Share

Kangen

Author: Pusparani Surya
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Hadi menghampiri Raja yang datang untuk ikut tahlilan 7 hari meninggalnya Rosita, dia sengaja melarang Raja untuk terus pulang pergi agar selalu bisa mengikuti tahlilan untuk istrinya itu. Jarak yang lumayan jauh antara tempat kerja dan rumahnya, membuat Hadi kasihan dan tidak mau menantunya kecapean. Apalagi mendengar kalau anaknya sengaja mendiamkan Raja, karena marah dia meminta Raja tidak memberi tahu tentang kematian Rosita pada Cahaya.

Raja tersenyum menghampiri, mengambil tangan Hadi menyalaminya penuh rasa hormat. "Sehat, Pak? Kemana Binar?"

"Alhamdulillah, sehat. Binar ke masjid, untuk tahlilan hari ini dialihkan ke masjid saja, biar tidak begitu capek beberesnya. Masuk, A."

"Maaf, Khadi tidak bisa ke sini, Farhat ada acara yang mengharuskan Khadi ikut."

"Tidak apa. Lagi pula kasian, neng Khadi sedang hamil besar."

Hadi mengajak Raja masuk, rumahnya yang semakin sepi setelah kepergian kedua perempuan penghuninya, terasa sangat menyedihkan untuk Hadi.

Photo keluarga baru s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bukan Aku Tak Setia    Rasa Yang Salah

    Waktu berjalan cepat. Tak terasa sebulan sudah dilewati tanpa ada kendala yang berarti. Selain perasaan rindu yang membelenggu, pada sosok yang setiap malam menemaninya, walau hanya lewat layar semata. Puas dengan saling bertukar kabar dan canda mesra, mengungkap tentang perasaan yang harus rela dipisah keadaan yang memaksa. Choi yang sesekali masih saja mencoba tebar pesona, walau jelas ditanggapi biasa oleh Cahaya. Juga Adrian yang mendadak sangat possesif, menjaga dan melindungi Cahaya dari jerat lelaki, yang selalu saja mengingatkan gadis itu pada sosok masa lalunya. Iya, kadang terbersit dalam benak Cahaya tentang bagaimana sikapnya saat bertemu Kim satu hari nanti. Harus marah? Bahagia? Atau mengabaikan begitu saja seolah tidak mengenalnya? Entahlah, Cahaya hanya berharap andai saat itu benar terjadi, dia sanggup mengangkat kepala, dan tersenyum saja pada lelaki masa lalunya itu. Tak ingin menyimpan dendam atau sesal, atas kandas Cinta yang tak menemukan akhir kata bahagia.

  • Bukan Aku Tak Setia    Panggilan Seseorang

    Gadis kecil itu terus berlarian. Sesekali dia bersembunyi di balik etalase toko. Terkikik sendiri, membayangkan seseorang yang kini tengah gelisah mencari. Sayup rungunya masih mendengar suara sang ayah memanggil namanya, namun dengan gemas sendiri, dia semakin menyembunyikan tubuhnya di sana."A Ya?! Kamu di mana?"Si kecil kembali terkikik, menutup mulutnya sendiri seakan takut kalau yang memanggilnya, akan segera menemukan dia.Selama ini dia jarang bisa bersama dengan sang ayah, saat waktu itu tiba dia tak ingin membuang percuma. Ayahnya harus mau bermain sampai dia puas.Kim mengedarkan pandangan, mencari A Ya yang dia yakin bersembunyi di balik etalase. Senyuman menghias bibirnya, saat dia melihat sosok mungil yang tengah menjadi sasaran bidiknya.Dia biarkan anaknya itu terus menyusup di antara etalase, memanggil namanya tanpa berniat untuk mendekat. Biarkan saja. Toh, dia sudah tau di mana anaknya itu berada."A Ya!" lagi Kim memanggil, dan dia semak gemas saat tubuh mungil A

