Share

4. Jangan Menggodaku!

Penulis: Kafkaika
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-06 00:02:11

“Sementara, kau pilihlah kaus atau kemejaku di lemari yang pas denganmu,” tukas Devran tak banyak berpikir.

“Terima kasih, Mas!” ucap Nayra mengulas senyum padanya.

Kebetulan tatapan mereka beradu membuat Devran membeku.

Senyum gadis itu manis juga. Batin Devran yang keluar.

Menatap daun pintu yang tertutup itu dia menghela napas. Tidak mau banyak memikirkan bagaimana selanjutnya.

Lebih baik lanjut selesaikan proyek yang banyak human errornya ini. Dia tidak berniat berlama-lama di kota ini.

Kesal sekali, bisa-bisanya papanya malah menghukumnya dengan membuatnya bekerja di kota kecil ini.

Hanya saja, Devran kali ini jadi bingung. Harus tidur di mana? Bukankah kamar sebelah masih berantakan karena banyak peralatan pekerjaannya?

Jadi, Devran akhirnya tidur di sofa depan televisi. Tanpa bantal dan selimut di malam yang dingin.

Merasa tidak nyaman, dia jadi repot sendiri. Berganti posisi tidur ke kanan balik lagi ke kiri. Namun tidak juga bisa tidur. Dia lupa kalau tidak bisa tidur tanpa bantal atau guling.

“Kalau masuk ke kamar gadis itu sudah tidur belum, ya?” gumamnya sembari menggaruk rambut kepalanya.

Devran masih tidak bisa menganggap gadis itu istrinya. Jadi, ia merasa tidak sepatutnya masuk kamar seorang gadis malam-malam.

Tapi...

“Akh, masa bodoh!” Bangkitlah dia dan memutuskan ke kamar untuk mengambil bantal dan selimut.

Namun belum sempat dia mengetuk, gadis itu sudah membuka pintu.

Devran terperanjat melihat Nayra hanya menggunakan handuk yang dililitkan di dadanya.

Rambut panjangnya yang masih sedikit basah tergerai di bahu.

Sungguh … pemandangan yang dirindukan banyak pria kesepian sepertinya.

Seketika naluri seorang lelaki membuat netranya sulit menghindari pemandangan yang menyembul di balik handuk itu.

Namun, hanya sesaat. Dengan cepat dia menarik kesadarannya kembali. Menyipitkan matanya menatap kesal pada gadis yang baru dinikahinya itu.

“Kenapa berpenampilan seperti itu di depan seorang pria? Jangan menggodaku!” tegurnya.

“Maaf, Mas. Aku tidak bisa buka lemarinya.” Nayra menunduk karena takut Devran marah padanya.

Meski sudah menjadi sepasang suami istri, tapi Nayra tahu pernikahan ini tidak sebagaimana normalnya.

Kedua tangannya bahkan disilangkan di depan dadanya yang membuat pria itu menatapnya tajam.

Devran melihatnya hanya memakai handuk sehingga mengiranya ingin menggoda?

“Pakaianku kan sudah kotor dan basah di keranjang pakaian. Aku habis mandi dan tidak bisa membuka lemari untuk mengambil kemeja, Mas,” jelas Nayra akhirnya.

Devran menghela napas.

Tanpa banyak bicara, pria itu masuk dan membukakan pintu.

Tidak hanya itu, Devran sendiri yang mengambilkan kemeja putihnya untuk sementara dipakai Nayra.

“Pakailah!” ujarnya langsung beranjak mengambil bantal dan selimut kemudian kembali keluar.

“Terima kasih, Mas!” suara gadis itu masih didengarnya saat menutup pintu kamar.

Devran memasang muka datar.

Hanya saja sampai ia bersiap untuk tidur, pikirannya masih saja semrawut.

Selain karena adegan Nayra tadi, bayangan mantan kekasihnya mendadak muncul.

Setahun lebih fokus berkarir tanpa menggandeng wanita adalah bukti bahwa dirinya masih juga belum move on.

***

Di sisi lain, kaki ramping itu melangkah tanpa alas dengan penuh kehati-hatian.

Seolah takut menciptakan suara dan mengusik sang tuan rumah yang masih terlelap di sofa depan televisi itu.

Nayra ingat, dia harus memasak dan beres-beres rumah. Karenanya bangun pagi-pagi untuk segera melaksanakan tugas perdananya ini agar sang tuan rumah tidak menilainya malas.

