Share

32 Main Kasar

Penulis: Miss_Pupu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-07 18:37:56

Plak!

Sebuah tamparan keras mendapat di pipi Raihan. Raya menampar suaminya karena tela tega memfitnah.

"Berani kamu menamparku, Raya!" Raihan tak terima.

"Karena kamu dan mama kamu sama saja! Kamu dan mama selalu saja menuduhku yang tidak-tidak!" lawan Raya. Kali ini wanita berbulu mata lentik itu tidak merasa takut pada suaminya.

"Jaga bicara kamu, Raya. Jangan sekali-kali kamu menjelekkan mamaku!" sentak Raihan.

"Memang begitu faktanya kok, Mas!" balas Raya lagi.

"Kamu pikir aku tidak bisa menebak harga gaun yang kamu pakai. uang dari mana kamu bisa memakai gaun mahal seperti itu, kalau bukan hasil menjual diri!" tuduh Raihan lagi.

"Titup mulut kamu, Mas! Aku bukanlah manusia kotor seperti kamu!" bantah Raya segera. Bertemu dengan Raihan telah membuat aliran darahnya memanas.

"Apa! Berani kamu menuduhku." Raihan terlihat mengepalkan kedua tangannya, kemudian tangan kekar itu ia naikkan ke depan wajah Raya. Bersiap menampar wanita berbulu mata lentik di depannya.

"Apa! Kamu mau namp
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Bukan Ibu Susu Palsu   33 Ada Yang Protes

    "Seratus juta!" tantang Aditya seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada."Hah!" Raihan pun terkejut dengan raut wajah tidak percaya. Sadar sedang berhadapan dengan siapa, dia akhirnya kebingungan. "Anda jangan main-main." Melihat raut wajah Raihan yang menjadi takut, Aditya pun tertawa geli di dalam hatinya. "Tidak ada gunanya main-main dengan Anda. Anda bayar denda sebagai ganti rugi pembatalan kerja seratus juta, detik ini pula Raya akan saya serahkan," tegas Aditya lagi.Raya yang bersembunyi di belakang Aditya, menjadi gelisah. 'Hah! Mengapa mahal sekali? Tapi bagaimana kalau Mas Raihan benar-benar berani menebusku? Aku tidak mau kembali padanya. Ya Tuhan, aku tidak mau,' resahnya dalam hati.Tapi kenyataannya, Raihan tak akan sudi menggelontorkan uang sebanyak itu demi Raya. Sudah susah payah melayani wanita paruh baya, Raihan tidak rela membuang uangnya secara cuma-cuma hanya untuk membayar denda. Hal itu dibuktikan dengan diamnya Raihan. Ia mendengus kesal, kemudian

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08
  • Bukan Ibu Susu Palsu   34 Ada Yang Marah

    Selin sampai mengerutkan bibirnya saat berjalan menuju kamar Fatih.Ketika Anita membuka pintu kamar Fatih, seketika Selin dibuat terkejut. Mulutnya sampai terbuka menganga, pun dengan bola mata yang nampak terbelalak.Selin masuk ke kamar Fatih. Ia melihat Raya baru saja memasukan buah dadanya yang besar ke dalam bra. Itu karena Raya baru saja selesai menyusui Fatih."Siapa kamu?" Selin sudah berdiri di depan Raya. Ia bertanya pada Raya dengan tatapan penuh selidik. "Kembalikan Fatih pada box!" perintahnya. Ia tak rela Fatih digendong oleh Raya.Raya tak menjawab. Ia sendiri tidak kenal dengan Selin. Raya tak tahu harus menjawab apa.Kemudian Anita langsung mengambil alih jawaban. "Perkenalkan ini adalah Raya. Raya adalah ibu susu Fatih sejak lahir," kata Anita memperkenalkan Raya kepada Selin.Selin semakin terkejut. Napasnya bagai tersengal di tenggorokan. Dipandangnya tubuh Raya dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan tajam. Di mata Selin, penampilan Raya memang tak tel