  • Bukan Aku Tak Setia    Pertemuan

    "A Ya!"Lagi suara itu terdengar, ini tempat ramai, bahkan suara musik yang disetel terdengar mendayu di telinga, tapi dia bisa dengan jelas mendengar namanya dipanggil."A Ya, Sayang? Jangan terlalu jauh sembunyi!"Cahaya semakin jelas mendengar seseorang berbicara dengan menyebut namanya. Namun kalimat lain yang menyertai, menyatakan kalau bukan dia yang dimaksudkan oleh orang tersebut.Cahaya mencoba abai, saat dia yakin bukan dia yang dipanggil. Hingga dia melihat ada yang mengendap ke dekatnya.Cahaya tersenyum saat melihat seorang anak kecil berjalan perlahan, lalu sembunyi di balik tempatnya berdiri kini. Gadis kecil itu tak mengindahkan keberadaannya sma sekali, bahkan saat mata mereka bersirobok, gadis kecil yang menggunakan jaket berwarna pink itu, hanya menempelkan telunjuknya pada bibir, sebagai tanda memintanya untuk diam.Cahaya tertawa pelan, merasa lucu dengan tingkah menggemaskan anak itu. Dia mengangguk tanda setuju dengan keinginan gadis kecil itu. Bahkan, dengan ta

  • Bukan Aku Tak Setia    Menghindar

    Cahaya mencoba tenang. Walau gemuruh dalam dadanya, seakan meruntuhkan ketenangan yang coba dia bangun perlahan. Ternyata dia tidak bisa sekuat dugaannya, saat sosok itu ada nyata di depan mata.Ada rindu yang ingin dia lepaskan, namun banyak rasa kecewa yang bertambah, dengan adanya pertemuan di antara mereka. Rupanya dia telah salah dalam menilai arti cinta Kim untuknya dulu. Kenyataan kalau Kim telah mempunyai seorang putri, menghempaskan segala cerita cinta mereka dulu.Kim yang dengan lantang mengatakan betapa dia mencintai, ternyata telah menikah, dan bahagia dengan seorang anak bukti nyata.Dia yang menunggu kabar dari lelaki yang tadi kembali memanggilnya penuh rindu, ternyata hanya seorang yang tak pantas untuk dia kenang sekali pun.Kecewa? Tentu!Lalu, apakah memang dia berharap kalau Kim juga masih sendiri saat mereka bertemu lagi? Sedang pada kenyataannya, dia juga telah menikah dengan Raja. Walau begitu, bukti cinta sudah jelas Cahaya lakukan, menunggu lelaki itu sampai

  • Bukan Aku Tak Setia    Menjauh

    Mereka menepi dari depan toko."Cahaya mana?" tanya Kim tak membuang waktu, matanya liar mencari sosok yang tadi begitu jelas di depan mata, namun sekarang entah kemana Cahaya pergi."Cahaya? Jadi kalian sudah bertemu?" tanya Adrian yang belum bisa meredakan kekagetannya, ditambah dengan berita lain kalau dua orang yang pernah punya cerita di masa lalu, ternyata sudah terlebih dulu bertemu."Iya, sudah. Mana dia, Yan? Mana Cahaya?" tanya Kim tak sabar. "Siapa dia, Hyong?" Adrian malah bertanya tentang A Ya. Dan itu membuat Kim kembali terhempas tentang kenyataan hidupnya.Melihat pada A Ya yang kini kembali mengkerut melihat orang baru, Kim mengusap sayang kepala anaknya, melabuhkan kecupan penuh cinta, juga lagi kata maaf dalam dada."Ini anakku, Yan. A Ya."Ada kebanggaan dalam hati Kim, begitu menyebut mana anaknya yang selalu mengingatkan dia pada sosok Cahaya. Dia harus berterima kasih pada almarhum istrinya yang sudah mengusulkan nama itu, karena setidaknya dia masih memiliki A

