Share

Bab 35

Penulis: Ricny
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-28 03:59:52

Mas Mata hanya melemparkan senyumannya saat aku tengah dipeluk anak-anak dalam keadaan yang benar-benar bingung.

"Mas."

Ia lalu mendekatkan wajahnya, "bilang sama anak-anak, jangan lama-lama peluk Mama Elianya, gantian, Papanya juga mau," bisiknya kemudian. Sontak kucubit perutnya itu. Anak-anakpun spontan menggelak tawa.

***

Seminggu berlalu sejak aku pulang dari rumah sakit.

Hidupku benar-benar berubah bahkan jauh dari yang kubayangkan sebelumnya, anak-anak dan Mas Nata bukan hanya sudah menerimaku sekarang, tapi mereka benar-benar sudah menyayangiku layaknya mereka menyayangi diri mereka sendiri.

"Ma, Yara di rumah saja ya," kata Ayyara saat aku sedang sibuk mematut diri depan cermin.

Hari ini kami ada acara mau pergi ke mall, selain makan kami juga rencana mau beli baju seragam dan peralatan sekolah anak-anak.

"Loh, kenapa, Sayang? Kita semua 'kan mau pergi sama adik-adik juga masa Yara tidak ikut."

Ayyara menunduk lesu, senyum getir dan rasa malas terlihat di wajahnya.

Sejak Ayy
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 36

    Aku menarik napas berat, sementata itu cepat Mas Nata mengembalikan telunjuk Niami dengan kasar."Jangan pernah berani bersikap tidak sopan pada istriku," pekiknya geram.Niami mendecih, "cih, persetan."Mas Nata dan Niami lanjut bersitegang, sementara aku cepat membawa anak-anak ke kursi dekat loby, di sana aku harap anak-anak akan aman dan tidak melihat perselisihan antara kedua orang tuanya lagi meski terlihat sekali wajah mereka kini berubah lesu."Kenapa kita harus duduk di sini, Ma?" tanya Adira polos."Kita kasih Papa dan Mama Niami kesempatan sebentar ya Sayang, mereka sedang bicara serius."Wajah anak-anak berubah malas meskipun akhirnya mau tak mau mereka tetap mengikuti ucapanku."Adira, Avlin, tunggu di sini sama Kak Yara ya, sebentar, Mama mau lihat Papa dan Mama Niami dulu," ucapku lagi setelah beberapa menit kami menunggu.Anak-anak mengangguk, bergegas aku menghampiri Mas Nata dan Niami yang terlihat masih bersitegang.Ya Allah, entahlah mereka itu, aku heran sekali ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-02
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 37

    "Sudah kukatakan tidak perlu, ada Elia dan aku di sini." Ucapan Mas Nata membuatku senyum lebar.Lebih-lebih saat melihat wajah Niami yang makin memerah karena tak suka."Dia?" katanya kemudian, sambil menunjuk ke arahku.Aku menegakan bobot dan duduk bersender dengan rileks, kubiarkan saja dia mau apa, aku ingin tahu sejauh mana dia bisa menghinaku lagi."Manalah bisa wanita kampung ini bicara di depan audiens Mas, yang ada istri baru kamu ini bakal malu-maluin, inget Mas, sekolah ini sekolah berbasis internasional, di mana kebanyakan guru-gurunya berbahasa Inggris saat berpidato, terus kalau istri barumu itu maju dan disuruh ngomong pake bahasa Inggris, bagaimana? Emang dia mampu?" ucapnya pongah.Baru saja Mas Nata akan bicara, cepat kuhentikan dia, "sudah biarkan saja." "Aku tidak suka dia menghinamu begitu.""Biarkan saja, kita lihat nanti, sekarang biarkan Niami melakukan apa yang dia mau, kasih dia kesempatan naik ke atas pangggung saat salah satu anak kita dipanggil dan aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-04
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 38