Bagaimanapun dia tidak mau diusir dari tempat ini dulu.

Nayra yakin, ibu tirinya tidak akan berhenti mencarinya dan dia masih harus bersembunyi.

Tidak banyak perabot di dapur. Tapi melihat isi lemari es yang penuh bahan makanan, Naira jadi tidak kesulitan merencanakan menu makanan apa yang akan dibuatnya.

Nanti dia akan coba bertanya pada Devran, apa makanan kesukaannya. Nayra akan membuatkannya.

Sementara itu, mendengar suara gemeretak dari arah dapur, Devran sontak membuka matanya dan memasang raut waspada.

Masih belum sadar penuh dia segera bangkit meraih payung panjang yang diletakkannya di guci sudut ruangan untuk berjaga-jaga kalau saja ada maling di rumahnya.

Langkahnya sudah masuk dapur.

Namun tidak tahunya, Nayra juga hendak keluar dapur, hingga keduanya hampir bertabrakan.

“AAA!”

.

.

.

Next~

Bab terkait

  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   5. Menerawang

    “AAA!”Teriakan Nayra membuat Devran yang siaga dengan gagang payung itu terkejut balik.“Astaga! Kenapa sih kau suka sekali teriak-teriak?”Devran reflek membuang payungnya dan segera membekap mulut Naira agar tidak lagi membuat kegaduhan di lingkungan ini karena teriakannya itu.Dia baru ingat, kalau semalam sudah menikahi seorang wanita yang kini hampir digebuknya karena mengira maling.“Mas mau gebukin aku?” Nayra masih tampak ketakutan melihat Devran hampir memukulkan payung itu kepadanya.“Iyalah,” ucapnya yang membuat Nayra bertambah sedih.Melihat raut wajah takut dan tubuh yang meringsut itu Devran buru-buru menambahi, “Aku lupa kalau semalam menikahimu. Sering ada maling di sini, jadi kukira kau maling.”“Oh, enggak kok, Mas. Aku tidak mungkin...”“Hey, aku sedang tidak menuduhmu. Aku bilang kukira saja, lho!” Devran menandaskan agar Nayra tidak penuh cemas.“B-baik, Mas,” ujar Nayra mulai merasa tenang. Panik saja kalau di tempat yang dirasanya aman ini Nayra juga akan meng

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   6. Barang Pribadi

    Usianya masih sangat muda. Dia bilang baru lulus SMA dan masih ingin melanjutkan kuliah. Ingin jadi dokter katanya. Karenanya dia memilih melarikan diri dari rumah agar tidak dipaksa menikah dengan pria tua.Setidaknya itu yang diketahui Devran tentang Nayra.Padahal, justru sekarang ini mereka sedang terjebak pernikahan dadakan. Pernikahan yang hanya sebuah kepentingan saja.Devran juga tidak berniat berlama-lama dengan hubungan ini. Setelah membereskan beberapa hal, Devran sudah berpikir akan membantu Nayra masuk ke perguruan tinggi. Mendengar kisah hidupnya sekilas kemarin, Devran sudah merasa kasihan padanya.“Mas, ada makanan di meja dapur. Sudah siap, kok. Mas ambil sendiri, ya?” suara itu terdengar namun Devran tidak melihat Nayra. Gadis itu benar-benar bersembunyi.“Aku tidak bisa makan sembarangan, lho. Awas saja kalau masakanmu rasa sampah seperti masakan kota ini!” tukas Devran.Kejam memang mulutnya, tidak berterima kasih sudah dibuatkan makanan malah belum-belum mencecar

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   7. Gedoran Pintu

    “Ya sudah deh, aku berangkat saja!” Devran tidak suka mengulur waktu.Nayra tidak terima. Bagaimana nanti kalau pria itu tidak jadi membelikannya?Ingat kata-kata Devran semalam yang tidak suka basa-basi, pada akhirnya membuatnya menyingkirkan rasa malu itu. “Bra atau kutang sama kok, Mas?" ujarnya.“Tapi, nanti bilang bra saja kedengarnya lebih enak. Jangan lupa celana dalamnya juga.” Nayra baru menyahut. Daripada malah tidak dibelikan...“Oke!” tukasnya baru membuka pintu dan keluar.Saat sudah di mobil, Devran merasa ada yang salah. Dia baru menyadari kebodohannya dan mengumpati diri sendiri.Bukankah dia bisa searching di internet tanpa harus mempermalukan diri bertanya pada Nayra tentang nama benda itu?Bodohnya dirinya ini.... Malu dengan julukan play boy yang pernah tersemat padanya saat masih remaja dulu. Bahkan nama benda itupun dia lupa?“Hadeeh!” Devran menyugar rambut kepalanya. Pasti ada yangg tidak beres ini dengan kepalanya?Sepagi ini sudah ribet perkara bra dan ce

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   8. Mau Apa?