  • Bukan Aku Tak Setia    Berbagi Kabar

    Kim pasrah saat Adrian memilih berkata tidak, saat dia meminta nomor ponsel Cahaya. Dia tentu tak bisa memaksa, dan untuk mengikuti Adrian untuk mengetahui di mana tempat tinggal mereka pun, jelas tidak bisa. A Ya yang kini mulai tertidur di pelukannya, harus segera dibawa pulang. Ditambah gelap mulai menjelang, dia hanya bisa memandang kepergian Adrian tanpa bisa mengejar. 'Tuhan, kami sudah Kau pertemukan, namun dengan cepat kembali Kau pisahkan. Ini semakin sulit untukku. Aku tahu dia ada, tapi tetap tak bisa berbicara. Honey, sungguh kamu tega. Tak rindukah kamu padaku sedikit saja?' Kim berbalik melawan arah dengan jalan yang Adrian ambil, mobilnya terparkir di sana, sedang jelas Adrian menuju terminal bus untuk pulang. Kim tidak bisa melupakan sorot kaget dan kecewa pada mata Cahaya tadi. Satu yang terekam dengan jelas di ingatan Kim, Cahaya-nya semakin cantik saja. Semakin dewasa, dan tentunya itu semakin membuatnya mencinta. Boleh Kim berharap Cahaya memang masih sendiri sa

  • Bukan Aku Tak Setia    Tentang Kebenaran

    Lagi Hana menggeleng, senyuman Kim yang melebar menularinya, dia semakin yakin dengan apa yang tadi sempat menjadi sangkaannya. Bahwa Kim sudah bertemu dengan Cahaya. 'Semoga.'"Aku … bertemu dengan Cahaya, Mama! Kami bertemu tadi di pusat kota Yong- In!" Kim mengatakan dengan nada suara yang begitu menunjukan kebahagiaannya kini. Mata Hana membulat, tangannya menutup mulut tak percaya. Walau tadi sudah bisa menebak, tetap saja saat berita itu sampai di rungunya, Hana kaget juga. "Sungguh? kamu tidak salah mengenali orang kan, Sayang?!" tanya Hana ingin memastikan, dia tidak ingin Kim salah lihat, bisa saja yang dilihatnya itu bukan Cahaya. "Tidak, Mama, itu beneran Cahaya. Cahaya Kamila. Gadis yang sangat aku cintai. Kekasihku, Mama!" seru Kim sambil mengguncang tangan Hana, agar ibunya itu percaya dengan apa yang dikatakannya. "Bahkan kami sempat saling bicara. Dia juga mengenali aku, dia mengenalku, Ma!" Kim semakin antusias bercerita. Hana mengangguk, kalau seperti itu pengak

  • Bukan Aku Tak Setia    Pergulatan Rasa

    Meninggalkan Kim dengan semua pemikirannya. Taksi yang ditumpangi Cahaya melaju lambat, jam pulang kerja membuat laju kendaraan itu sedikit tersendat. Gadis itu terus berusaha menenangkan diri, hatinya yang pasti. Saat ini dia ingin menumpahkan kekesalan juga kekecewaan, yang begitu menyesakan dada.Ternyata pertemuan dengan Kim sangat berpengaruh padanya, dia yang mengira akan kuat saat keadaan membawa mereka kembali temu muka, ternyata salah duga. Dia lemah, bahkan jelas luka itu terasa mengerat dalam dada. Dalam dan perih.Penantian penuh harapan yang sudah dia lakukan, ternyata berbuah kenyataan kalau dia memang tak sebesar itu diharapkan. Dia tak pernah diinginkan dengan benar, hanya sekedar kata cinta yang diucapkan berulang, tapi tak layak untuk disanding di pelaminan.Pedih. Dia merana menanti, sedang sang pujaan mereguk manis madu pernikahan, hingga lahir seorang anak yang begitu sangat menggemaskan. Lalu, kenapa juga harus nama dia yang dipakai?Apa dengan cara seperti itu