    Ia lalu lari kecil menaiki anak tangga, aku menggeleng kepala. Dasar pria bucin. Ah aku sampai lupa, beberapa minggu ke belakang pria itu adalah pria dingin yang kupikir sifatnya itu sudah mendarah daging, tapi ternyata aku salah.Entah bagaimanan caranya aku juga tidak tahu, kenapa dia sekarang bisa takluk dan sebucin itu? Tapi ah ya sudahlah, nikmati saja, mungkin ini adalah buah dari kesabaranku selama ini, mungkin hehe.Setelah pulang dari menghadiri acara sekolah anak-anak, Mas Nata kembali tidur karena hari ini dia sengaja mengambil cuti. Sementara aku pergi ke kamar ibu mertua untuk melihat beliau di sana."Eh Elia kebetulan sekali Nak, sini sebentar Ibu mau bicara." Ibu mertua tampak senang saat melihatku datang, wanita tua yang tengah memegangi sebuah koper di atas kasurnya itu segera menyuruhku untuk duduk di dekat kopernya."Ibu sedang apa?""Begini Nak, Ibu 'kan sudah tua, kamu 'kan juga sudah jadi istri Nata dan Nata sudah menerimamu seutuhnya, itu berarti ini saatnya Ibu

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-04
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 39

    Aku terperangah lalu menutup mulutku dengan tangan, astagfirullah itu memang Alvin anak tiriku, untuk apa dia di sana? Bukankah tadi Alvin dan Adira ikut bersama Niami? Bagaimana bisa Alvin sekarang ada di tempat kerusuhan?Tanpa berpikir lagi, cepat kumatikan televisi dan bergegas menaiki anak tangga untuk membangunkan Mas Nata."Mas, Mas bangun, kita harus pergi ke Jalan Rusuh 16 sekarang juga," ucapku buru-buru sambil kuambil tas selempang dan menyampirkannya di bahu.Mas Nata mengucek mata, "ada apa El? Kenapa buru-buru? Mau apa?" katanya sambil akhirnya bergegas mengekor di belakang."Sudah nanti saja kujelaskan, sekarang cepat buka mobilnya, Mas." "Kita mau kemana sebenarnya? Kunci mobil ada di kamar."Aku menarik napas berat, secepat kilat kuedarkan pandang ke sekitar. Dan tanpa menunggu lagi aku menarik tangan Mas Nata menuju pos security untuk meminjam motor Pak Oman."Pak, boleh pinjam motornya sebentar?""Oh boleh, Nyonya," kata Pak Oman sambil mengangguk dan memberikan ku

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-04
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 40

    Niami refleks melotot."Apa kamu bilang?" desisnya."Kamu dengar itu Mas, anakmu sudah berani bicara begitu padaku," lanjutnya geram."Alvin benci sama Mama, Alvin tidak akan menyayangi Mama lagi!" Alvin teriak lagi."Biar saja, semuanya benci Mama, kamu dan Kakakmu Ayyara sama saja, anak-anak tidak berguna, bisanya hanya membuat malu dan menghancurkan karir, Mama," balas Niami.Alvin mengangkat wajahnya lebih tinggi, sementara matanya menatap tajam ke arah Niami. Entah apa yang akan dilakukan anak itu, tapi refleks kaki ini mendekat ke arahnya."Alvin, Alvin, istighfar, Sayang," ucapku sambil mengelus-ngelus kepala dan pipinya. Tapi sepasang mata kecil itu masih menyorot tajam ke arah Niami, rahangnya mengerat hebat, pun dengan tangan yang juga semakin mengepal kuat. Alvin memberontak dari pelukanku, ia lalu mendorong Niami hingga jatuh ke lantai.Bugh gedebussh."Alviin!" teriak Niami kencang."Selama ini Alvin diam saja, Mama sibuk tidak apa-apa, meski Mama dan Papa sebenarnya te

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-04
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 41