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Bukan Ibu Susu Palsu   35 Tersipu Malu

    "Aku tidak perduli. Aku tidak rela melihat keponakanku disusui oleh wanita macam gembel!" Selin beranjak dari tempat duduknya. Wanita berambut ikal itu hendak meninggalkan ruangan Aditya. Tapi langkahnya dangsung tertahan."Tunggu, Selin!" Gegas Aditya langsung menahan langkah Selin. Tak dibiarkannya sang adik ipar pergi begitu saja."Apa lagi?" Raut wajah Selin semakin terlihat kesal."Jangan beritahu mamah dan papah soal ibu susu Fatih," pinta Aditya memohon."Aku akan tetap beritahu mamah dan papah." Selin tetap memaksa."Tidak, Selin. Aku mohon." Kedua telapak tangan Aditya beradu, kembali meminta pada Selin. "Kamu tidak pernah tahu keadaan Fatih setelah dilahirkan. Aku sudah kelimpungan mencari ibu susu untuk Fatih. Anakku hampir mati tak mendapatkan ASI. Dan hari ini, kamu ingin Fatih kelaparan?" imbuhnya menjadi kesal pada Selin—sang adik ipar."Tapi kenapa harus wanita gembel itu yang menjadi ibu susunya? Menjijikan sekali." Selin mengerjapkan kedua bahunya."Tidak ada pilihan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Bukan Ibu Susu Palsu   36 Dijemput Suami

    "Tidak bisa!" Aditya menolak permintaan Raihan. "Sudah bisa ditebak, itu hanya akal-akalan anda saja," tuduhnya.Geram sakali Raihan jadinya. "Anda ini tidak punya hati ya pak? Macam kerja di luar negeri saja orang tuanya sakit sampai tidak boleh menjenguk," protesnya."Bukannya tidak boleh, saya hanya ragu. Terlalu banyak kebohongan yang Ibu Wati buat kepada saya. Seorang pembohong, biasanya akan terus berbohong sampai kapanpun." Aditya menyindir Raihan."Kalau begitu, sekalian saja Anda ikut ke rumah sakit. Biar Anda tahu dan lihat sendiri," tantang Raihan. "Mama saya sedang kritis, meminta ingin bertemu Raya. Saya hanya khawatir sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada beliau. Raya adalah menantu kesayangan mama saya. Saya mohon Anda mengerti keadaan keluarga kami saat ini," imbuhnya.Aditya nampak berpikir dalam beberapa detik. "Oke!" Ia akhirnya mengiyakan permintaan Raihan. "Tapi saya akan tanya Raya terlebih dahulu. Jika Raya tidak bersedia, saya tidak akan memaksa."Tanpa memp

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Bukan Ibu Susu Palsu   37 Tak Percaya Lagi

    Malam ini Raihan benar-benar membawa Raya ke sebuah klinik. Kendaraan roda dua milik Raihan kini sudah terparkir di depan klinik. Gegas Raya dan Raihan memasuki klinik untuk menemui Wati.Awalnya Raya menyangka kalau Wati berada di rumah sakit besar. "Kenapa dibawa ke klinik, Mas? Aku kira Mama ada di rumah sakit besar?" tanya Raya ketika mereka tengah melangkah memasuki klinik."Tidak ada uang untuk membawa Mamah ke rumah sakit, Aku hanya mampu ke klinik saja," jawab Raihan nampak lesu. Hingga akhirnya mereka telah sampai di ruangan Wati. Wanita paruh baya itu nampak terbaring lemas tak berdaya di atas hospital bed.Raya tidak tega melihat luka pada tubuh Wati, sebab luka pada tubuh Wati telah terbungkus oleh beberapa lilitan perban.Raya mendekat pada mertuanya. "Ma..." Ia berdesis menatap Wati dengan tatapan sendu. Raya juga segera meraih telapak tangan Wati lalu mencium punggung tangannya.Tak ada respon dari Wati, kelopak mata wanita paruh baya itu tertutup rapat. "Mama belum s