    “Ada apa dengan kakimu?”Tatapan Devran tertuju pada kaki Nayra karena sepertinya sedang bermasalah.“Tersandung, Mas. Tadi panik dan mau bersembunyi,” jelas Nayra.“Ceroboh sekali kamu!”Nayra hanya mendengus lemah namun tak terlalu mempermasalahkan ucapan pria itu. Perasaannya tenang melihat Devran sudah di rumah. Jadi tidak mengapa juga kalau pria ini jutek padanya. “Duduklah, aku akan memeriksanya.” Devran menunjuk sofa tak jauh dari Nayra. Gadis itu menurut.Devran duduk berlutut di lantai untuk memeriksa kakinya, dan Nayra mencuri lirik pria yang kini sedang memegangi kakinya itu. Menerbitkan rasa syukur dalam hatinya, bahwa tuhan masih melindunginya dengan membiarkannya masuk ke dalam mobil pria ini.Meski terlihat jutek dan cuek, sebenarnya Nayra bisa merasakan Devran pria yang baik.Ketika pilihan memaksa dirinya berterus terang tentang yang sebenarnya terjadi, bisa saja dilakukan Devran padanya, nyatanya Devran bersedia juga menikahinya.Meskipun Nayra juga tahu, Devran

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   9. Jangan Baper!

    “Kau pikir apa?” Devran menatap Nayra yang menolaknya itu.Setelah tahu Devran hanya ingin membantunya mengoleskan cream otot pada kakinya, Nayra tak membantah lagi.Lagi pula, GR sekali dia kalau sampai berpikir yang bukan-bukan. Pria ini sudah menandaskan tentang tujuan pernikahan mereka beberapa kali.“Aku tidak punya kunci cadangan pintu depan. Kenapa kau menguncinya?” ucap Devran sembari mengurut kaki Nayra yang sakit. “Takut, Mas.”“Jangan secemas itu. Lingkungan ini aman. Saking amannya kau tahu sendiri kan bagaimana mereka tidak suka ada yang berbuat tidak senonoh di sini?” Devran mengingatkan Nayra bagaimana tetangganya membuat mereka terikat dalam pernikahan dadakan ini.“Iya, Mas.” Nayra mengangguk. Mencoba percaya dia akan baik-baik saja di tempat ini. Menikmati pijitan lembut pria itu, Nayra semakin yakin. Devran bukan pria kejam. Dia juga masih peduli padanya walau kata-kata yang diucapkannya selalu dingin dan jutek. Sesekali melirik pria yang memijit kakinya itu,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   10. Tergoda

    “Mau mengintipnya? Yang benar saja!” gumam pria itu menghentikan langkahnya tepat di depan pintu sebelum membukanya.Tiba-tiba dia sudah berbalik saja pada Nayra. Sempat disesalinya kenapa harus melakukan itu, tapi dirinya sudah terlanjur berdiri di depan gadis itu.“Ada apa, Mas?” tanya Nayra heran.Bingung, Devran pun mengeluarkan jurus andalannya, “Pakai bajumu dan siapkan makan untukku. Aku sudah lapar. Awas kalau lelet!”Nayra mengangguk. “Siap, Mas!”Setelah keluar dan menutup pintu, Devran hanya menggaruk-garuk rambut kepalanya yang tidak gatal. Kenapa bisa blank begini otaknya?Dia jadi mengakui, Nayra gadis yang berpotensi menarik perhatian pria normal.Muda, cantik dan menarik.Dipikirnya setelah setahun menjomblo karena kecewa dengan kekasihnya, ternyata dia masih normal juga dan bisa tergoda pada mahluk yang bernama perempuan.“Aaah, kenapa jadi terbit begini hasyratnya?” Devran bingung sendiri.Dia berusaha mengenyahkan pikiran itu, sementara Nayra malah terdengar mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   11. Perkara Baby Doll