    Pov NiamiAku membantingkan tas berisi kosmetik dan beberapa barang berharga yang biasa kubawa kemana-mana, sepulang dari kantor polisi pikiranku jadi semakin kacau saja, sejak ada perawan tua itu posisiku jadi semakin tak dihargai saja, kemarin-kemarin Ayyara yang mengatakan dengan jelas bahwa ia sudah tidak membutuhkanku lagi, sekarang Alvin yang berteriak kencang mengatakan bahwa dia membenciku, di depan banyak orang dalam penjara pula.Malu sudah pasti, tapi rasa sakit dan sesak dalam dada rasanya sulit hilang walau sekarang aku sudah pulang ke rumah. Apa salahku? Aku hanya ingin menyelamatkan dan menjaga anak-anakku dari jalan yang salah, hari ini Alvin terlibat tawuran tapi dibenarkan dan dibela oleh Elia si perawan tua itu.Beberapa waktu kebelakang saat Ayyara mengatakan dirinya tengah hamil di luar nikah karena kebodohannya itu, aku juga sangat syok dan panik sebab sudah pasti jika media tahu soal berita itu, bukan hanya dia sendiri yang malu tapi namaku juga akan tercemar h

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-05
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 42

    Aku menempelkan telapak tangan pada keningnya, anak ini tidak demam."Adira kita makan di luar dulu yuk, di tempat favorit Adira." Sengaja aku mengajaknya makan di luar, biasanya anak itu sangat bersemangat, tapi kenapa masih saja anak ini terlihat lesu dan tak mau bicara?Apa ini? Apakah Adira juga sudah dicuci otaknya oleh Elia? Ya bisa jadi. Wanita kampung itu memang licik sekali, wajahnya saja yang polos hatinya siapa yang tahu."Adira, mau ikut atau tidak? Mama mau makan keluar, kalau kamu tidak ikut kamu akan Mama tinggal di sini," ajakku lagi agak keras.Sengaja kuancam anak itu agar anak itu mau ikut denganku ke resto."Jangan Ma, jangan tinggalin Dira di sini, Dira takut," ucapnya kemudian. Anak itu lalu bangkit."Makanya kamu jangan buat Mama kesel terus dong, ayo bangun, kita harus pergi sekarang juga," tegasku lagi.Bergegas aku bangkit dan berjalan tergesa mendekati pintu kamar.Tapi Adira malah diam, alih-alih mengekor, tak heran jika hal itu membuat emosiku kembali nai

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-05
  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 43

    Aku gelap mata, meski David sudah tidak berdaya aku kembali mengikatnya dengan kabel hair dryer kuat-kuat, sengaja aku mengikatnya agar David tidak punya kesempatan untuk kabur sampai polisi datang."Kenapa kau lakukan ini pada anakku? Kenapa iblis?!" semburku lagi sambil kujambak rambutnya kasar."Say ...." David makin lemah, dia bahkan sudah tak sanggup meneruskan ucapannya.Tapi aku belum puas, kupanaskan catokan rambut yang tergeletak di atas nakas, lalu menempelkannya pada telapak tangan David, sontak saja pria itu meringis kesakitan."Rasakan kau pria jahanam!" Setelah aku puas, barulah kuhampiri Adira dan berusaha membangunkannya, kugosok tepak tangan dan pipi anak itu, kuhentak-hentakan dadanya juga, semuanya, semampu yang kubisa, tapi nihil.Apa ini? Kenapa Adira tak sadarkan diri juga?"Adira ... Adira Sayang, bangun, Nak."Aku semakin panik saat napas Adira mulai terlihat lemah. "Ya ampun bagaimana ini?""Adira, Adira bangun Sayang, Mama ada di sini sekarang, tolong maafi