Latest chapter

  • Bukan Aku Tak Setia    Akhir Kisah Kita

    Kim tak menyembunyikan kehancurannya. Di depan Raja dia menceritakan semua cerita hidupnya. Terpaksa menikahi wanita pilihan orang tuanya, mengabaikan semua perasaannya untuk menemui Cahaya, yang dia yakin pasti menunggunya tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pernah berpikir untuk melupakan gadis itu, saat pernikahannya terberkati oleh kehamilan istrinya. Memilih tetap hidup dengan rasa yang sudah mati. Dia bagai tak memiliki tujuan pasti, hanya diam dan menuruti semua keinginan ayahnya. Hingga asa itu hidup lagi, saat istrinya harus menyerah dalam perjuangan meraih cintanya, meninggal setelah memberinya seorang putri yang kemudian diberinya nama, sesuai dengan nama sang pujaan seperti keinginan Su Ni. Kim merangkai mimpi lagi, berharap Cahaya masih sendiri dan sudi menerimanya kembali. Datang ke Indonesia dengan harapan yang bertumbuh besar. Bahagia, saat alamat yang tertulis dalam kertas yang mulai memudar, bisa dia temukan. Bertemu Rosita yang dengan jelas mengatakan, kalau

  • Bukan Aku Tak Setia    Meminta Kesempatan

    Taksi yang mereka tumpangi berhenti tepat di depan gerbang apartemen. Setelah membayar, Raja meminta Cahaya untuk menunggunya membukakan pintu. Tak ada penolakan, Cahaya biarkan suaminya melakukan apapun yang dikehendaki. Tangan keduanya bergandengan memasuki area apartemen. Baju yang kemarin dipakai Cahaya kerja, kali ini pun kembali dipakainya. Karena memang kemarin, jangankan berganti pakaian, masuk ke apartemennya saja Cahaya tidak sempat, karena langsung dibawa Raja yang dalam keadaan cemburu, melihatnya datang bersama Kim. Langkah Cahaya terlihat berbeda, sisa serangan Raja di malam pertama mereka yang tertunda, membuat Cahaya masih merasakan sakit di setiap langkahnya. Sedang si pelaku utama, dengan sabar mengimbangi langkah istrinya dengan tatapan iba. Meski tak ada lagi kata maaf yang dia katakan, karena memang seperti itu prosesnya. Nanti setelah terbiasa, sakit itupun tak lagi terasa. Ah, biasa … bagaimana akan terbiasa? Sedang dia tak lama berada di sana, rasanya Raja

  • Bukan Aku Tak Setia    Aku Menunggu, Mereka Bercumbu

    Semalaman dia di sana. Menghabiskan setiap detik yang membuatnya bagai dicekik, bahkan setiap oksigen yang dihirup, membuat dadanya sesak disetiap hembusan. Jangan tanya rasa hatinya. Hampa. Tak berdaya. Ingin mati saja, bersama dengan cintanya yang kini telah kandas. Lepas. Hancur tak tersisa. Bayangan semua hal yang bisa dilewati dengan semua kehangatan, oleh gadis pujaan dengan seseorang yang pernah begitu dekat dengannya, semakin membuatnya enggan memejamkan mata. Berharap dan menunggu, mungkin saja pasangan yang sudah dinyatakan sebagai suami istri itu, kembali meski malam telah larut, atau di saat pagi siap menjelang. Meski dia tahu, itu tentu saja pemikiran yang salah, karena dua orang yang terus memenuhi pikirannya, tengah panas menghabiskan malam. Memadu kasih, melebur kerinduan. Sedang dia membeku, bersama serpihan salju yang turun dengan lebat di luar. Mereka sepasang pengantin baru, terpisah karena tugas yang tidak bisa ditolak, tentu saja saat bertemu, mereka akan ter