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Bukan Ibu Susu Palsu   38 Dimasakin Malam-malam

    Sementara dengan Raya, malam ini wanita berbulu mata lentik itu telah sampai di kediaman Aditya. Sebelum ke kamar Fatih, terlebih dahulu Raya mencuci tangan dan wajahnya yang dirasa belum higienis setelah dari luar.Ketika Raya hendak masuk ke kamar Fatih, samar-samar terdengar suara berbicara dari dalam ruangan. Langkah Raya seketika tertahan di ambang pintu."Kerja bagus malam ini. Besok saya akan berikan kamu bonus." Suara bariton terdengar berbisik.Sepertinya itu suara Aditya. Raya bisa mendengar suara Aditya tengah berbicara. Dengan siapa?Raya menengok benda bundar yang menempel di dinding rumah? Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. Pikir Raya, mungkin saja Aditya memang belum tidur di ruangan yang lain.Raya kemudian melanjutkan niatnya masuk ke kamar Fatih. Raya segera memutar handle pintu.Ceklek!Begitu pintu terbuka, seketika bola mata Raya dibuat terkejut."Raya!" Aditya terkejut melihat Raya membuka pintu. Dia terkejut karena tengah berbicara dengan seseorang melalu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Bukan Ibu Susu Palsu   39 Diancam

    "Tidak usah, Pak. Saya makan sendiri saja." Raya menolak dengan sopan. Dia masih menyusui Fatih. "Tidak apa-apa, Raya. Kalau menunggu sampai Fatih selesai, nanti keburu dingin." Aditya tetap memaksa dengan perhatian. Dia mulai menyendok spaghetti lalu disodorkan ke dekat bibir Raya."Buka mulut kamu, Raya. Makanlah," titah Aditya. Dia tak tahu betapa tersipu malunya Raya saat ini oleh sikap dan perlakuannya.Sebenarnya Raya enggan membuka mulutnya. Dia merasa tak enak. Tapi jika tetap menolak, khawatir Aditya marah karena dianggap tak menghargai.Mulut Raya pun terbuka. Ia memakan suapan spaghetti dari Aditya.Di ruangan kamar bayi itu, ketika Fatih masih menyedot ASI Raya dalam waktu yang cukup lama, Aditya pun masih menyuapi Raya sampai spaghetti di atas piring itu habis.Setelah selesai, Aditya segera beranjak. "Selamat istirahat ya, Raya. Jangan tidur terlalu malam," ucapnya kemudian pergi.Raya tak membalas ucapan Aditya. Ia hanya mengangguk sambil tersenyum malu. Raya menunduka

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • Bukan Ibu Susu Palsu   40 Tersayang?

    Hingga akhirnya, kendaraan Aditya berhasil menyalip kendaraan Raihan. Secara mendadak Raihan menginjak pedal rem hingga kening Raya sampai terkena dashboard mobil."Aww!" pekik Raya. Keningnya sampai memerah. "Sakit, Mas!" Raihan terlihat mengerutkan bibirnya, rahangnya nampak mengeras, terlihat tengah menahan emosi. Kendaraannya berhasil dihentikan oleh Aditya. Tok tok tok! Kaca mobil diketuk Aditya dari luar. "Buka!" pinta Aditya dengan tegas.Namun Raihan masih terdiam, ia terlihat enggan untuk menurunkan kaca mobilnya.Tok tok tok!Merasa perintahnya tidak diindahkan, Aditya kembali mengetuk pintu kaca mobil Raihan. "Buka! Atau saya pecahkan kaca mobilnya," ancamnya dengan keras, dari luar.Merasa tengah berada di posisi yang tidak aman, Raya segera membuka kunci, lalu dengan cepat keluar dari mobil Raihan."Raya, tunggu!" Raihan langsung menarik tangan Raya namun terlepas kembali.Raya sudah berhasil keluar dari mobil Raihan, lalu berlindung di belakang Aditya. "Pak, saya tak