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06

Bab terbaru

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 103

    Aku terkejut saat mendengar obrolan mereka berubah jadi pertikaian. Dengan gerakan refleks aku pun mendorong pintu kamar itu sampai terbuka lebar. "Hanaa!" Aku teriak spontan saat kulihat wanita itu tengah berusaha mencekik Ayyara.Wanita itu melonjak kaget, dia menatapku dengan wajah pucat pasi. Sementara Ayyara yang tadi sedang dicekiknya cepat menjauhkan diri, gadis itu berlari ke arahku."Apa yang kau lakukan, hah? Kenapa kau mencekik anakku?""Ny-Nyonya, tadi ... tadi itu ... tadi ...." Hana panik, mulutnya bahkan mendadak kelu."Ma, tolong Yara Ma, dia berusaha melenyapkan Yara," kata Ayyara di belakangku.Dapat kurasakan tubuhnya yang gemetar dan napas yang menderu hebat, Ayyara benar-benar ketakutan rupanya."Ti-tidak Nyonya, itu tidak benar, saya hanya sedang bercanda, tadi Non Yara kesulitan minum obat jadi saya ...," tampik wanita itu cepat."Jadi saya apa? Apa perlu kau cekik anakku juga, hah?!""Ti-tidak. Anu ... itu ... anu." Hana mendekat.Braak. Prengg."Aaaw!"Hana

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 102

    "Itulah aku tidak tahu Mas, makanya kakiku masih lemas saat aku dengar penjelasan dokter itu, aku benar-benar shock, pasalnya bagaimana bisa?"Rahang Mas Nata mengerat, sementara tangannya juga mengepal hebat sampai menampakan urat-urat kehijauannya."Kalau begitu ayo, ayo kita tanya gadis itu, apa alasan dia melakukan ini, dan dari mana dia dapatkan barang terlarang itu." Mas Nata menarik lenganku kuat-kuat. Tanpa melihat wajahnya pun, aku sudah dapat menyimpulkan, betapa ia sedang marah besar sekarang.Aku dibawa jalan terburu-buru, saking buru-burunya aku sampai merasa sedang diseret-seret oleh Mas Nata, gawat, pria ini pasti akan murka semurka murkanya, tapi aku juga tidak bisa mencegah, walau bagaimanapun Ayyara perlu diperingatkan dengan tegas agar gadis itu tidak berulah lagi.Kreet. Bruk.Mas Nata langsung melempar kursi roda yang diletakan di dekat pintu saat kami masuk. Ayyara sampai melonjak kaget, ia terbangun dari tidurnya."Papa, ada apa?" "Ada apa katamu? Bagus sekali

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 101

    Pulang dari mall, sengaja kubawakan Ayyara kentang goreng kesukaannya itu. Walau aku tahu dia pasti menolak, tapi tak ada salahnya mencoba 'kan? Lagipula aku ikhlas membawakannya makanan, bukan agar dia menerimaku lagi, tapi karena aku memang sedang ingat dia saja, rasanya sayang jika aku pergi ke tempat makan yang biasa kami kunjungi tapi aku tak beli apa-apa untuk Ayyara.Sampai di rumah aku langsung pergi ke kamar gadis itu. Masih pukul 10, aku harap dia belum tidur.Tok tok tok."Yaraa!"Tok tok tok."Yaraa!""Non Yara sudah tidur, Nyonya," kata Hana di belakang.Aku memutar badan. Wanita ini, kenapa selalu muncul di mana saja, huh sebal jadinya."Saya hanya mau memberikan ini." Aku mengangkat kentang goreng dalam plastik yang kubawa."Ya sudah, biar saya saja yang berikan Nyonya, takut Nyonya capek mau istirahat."Hana akan segera meraih plastiknya tapi cepat kutarik ke belakang."Tidak usah, biar saya saja," ucapku ketus."Oh ya sudah Nyonya, kalau begitu saya permisi," katanya