  • Bukan Aku Tak Setia    Indah Bersamamu

    Mata yang tadi terpejam rapat itu perlahan terbuka, mengumpulkan kesadaran yang beberapa saat lalu terseret oleh alam mimpi yang sekejap dikunjungi. Kehangatan yang sempat membuatnya lelap beberapa saat lalu, membuatnya menduga kalau kehangatan tadi hanyalah mimpi, saat tak mendapati sosok yang tadi merengkuhnya dalam nikmat, kini tak ada di sisi. Mimpi? Cahaya semakin menegaskan pandangan, melihat keseluruhan tempat di mana dia berada kini. Ini bukan kamarnya di apartemen, yang sudah menjadi tempat tinggal sementara tiga bulan terakhir. Jelas ini bukan mimpi. Bahkan rasa sakit dan perih yang menyengatnya di bawah sana, adalah bukti nyata kalau dia tidak bermimpi, suaminya ada di Korea. Tapi kemana dia? "Sayang?!" Mata Cahaya terpaku pada pintu kamar mandi di sudut ruangan. Berharap Raja keluar dari sana, setelah mendengar panggilannya. Tak ada jawaban. Apa Raja meninggalkannya sendirian di sana? Apa suaminya itu masih marah, tentang kejadian tak diharapkan mengawali pertemuan me

  • Bukan Aku Tak Setia    Pengobat Rindu

    Drttt … drttt … Getaran ponsel yang beradu dengan nakas disamping tempat tidur, mengalihkan perhatian Raja dari menatap wajah damai Cahaya. Beberapa saat setelah penyatuan mereka, istrinya itu langsung tertidur dengan nyaman dalam pelukannya, mengabaikan desakan gairah Raja yang kembali bangkit, saat kulit tubuh mereka kembali bergesekan, dia biarkan istrinya lelap. Bahkan napas yang terhembus belum sepenuhnya normal, namun lagi Raja mengharap bisa mengulang kenikmatan yang baru saja berlalu. Menarik pelan lengannya yang dijadikan bantal oleh cahaya, Raja berusaha agar gerakannya tidak mengganggu lelap tidur istrinya yang nampak kelelahan, meski mereka hanya melakukan dalam waktu yang sebentar, tapi istrinya langsung kalah dalam sekali serangan, sama sepertinya yang juga menyerah di awal pertempuran. Mengambil ponselnya untuk melihat siapa yang menghubunginya, Raja melihat nama Khadi juga Mukta di layar, memintanya melakukan panggilan grup. Menepuk keningnya pelan, Raja melihat pe

  • Bukan Aku Tak Setia    Yang Tak Termiliki

    Young Nam hanya diam menanggapi perkataan Hana, apalagi kata yang selanjutnya terlontar, memang sanggup membuatnya menyalahkan dirinya seperti yang dikatakan Hana tadi. Anaknya menderita karena dia. Dialah yang empat tahun ini menciptakan luka dan sakit di hati anaknya. Merubah anaknya yang dulu sangat ceria setelah bertemu dengan Cahaya, menjadi pendiam setelah keegoisannya menjodohkan Kim dengan anak kakaknya. Meski kata maaf sudah dia sampaikan, restu sudah diberikan, ternyata kisah mereka memang harus terhenti begitu saja, saat dia mengucap kata tidak untuk hubungan mereka dulu.Sesal. Itu yang Young Nam rasakan sekarang. Apalagi ketiga anak muda itu masih berputar dalam lingkaran yang sama. Rasa traumanya atas penghianatan sahabat dan tunangannya, harus dia limpahkan dengan memberikan duka pada anaknya. Padahal kasus untuk Kim, Cahaya, dan Raja jelas beda. Tapi dia sudah tidak memberikan ruang restu untuk Cahaya, saat tahu kalau gadis yang dicintai anaknya adalah kekasih dari Raj