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12

Bab terbaru

  • Bukan Ibu Susu Palsu   55 Dalam Hati Menjadi Rindu

    "Biaya perawatan atas nama Nyonya Wati dan Tuan Raihan sudah ditanggung BPJS kesehatan." Keterangan dari pihak kasir membuat Raya menggelengkan kepalanya. Lagi-lagi Wati berbohong kepadanya, padahal Raya ingin berbaik hati dan berdamai dengan mantan mertuanya. Sebelum Raya berlalu dari rumah sakit, ia kembali ke ruangan Wati. Raya melihat Wati masih menangis di kamarnya, entah tangisan apa yang tengah dikeluarkan oleh Wati. "Kenapa Mama berbohong?" Raya bertanya ketika sudah kembali menghadap Wati.Melihat Raya sudah kembali, Wati pun mendongak terkejut mendengar pertanyaan dari mantan menantunya. "Mama tidak bermaksud membohongi kamu. Jika Mama jujur, kamu tak akan percaya," elak Wati. "Aku sudah menemui pihak kasir. Semua biaya rumah sakit Mama dan Mas Raihan sudah ditanggung BPJS kesehatan." Raut wajah Raya terlihat kecewa. "Maafkan mama, Raya. Mama terpaksa berbohong, agar kamu mau meminjamkan uangmu pada Mama," elak Wati lagi."Sudah, Ma. Tidak apa-apa. Tolong jangan ulan

  • Bukan Ibu Susu Palsu   54 Luka Tak Berdarah

    Anita segera mengejar langkah Raya yang sudah sampai di pintu utama.Langkah beratnya segera Raya hentikan begitu namanya dipanggil. Dadanya semakin terasa melemah. Raya ingin menoleh, tapi begitu berat."Raya, tetaplah tinggal di sini walau bukan lagi menjadi ibu susu Fatih." Anita meminta. Sebelah tangannya tampak meraih tangan Raya. Hingga membuat Raya harus kembali meneteskan air matanya. Raya menoleh pada Anita, menatap wanita paruh baya itu penuh dengan kasih sayang. "Tidak, Tante. Saya harus tetap pergi. Titip Fatih ya, Tante." Raya memeluk Anita. Terasa berat meninggalkan Fatih, tapi fitnah dari Aditya bagai senapan yang menusuk jantungnya. "Tante mohon, jangan pergi," pinta Anita lagi lirih.Namun Raya tetap memilih untuk pergi dari kediaman Aditya. Dia merasa sudah tak dibutuhkan lagi tanpa ASI. Langkah berat Raya kini telah jauh meninggalkan kediaman Fatih.Di bawah teriknya sinar matahari yang membakar kulit, Raya kini tengah duduk di kursi besi berwarna hitam yang ada

  • Bukan Ibu Susu Palsu   53 Fitnah Yang Menyakitkan

    Satu hari setelah kejadian malam itu, semua orang berkumpul di ruang tengah kediaman Aditya. Di sana ada Anita, Aditya dan juga Raya. Berita mengejutkan itu telah sampai ke telinga Raya yang saat ini sudah sadar dari mabuknya."Tidak, Tante. Saya tidak pernah mengkonsumsi barang haram. Apalagi sebuah pil ekstasi. Melihat jenisnya saja saya tidak pernah. Sungguh saya bersumpah, saya tidak bohong." Raya menautkan kedua telapak tangannya di depan Anita dan Aditya. Dia berusaha membela diri, menepis hasil laboratorium di tangan Aditya. "Tapi kenyataannya kamu telah berbohong, Raya. Kenapa kamu melakukan ini? Apa karena gara-gara Saya marah kemarin kamu berbuat nekat?" Aditya menimpali.Raya pun mengalihkan pandangannya pada Aditya. Dia segera menggelengkan kepala. "Saya tidak pernah berbuat nekat. Saya memang kecewa, kenapa Pak Aditya sempat marah pada saya. Tapi kepala saya masih waras dan tak berpikir ke jalan pintas," bantahnya lagi. Dihadapan Raya, Anita sampai tak mampu untuk berk

