu mereka," ujarku lagi.Ibu mertua mengangguk, "oh ya sudah, sana gih, biasanya Adira jam segini sedang mengga

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 97

    "Ya terserah bagaimana baiknya saja, Mas." Aku membalas lesu."Ya sudah, biar cepat kelar, aku tutup dulu teleponnya ya.""Ya, Mas."Tut.Lesu lagi, ah tahu bakal begini kemarin saja aku ikut pulang.Tok tok tok."Masuk.""Nak, sarapan dulu, itu nasinya sampe udah dingin gitu loh.""Ya Bu, Elia nanti ke meja.""Loh tidak sekarang? Sudah siang loh."Aku menggeleng lesu. Ibu masuk lalu duduk di dekatku."Kenapa toh, Nak? Seperti sedang sedih, tumben, oh apa ada tetangga yang ngomong macem-macem lagi?""Tidak Bu, Elia hanya sedang malas."Lanjut aku cerita pada ibu soal asisten barunya Mas Nata, ibu ketawa-ketawa saja saat mendengar ceritaku, entah kenapa, apa iya aku terlalu berlebihan."Ya sudah kalau begitu kamu pulang saja sekarang Nak, tidak perlu nunggu dijemput, Nata sedang sibuk bantu pindahan 'kan? Kamu kasih dia kejutan.""Hah? Apa perlu begitu, Bu?""Ya daripada di sini kamu tidak tenang lebih baik kamu pulang 'kan?"Benar juga apa kata ibu, ah tapi ...."Sudah, ayo Ibu antark

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 96

    "Ya Nyonya, Hana, asisten baru Tuan Nata, sudah 3 hari dia kerja di sini, dia yang urus semua keperluan Tuan Nata dan Nyonya besar, memangnya Tuan Nata tidak cerita?" Bibik bertanya di akhir kalimatnya.Ah aku jadi bingung sendiri, sebagai istri kenapa aku tidak diberitahu soal ini? Memang saat di rumah ibuku kami menyarankan agar Mas Nata mencari pekerja baru untuk membantunya, tapi aku tak menyangka Mas Nata tidak cerita soal ini padaku.Tidak tidak tidak, pikiranku jangan ngaco pelace, mungkin saja Mas Nata hanya lupa mengabari, aku tidak boleh suudzon dulu."Oh ya sudah kalau begitu, makasih ya, Bik.""Ya Nyonya, selamat malam.""Ya, Bibik juga selamat istirahat ya."Tut. Ponsel kumatikan. Aku kembali gusar sampai semalaman tak bisa tidur karena penasaran, kira-kira apa alasan Mas Nata sebenarnya tidak menceritakan soal asisten barunya itu? Ah aku jadi mikir kemana-mana, nama asistennya Hana, itu artinya dia wanita, apa wanita itu cantik? Bagaimana kalau benar cantik? Apa jangan-

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 95

    Aku mematung. Ya memang benar, kepercayaan Mas Nata padaku adalah hal yang terpenting, tapi saat orang-orang di sekeliling jadi sering menghakimi begini, lama-lama aku jadi tidak tenang juga, aku benar-benar terganggu dan jadi sedih berkepanjangan akhirnya."Sudah jangan sedih lagi, sekarang kamu istirahat saja," ucap Mas Nata lagi.Aku mengangguk.Baru saja aku akan menarik selimut yang diberikan Mas Nata, suara kegaduhan terdengar di luar."Berani-beraninya kalian ngegibahin anak saya ya, mulut kalian itu emang perlu sekali dilakban rupanya!" teriak Ibu."Eh Bu Wening kok marah? Padahal memang begitu kenyataannya 'kan?""Kenyataan apa? Kalian saja yang gampang terhasut sama perempuan tua itu, si Safitri jelantah minyak!""Ya terus kalau semua itu gak bener kenapa sampe harus dihukum arak itu si Lia? Lagian gak mungkin juga Bu Safitri maen fitnah kalau gak begitu kenyataannya, masa dia tega sih sama si Aslan anaknya sendiri.""Bener tuh, emang dasar Bu Wening mah beda aja sama Bu Safi

DMCA.com Protection Status