    Devran menyesali karena tadi asal memasukan baju ke keranjang belanjaan. Itu juga atas usul pelayan toko di sana. Tidak tahunya terlihat menggoda sekali jika dipakai gadis itu.Sejak kemarin Nayra sudah menggodanya saja. Seperti ketika hanya memakai handuk selepas mandi saat Devran hendak masuk ke kamar. Lalu sepagi tadi merangsang pandangnya dengan pakaian menerawang yang digunakannya. Sekarang malah memakai baby doll itu.Devran benar-benar tidak habis pikir...‘Sebenarnya Bukan gadis itu yang menggoda. Otak lu sendiri saja yang rada konslet!’ perdebatan dalam batin Devran.Tidak kurang matanya melihat gadis seksi sliwar-sliwer di hadapannya. Namun hanya melihat gadis ini memakai baju rumahan seperti itu saja sudah membuatnya panas dingin tak karuan.Apa ada yang salah dengan dirinya?Ketika gadis itu menjatuhkan sesuatu lalu diambilnya dengan posisi membungkuk hingga menampakkan paha atasnya yang mengintip saat gaunnya terangkat, otak Devran kembali konslet.‘Udah jangan jai

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   12. Dicium

    “Apa kamu bilang?” Devran mendengar Nayra menggerutu saat melewatinya lalu dia menarik lengan gadis itu.“Oh, apa? Enggak kok, Mas. Aku...” Nayra terkejut sendiri bagaimana bibirnya secablak itu mengutarakan isi hatinya. Hingga membuat Devran terlihat begitu kesal. Sudah macam orang yang ingin makan orang saja.Dia mending segera beranjak masuk kamar dan menguncinya. Besok saja minta maafnya. Mudah-mudahan Devran sudah melupakan ucapannya. Nanti dia alasan sakit perut atau apalah.Namun Devran sudah tidak terima. Gadis ini harus diperingatkan dengan keras. Padahal ini juga untuk kebaikannya sendiri. Bisa-bisanya malah mengatakan dirinya berotak mesum.Tanpa banyak bicara, bibirnya sudah menempel di bibir Nayra dan memagutnya.“Umpphhhh...”Terlepas dari ciuman Devran, gadis itu langsung berlari ke kamar dan menuntup pintu.Devran berjalan dengan cepat membuntuti Nayra namun terhalang pintu yang tertutup dengan cepat itu.Seperti ada yang menyadarkannya, dirinya langsung kembali ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12

Bab terbaru

  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   28. Masalah Ranjang

    Nayra baru sadar kalau ponsel Devran tertinggal saat mendengar suara deringan dari benda itu.Mungkin masih di luar karena belum terlalu lama keluarnya. Jadi, Nayra mengambil benda itu dan melangkah dengan cepat untuk menyusul Devran.Namun sepertinya Devran sudah tidak ada.Sementara ponsel itu belum juga berhenti berdering.Siapa Arini? Apa teman kantornya?Nayra tidak mau tahu. Dia mau melanjutkan memasak lagi. Namun suara deringan ponsel itu masih juga terdengar. Sungguh sangat mengusiknya.“Aku angkat saja, deh. Nanti tinggal bilang sama Mas Devran.”Lalu ketika diangkatnya, Nayra mendengar suara lembut dari seberang sana.Deg! “Hallo, Dev. Maaf pagi-pagi udah nelpon. Tidak perlu sarapan di rumah, ya. Berangkat ke kantornya pagi-pagi kita bahas proyek kamu yang hampir selesai.”Oh. Urusan kantor. Nayra tanpa sadar menghela lega.“Maaf, Mas Devrannya sedang jogging. Nanti akan saya sampaikan.” Nayra menjawabnya.“Eh, bentar. Ini siapa?” suara dari seberang tampak heran.Sayang

  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   27. Manisnya Asmara(2)