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 100

    Mas Nata bangkit karena aku terburu-buru menyuruhnya pergi."Ada-ada saja, ya sudah tunggu."Huh, untunglah dia mau, coba kalau Mas Nata ngeyel seperti biasanya, mungkin terpaksa aku harus turun ke jalan lagi.---1 jam kemudian Mas Nata kembali. Aku yang masih mondar-mandir cemas di kamar, cepat turun saat tahu mobil Mas Nata memasuki gerbang rumah."Mas, bagaimana? Apa kamu ketemu sama Ayyara?""Tidak Elia, sudahlah, mungkin mereka memang sedang pergi cari hiburan, yang penting 'kan Ayyara tidak pergi sendiri, kamu tidak usah cemas begini."Aku menghela napas panjang saat Mas Nata malah ceramah di depanku."Mas, kamu ini bagaimana? Sama anak sendiri kok begitu? Justru karena Ayyara tidak pergi sendiri kamu harusnya lebih hati-hati, aku 'kan sudah bilang, meski Hana diambil dari yayasan, tidak ada yang tahu bagaimana hatinya bukan?" Aku mulai emosi karena Mas Nata terkesan santai dan meremehkan firasatku.Ah entahlah, memang aku yang terlalu berlebihan atau Mas Nata yang terlalu sa

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 99

    "Yaraa, kok bicaranya begitu pada Mama Elia?" Ibu mertua bertanya lembut.Gadis itu tak menjawab, tapi tetap melanjutkan makan malamnya dengan malas. "Kak Yara, kenapa tidak mau pergi jalan-jalan bareng kami?" tanya Adira setelah hening menjeda beberapa menit."Kak Yara sedang banyak urusan penting.""Urusan pentingnya lebih penting dari Mama Elia ya? Sampai-sampai Kak Yara tidak mau ikut pergi bersama kami.""Ya tentu saja," tandasnya tak acuh, gadis itu lalu bangkit dan gegas menaiki anak tangga.Sementara hatiku mendadak nyeri, ucapan dan sikap Ayyara sekarang benar-benar menunjukan bahwa memang ada yang sedang tidak beres pada gadis itu."Ih kenapa Kak Yara bicara begitu? Memangnya boleh ya, Oma?" tanya Adira polos."Tentu tidak Nak, Kak Ayyara mungkin sedang banyak pikiran dan tugas di sekolahnya, karena itu kita lebih baik jangan ganggu dia dulu ya, biarkan saja Kak Ayyara sendiri dulu.""Oh gitu ya Oma." Adira manggut-manggu sambil terus mengunyah makan malamnya."Elia, tolong

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 98

    "Ya, 10 menit lagi saya turun," balas Ibu.Setelah bicara dengan ibu mertua, Hana kembali keluar."Bu, Hana itu profesional sekali ya kerjanya? Apa Mas Nata ambil dia di yayasan?" tanyaku penasaran.Ibu terkekeh, "hehehe kamu betul sekali, Nak.""Ouuh." Aku manggut-manggut dengan mulut membola.Benar dugaanku ternyata, pantas saja, tidak heran kalau dia terlihat sudah lihai."Oh ya Bu, Ibu ganti langganan laundry ya?""Iya Nak, soalnya di tempat langganan biasa.Hana lebih harum dan rapi hasilnya, maaf ya Ibu jadi pindah akhirnya," jawab beliau sungkan."Eh tidak Bu, tidak apa-apa, tidak perlu sungkan begitu ah, ini 'kan hanya masalah laundry."Memang hanya masalah laundry, tapi sejujurnya aku merasa tersisih, selera si Hana itu ternyata jauh lebih baik dariku."Ya sudah, takut Ibu mau mandi, Elia ke kamar dulu ya Bu, mau sekalian lihat anak-anak juga, tadi hanya sebentar ketemu mereka," ujarku lagi.Ibu mertua mengangguk, "oh ya sudah, sana gih, biasanya Adira jam segini sedang mengga