  • Bukan Ibu Susu Palsu   52 Tak Percaya

    Sampai malam hari, Raya masih tertidur pulas akibat efek dari obat yang tercampur dalam minuman dingin berwarna merah di cafe tadi siang.Obat terlarang yang dimasukkan Selin ke dalam minuman Raya, langsung bereaksi hingga membuat Raya kehilangan akal."Saya harap, Ibu Raya tidak boleh memberikan ASI kepada bayinya. Pengaruh dari obat terlarang yang dikonsumsi dapat membahayakan bayi dan dapat menular melalui ASI." Penjelasan Dokter pribadi yang sengaja dipanggil oleh Anita sangat mengejutkan.Anita dan Aditya nampak terkejut. Keduanya merasa tak percaya jika memang selama ini Raya telah mengkonsumsi obat-obatan terlarang. "Dokter, apa ini serius? Rasanya Raya tidak mungkin mengkonsumsi obat-obatan terlarang." Anita berusaha membantah keadaan."Saya sudah memeriksanya. Semua tanda-tanda yang dialami oleh ibu Raya, adalah bagian dari pengaruh obat-obatan terlarang yang sudah dikonsumsi."Lagi-lagi Anita dibuat tercengang. Nafasnya terasa tersengal di tenggorokan. Ia duduk lesu di so

  • Bukan Ibu Susu Palsu   51 Sempoyongan

    Aditya terlihat kacau. Sang Presdir tak mampu mengendalikan emosinya. Ia juga lupa bahwa wanita yang telah dimarahi adalah ibu susu anaknya. Aditya terduduk sambil memasang wajah sinis dan berpangku tangan. Dia juga memalingkan tatapan ke arah yang lain, enggan untuk membalas tatapan Raya padanya. "Maafkan saya, Pak. Saya memang bersalah." Raya menundukan kepalanya. Dia melihat emosi Aditya persis seperti saat pertama bertemu dahulu.Ucapan maaf Raya tidak mendapat respon. Setelah meletakkan ponsel pintar milik Aditya di atas meja, Raya segera keluar dari ruangan Aditya. "Saya pamit," ucapnya sebelum berlalu. Akan tetapi Aditya masih tertuju dalam pandangan yang sama, seolah tak peduli dengan Raya.Raya sudah keluar dari ruangan Aditya, langkah pelannya sesekali berhenti. Raya menoleh ke arah belakang, tak ada Aditya di sana. Nampaknya sang presdir tak lagi perduli dengan perasaannya hingga tak mau mengejar langkah Raya."Dari mana kamu?" Raya tersentak, tiba-tiba saja Seline sudah

  • Bukan Ibu Susu Palsu   50 Membuatnya Kecewa

    Raya melihat tubuh Wati digotong oleh beberapa orang ke pinggir jalan. Wanita berbulu mata lentik itu segera keluar dari kendaraan dan langsung mendekat pada Wati. Ia melangkah melewati beberapa orang yang berkerumun. "Permisi!"Dada Raya bergetar cemas. Debaran jantung terasa berdegup lebih kencang dari biasanya. Tepat di depan mata Raya, Wati tergeletak dengan beberapa luka di sekujur tubuhnya. Bukan hanya mantan mertua, Raya juga melihat Raihan—mantan suami yang turut menjadi korban kecelakaan tunggal pada hari itu. "Saya mengenal mereka, saya akan segera membawa mereka ke rumah sakit." Raya menjadi panik. Ia pun langsung berbicara pada beberapa orang yang berdiri mengelilingi Wati dan Raihan. Melalui sambungan telepon Raya segera menghubungi ambulans untuk membawa Wati dan Raihan ke rumah sakit. "Ma, bertahan ya." Air mata Raya menetes manakala naik mobil ambulans menamani Wati yang tak sadarkan diri. Karena panik dan tergesa-gesa, Raya sampai lupa menitipkan ponsel Aditya