    Tengah malam Nayra keluar kamar karena merasa haus. Air minum dalam botolnya sudah habis dan dia lupa belum mengisinya.Saat membuka pintu tidak tahunya Devran masih berjibaku dengan pekerjaannya di ruang tengah.Melihat Nayra keluar dengan hanya memakai daster tali sedangkan tidak memakai apapun lagi di dalamnya. Mata pria itu nyalang.“Mau apa?” tanyanya pada gadis itu. Pasti tidak sadar tidak memakai kimononya saat keluar.“Mau ambil minum, Mas.” ujarnya lempeng dan berjalan ke arah galon untuk mengisi botolnya.Devran memperhatikan gerak-gerik gadis itu, lalu menghela napas.Bahu dan punggungnya terekspos saat rambut panjang yang tergerai itu melorot ke samping ketika Nayra membungkuk mengisi air.Belum lagi posisi yang seperti itu benar-benar secara tidak langsung menerbitkan pikiran yang tidak-tidak saja di kepala pria jablai ini.Gadis ini benar-benar mengujinya. Padahal dia sendiri yang tidak mau dimacam-macamin Devran.“Ambilkan juga aku segelas minuman.” Devran akhirnya tid

  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   26. Manisnya Asmara

    “Yang ini lebih gemoy dan empuk. Rasanya lebih enak.”Nayra menyodorkan bakpao pada Devran saat mereka memutuskan berjalan-jalan sebentar di sekitar vila.“Enggak ada bedanya, sama saja!” Devran melahap makanan itu ke dalam mulutnya.“Itu karena mas kurang menikmati esensi rasa sebuah makanan. Padahal, dari harganya saja sudah beda. Bahan pembuatnya pun beda. Tidak mungkin kalau rasanya sama.” Nayra mencebik melirik pria yang melahap makanan itu. Sama makanan juga dia jutek abis.“Tidak perlu diperdebatkan. Lidahku dan lidahmu beda. Jadi jangan memakasakan pendapat dari sudut pandangmu.” “Ya, deh. Terserah!” Nayra memutar bola matanya, tak mau mempersoalkan lagi. Perkara bakpao doang kenapa bahasnya jadi dalam begitu.Mungkin karena sembari menggerutu dalam hati, saat makan Nayra sampai seret di tenggorokan hingga membuatnya cegukan.Devran langsung bangkit dan membelikan air mineral untuknya. Membukakan tutup botol itu dan membantunya minum.Perasaan Nayra terasa hangat mendapat pe

  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   25. Temani Aku Tidur

    Nayra sudah memejamkan matanya karena merasa Devran akan menciumnya. Posisi wajah mereka sudah dekat sekali. Bahkan ujung hidung mereka saling bersentuhan. tiba-tiba pria itu berkata, “Ada paku, hampir mengenai kakimu!”Mata yang tertutup itu seketika terbuka. dan wajah yang menegang itu pun memudar, terganti perasaan sebalnya. Padahal Nayra Sudah merasakan deg-degan sekali. seperti saat dicium pria ini sebelumnya.Tapi kalau ingat hal itu dia jadi sedih. Dicium di pagi harinya, lalu di siang harinya hatinya berbunga-bunga, dan di sore harinya dia di tuduh mencuri. Ini seperti perasaannya sedang diroller-coasterkan. Naik setinggi-tingginya, lalu diturunkan serendah-rendahnya.“Iya, Mas. Terima kasih!” ujarnya sembari bangkit dari pangkuan Devran.Dia memang melihat paku di lantai kayu itu mencuat dan bisa saja menyakiti kakinya. Nayra seharusnya tidak bepikir kalau Devran mau menciumnya lagi.Bisa-bisaya masih saja berharap Devran menciumnya?*** Hari berlalu begitu-begitu saja k

  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   24. Hipotermia(2)

    “Sudah beres, Mas. Aku sudah melaporkan dua wanita itu ke kantor polisi.” Musa memberikan laporan apa yang sudah dikerjakannya.“Bagus. Oh, ya, Om. Jangan dulu memberitahu mama atau papa tentang Nayra. Biar nanti aku beritahu sendiri.” Devran mengingatkan Musa.Meski mamanya yang paling bawel agar dia punya kekasih yang dikenalkan padanya, tapi Devran tahu wanita itu sangat perfeksionis. Tidak mau sembarangan memilih calon menantu.“Bukan karena alasan pernikahan yang dadakan itu, kan?” Musa bertanya. Dia sedikit sudah diberitahu Devran tahu tentang hal itu.“Maksud, Om?” Devran bertanya balik apa yang dimaksudkan Musa.Musa tertawa dan menepuk pundak anak muda itu. Sejak dia kecil, Musa sudah bekerja untuk papanya. Lebih sering mengawal anak muda ini saat dulu masih bandel-bandelnya. Jadi sedikit banyak mengetahuilah tentang karakter Devran.“Mas Devran tidak pernah seperhatian ini pada wanita lain selain sama Mbak Damay. Kalau sekarang Mas Devran kembali memberikan perhatian pada w