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 97

    "Ya terserah bagaimana baiknya saja, Mas." Aku membalas lesu."Ya sudah, biar cepat kelar, aku tutup dulu teleponnya ya.""Ya, Mas."Tut.Lesu lagi, ah tahu bakal begini kemarin saja aku ikut pulang.Tok tok tok."Masuk.""Nak, sarapan dulu, itu nasinya sampe udah dingin gitu loh.""Ya Bu, Elia nanti ke meja.""Loh tidak sekarang? Sudah siang loh."Aku menggeleng lesu. Ibu masuk lalu duduk di dekatku."Kenapa toh, Nak? Seperti sedang sedih, tumben, oh apa ada tetangga yang ngomong macem-macem lagi?""Tidak Bu, Elia hanya sedang malas."Lanjut aku cerita pada ibu soal asisten barunya Mas Nata, ibu ketawa-ketawa saja saat mendengar ceritaku, entah kenapa, apa iya aku terlalu berlebihan."Ya sudah kalau begitu kamu pulang saja sekarang Nak, tidak perlu nunggu dijemput, Nata sedang sibuk bantu pindahan 'kan? Kamu kasih dia kejutan.""Hah? Apa perlu begitu, Bu?""Ya daripada di sini kamu tidak tenang lebih baik kamu pulang 'kan?"Benar juga apa kata ibu, ah tapi ...."Sudah, ayo Ibu antark

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 96

    "Ya Nyonya, Hana, asisten baru Tuan Nata, sudah 3 hari dia kerja di sini, dia yang urus semua keperluan Tuan Nata dan Nyonya besar, memangnya Tuan Nata tidak cerita?" Bibik bertanya di akhir kalimatnya.Ah aku jadi bingung sendiri, sebagai istri kenapa aku tidak diberitahu soal ini? Memang saat di rumah ibuku kami menyarankan agar Mas Nata mencari pekerja baru untuk membantunya, tapi aku tak menyangka Mas Nata tidak cerita soal ini padaku.Tidak tidak tidak, pikiranku jangan ngaco pelace, mungkin saja Mas Nata hanya lupa mengabari, aku tidak boleh suudzon dulu."Oh ya sudah kalau begitu, makasih ya, Bik.""Ya Nyonya, selamat malam.""Ya, Bibik juga selamat istirahat ya."Tut. Ponsel kumatikan. Aku kembali gusar sampai semalaman tak bisa tidur karena penasaran, kira-kira apa alasan Mas Nata sebenarnya tidak menceritakan soal asisten barunya itu? Ah aku jadi mikir kemana-mana, nama asistennya Hana, itu artinya dia wanita, apa wanita itu cantik? Bagaimana kalau benar cantik? Apa jangan-

  • Bukan Ibu Tiri Negeri Dongeng   Bab 95

    Aku mematung. Ya memang benar, kepercayaan Mas Nata padaku adalah hal yang terpenting, tapi saat orang-orang di sekeliling jadi sering menghakimi begini, lama-lama aku jadi tidak tenang juga, aku benar-benar terganggu dan jadi sedih berkepanjangan akhirnya."Sudah jangan sedih lagi, sekarang kamu istirahat saja," ucap Mas Nata lagi.Aku mengangguk.Baru saja aku akan menarik selimut yang diberikan Mas Nata, suara kegaduhan terdengar di luar."Berani-beraninya kalian ngegibahin anak saya ya, mulut kalian itu emang perlu sekali dilakban rupanya!" teriak Ibu."Eh Bu Wening kok marah? Padahal memang begitu kenyataannya 'kan?""Kenyataan apa? Kalian saja yang gampang terhasut sama perempuan tua itu, si Safitri jelantah minyak!""Ya terus kalau semua itu gak bener kenapa sampe harus dihukum arak itu si Lia? Lagian gak mungkin juga Bu Safitri maen fitnah kalau gak begitu kenyataannya, masa dia tega sih sama si Aslan anaknya sendiri.""Bener tuh, emang dasar Bu Wening mah beda aja sama Bu Safi

DMCA.com Protection Status