  • Bukan Ibu Susu Palsu   49 Keputusan Akhir

    Namun meskipun Raya terus menolak bantuan dari Aditya, tetap saja dengan sembunyi-sembunyi Aditya meminta bantuan pengacaranya untuk mengurus perceraian Raya.Hari berganti. Jadwal mediasi kedua telah tiba. Berat rasanya Raya meninggalkan Fatih, mengingat tempo lalu Fatih menangis karena terlalu lama Raya tinggalkan.Tapi mau bagaimana lagi, Raya harus tetap memenuhi jadwal mediasi kedua, agar gugatannya segera diterima. Hingga ketika matahari mulai naik ke atas, Raya masih berada di kamar Fatih, menatap bayi tampan itu cukup lama. "Kenapa masih belum berangkat? Bukankah hari ini ada jadwal mediasi?"Tiba-tiba saja Aditya datang menghampiri Raya di kamar Fatih, duda tampan itu bertanya dengan penuh perhatian kepada Raya."Saya bingung, Pak. Berat rasanya jika harus meninggalkan Fatih dalam beberapa jam. Saya sangat khawatir kalau Fatih akan menangis, seperti tempo lalu," jawab Raya terlihat lesu. Aditya yang sudah tahu kalau anaknya memang tidak mau minum ASI melalui dot bayi, hany

  • Bukan Ibu Susu Palsu   48 Ada Yang Marah

    Hari ini Raya harus pulang dalam keadaan lesu. Mediasi kali ini dirasa gagal. Gagal bagi Raya, sebab harus ada mediasi kedua setelah ini. Nampaknya Raihan benar-benar mempersulit gugatan Raya. Pukul 11.00 siang Raya sudah pulang ke rumah Aditya. Ketika langkahnya mulai masuk ke rumah, Raya mendengar suara tangisan bayi dari dalam. Seketika ia tersentak. Sudah bisa ditebak, tangisan bayi itu pasti milik Fatih.Raya segera mempercepat langkah menuju kamar Fatih. Di dalam kamar bayi itu, ia melihat Anita tengah memberikan ASI melalui dot dari botol susu. Tapi Fatih terlihat menolak sambil terus menangis. "Kenapa dengan Fatih, Tante?" tanya Raya sambil mendekat. Dia menjadi cemas mendengar tangisan Fatih yang tak biasa ditelinganya."Fatih haus, Raya. Dia minta ASI. Tapi menolak melalui dot bayi ini." Anita mengangkat botol yang berisi ASI Raya."Ya ampun." Saya segera menggendong Fatih kepangkuannya. Dipeluknya bayi tampan itu penuh kehangatan, hingga akhirnya Fatih menyudahi tangisann

  • Bukan Ibu Susu Palsu   47 Menahan Sendu

    "Tunggu!"Aditya sudah berada di depan Raya, menghentikan langkah Raya dengan cepat. "Ada apa, Pak?" Wajah datar Raya bertanya pada Aditya."Kenapa harus memaksa pergi sendirian? Bukankah kita sudah tahu bagaimana sikap Raihan padamu. Tolong jangan egois, biarkan driver dan satpam mengantarmu sekarang," tutur Aditya berusaha meyakinkan Raya. Namun Raya malah menundukkan kepala. Responnya masih sama. "Saya yakin tidak akan terjadi apa-apa. Saya tetap pergi sendiri."Wanita berbulu mata lentik itu kemudian melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Raya tetap memaksa pergi sendirian, walaupun Aditya sempat menghalanginya.Raya pergi dengan menaiki ojek online yang sudah dipesan. Dia berlalu dengan cepat meninggalkan kediaman Aditya.Tak bisa membiarkan Raya pergi sendiri, perasaan Aditya tetap saja cemas mengkhawatirkan Ibu susu anaknya itu. Aditya kemudian melajukan kendaraan roda empatnya mengikuti Raya dari belakang.Saat dalam perjalanan, Aditya segera memasang earphone pada tel

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status