  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   23. Hipotermia

    “Jangan melompat. Airnya deras. Kau bisa mati kalau melakukannya!” suara pria brandalan itu mengingatkan Nayra.Gadis itu sudah lelah dan putus asa. Dilihatnya arus yang deras di bawah sana. Dia tidak takut.Kakinya sudah memanjat pagar beton itu untuk bersiap terjun ke sungai. Dipejamkannya matanya erat-erat, seolah melihat bayangan bundanya melambai-lambai di ujung sana memanggilnya.“Aku datang, Bunda...” gumamnya sebelum akhirnya menjatuhkan diri ke dalam sungai.Namun sebelum itu terjadi sebuah tangan menarik tubuhnya dan memeluknya erat.“Lepasin, jangan sentuh aku...” teriaknya merusal sebelum akhirnya semua terlihat gelap dan sunyi...Ketika matanya mulai terbuka, Nayra melihat langait-langit putih di atasnya.“Apa aku sudah meninggal?” gumamnya sendiri.Dia baru menoleh ke sekitar dan tempat ini benar-benar asing baginya.Tapi satu yang Nayra sadari, dia tidak sedang berada di alam lain tapi sebuah kamar yang sunyi hingga suara detakan jarum jam dinding bisa terdengar di t

  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   22. Mencari Nayra

    “Mau apa?” Seorang petugas menahan Devran yang hendak ikut melihat korban.“Kalau tidak ada kepentingan tidak boleh mendekat!” bentak pria itu sembari menghalau beberapa orang yang masih bandel tidak mau pergi.“A-aku suaminya, Pak!” “Kau suaminya?” serempak beberapa orang yang tadi menyingkir dari kerubungan menatap Devran dengan sungguh heran.“Benar, karenanya izinkan aku melihatnya. Aku punya hak untuk melihatnya...” Dengan percaya diri Devran mengakuinya. Padahal dia juga tidak begitu yakin.Biar saja, yang penting dia bisa melihat wanita itu dan tidak mati penasaran.Melihat kesungguhannya seorang petugas memberi kode agar membiarkan Devran melihatnya. Siapa tahu memang dia adalah suami korban laka itu.Selangkah lagi mendekati tubuh yang te

  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   21. Kacau

    Ada rasa kecewa yang menyusupi dadanya melihat kemunculan pria itu. Kenapa bukan Devran yang datang? Untuk apa juga Musa ada di sini?Jangan-jangan dia memang seorang penipu lalu sudah tertangkap Devran dan kini ingin menyeretnya ke dalam masalah yang sudah dibuatnya.“Aku bukan suaminya, tapi aku membawa saksi bahwa wanita yang dipaksa menikah ini sebenarnya sudah terikat hubungan pernikahan.”Musa tak pedulikan tatapan banyak orang. Berjalan menuju ke penghulu di depan. Menunjukan beberapa rekaman pernikahan Devran dan Nayra.“Kalau Anda tidak percaya, saya juga membawa saksi. Ini ada Ustaz Muh dan pengurus RW yang menyaksikan.” Musa menunjuk dua pria yang juga turut hadir.“Omong kosong apa ini? Usir pria itu dari sini!”Hanggoro yang mengetahui kenyataan ini pada akhirnya bangkit dan merasa tidak ter

  • Bukan Cinderella Dadakan Tuan Pewaris   20. Pria Yang Memuakkan

    “Kau cantik sekali, Nayra sayangku...”Hanggoro mencolek dagu Nayra dan tertawa puas karena sebentar lagi bisa juga memiliki istri muda yang cantik itu.Beberapa orang yang turut hadir menjadi saksi pernikahan bersorak-sorak melihat kelakuan sang juragan yang bagi mereka lucu itu.“Cium Juragan...” seloroh rombongannya sembari bersiul. Nayra benar-benar terlihat jengah tapi masih berusaha menahan diri. Mau marahpun dia tentu tidak berani. Lagi pula siapa di sini yang akan peduli perasaannya. Tidak ada...Hingga suara penghulu itu terdengar.“Sabar, Tuan Hanggoro. Tidak boleh asal colek dulu. Belum halal. Kita halalkan dulu, ya?” Penghulu yang sudah duduk di hadapan mereka mengingatkan pria tua yang sudah tampak mendesak itu.&ldq

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status