  • Bukan Aku Tak Setia    Rasa Bersalah

    Dengan tergesa Hana berdiri, melangkah dengan penuh kemarahan mendekat pada Young Nam."Semua salah kamu, Oppa. Kamu yang sudah menciptakan luka untuk anakmu sendiri. Kamu yang sudah dengan sadar membuat hidup anakku merana, menderita. Semua salah kamu!" Hana berteriak kalap. Semua penyesalan juga rasa bersalahnya membuat dia berlaku diluar kebiasaan. Dia yang selalu lembut berbicara pada suaminya, mengikuti dengan patuh apapun yang terucap dari bibir Young Nam, kini berteriak lantang menyalahkan semua yang sudah terjadi pada Kim.Ya, perasaan sayangnya kalah dengan rasa sesal, melihat Kim yang memang sudah tidak pernah tertawa dengan riang, saat Young Nam memutuskan menikahkan Kim dengan Su Ni, kini harus lebih hancur lagi setelah tahu ternyata Cahaya sudah menikah."Yobo, apa yang kamu katakan?" Young Nam mencoba menyentuh pundak istrinya yang baru kali ini dia lihat semarah itu. Tidak, istrinya murka tepatnya. Sangat murka.Dengan kasar Hana menepis tangan Young Nam yang akan menye

  • Bukan Aku Tak Setia    Kemarahan Tak Terduga

    Hana yang sedari tadi mengetuk pintu namun tak mendapat tanggapan dari Kim, akhirnya memilih membuka pintu yang ternyata tidak dikunci. A Ya sudah tidur, sengaja dia menidurkannya di kamarnya, karena Hana yakin saat ini Kim butuh ruang untuk sendiri.Perlahan Hana melangkah mendekati anak semata wayangnya. Duduk di samping Kim yang terus memandang pada selembar photo, photo yang dia tahu pasti siapa yang tergambar di sana. Telinganya dengan jelas bisa mendengar isakan tertahan Kim. Apa yang sebenarnya sudah terjadi, hingga Kim harus menangis seperti ini?"Young Jin? Kenapa?""Ma …. apa aku memang tidak pantas untuk bahagia?" tanya Kim dalam kesedihan yang terdengar menyayat. Isakannya semakin kuat terdengar."Sayang, ada apa?"Ibu mana tidak ikut merana, saat mendengar anak kebanggaannya menangis seperti itu? Bahkan sebelum Kim menjelaskan pun, mata Hana sudah memanas, dan siap menangis merasakan kepiluan hati Kim."Cahaya, Ma … Cahaya.""Ada apa dengan cahaya, Sayang? Katakan dengan

  • Bukan Aku Tak Setia    Kembali Hancur

    "Yan, apa pak Raja tidak akan berbuat kasar pada Cahaya?" tanya Andri saat mereka kembali ke apartemen.Tadi saat kejadian, Andri hanya bisa menjadi penonton dengan apa yang terjadi di depan matanya. Untungnya Indah dan Rita tidak mengetahui kejadian yang terjadi di depan apartemen, hingga Adrian maupun Andri tidak harus menjelaskan pada keduanya. Bukan tidak mungkin, Indah dan Rita akan menjadikan kejadian tersebut, menjadi bahan perbincangan dengan temannya di Indonesia."Kenapa berpikir seperti itu, Dri?""Aku khawatir saja. Dan untuk melarang kepergian mereka tadi juga, tidak punya kuasa. Mereka suami istri, tapi melihat bagaimana pak Raja tadi menarik tangan Cahaya, aku jadi takut kalau pak Raja akan marah pada Cahaya." Andri mengungkapkan kekhawatirannya."Pak Raja pernah ada di situasi yang lebih berat dari tadi, Dri. Dan aku yakin, pak Raja bisa mengontrol emosinya dengan baik. Hanya satu yang aku sesalkan atas sikap Cahaya, kenapa dia tidak mengatakan dengan jujur mengenai pe

DMCA.com Protection Status