"Dari mana kamu?!"Tante Bety berkacak pinggang dengan mata menatap tajam Anjani. Anjani bingung, tubuhnya mulai gemetar dan wajahnya memucat. "Sa ... Saya ingin tau, pintu itu menuju kemana, saya kira kolam renang milik Tante Bety, ternyata rumah warga kampung," ucap Anjani tergagap. "Halah ... Nggak usah beralasan tentu kamu ingin menyelidiki, apakah saya punya rahasia." Anjani terlonjak dan menatap tajam tante Bety. "Memang Tante punya rahasia?" Anjani memberanikan diri balik bertanya. Tante Bety diam sesaat, ia tampak blingsatan, mendengar Anjani balik bertanya. Dengan cepat tante Bety meraih tangan Anjani. "Ayo kita masuk, kita bicarakan di dalam." Tante Bety menarik kasar tangan Anjani. Untuk membawa Anjani masuk ke ruang tengah. Dan dihempaskan tubuh Anjani ke kursi panjang, hingga tubuh Anjani terpental. Beruntung di kursi yang empuk bukan di lantai. "Aku tau, kau mencari Ain kan?" tanya tante Bety bernada tinggi, dengan berkacak pinggang di depan Anjani. Matanya melo
"Ya, Anda tuan Bima?" tanya Anjani sambil mengingat-ingat, apakah tebakannya benar atau tidak. Ingatan Anjani mulai bereaksi, tiga tahun yang lalu ia pernah di bohongi orang yang bernama Bima di hotel waktu itu. Yang mana Barata telah menjual dirinya pada Bima, Anjani di beri obat perangsang, dan mengatakan akan menolong Anjani keluar dari cengkeraman Barata. Bima akan mengantar Anjani pulang kampung, namun apa yang terjadi, Bima tidak menolong Anjani, Bima malah menjualnya lagi dengan rekan bisnisnya bernama Fredy. Itupun kesepakatan dengan Barata. "Ya mereka semua biadab. Apalagi Barata lebih bisa dikatakan tak berperikemanusiaan. Ia adalah hewan bukan manusia lagi. Termasuk orang ini," batin Anjani. Anjani berpikir bagaimana mau membalas orang ini, sedangkan dirinya tak berkuasa dan tak punya kekuasaan, kekuasaan itu berupa uang dan kedudukan. Aku bisa membalasnya bila aku sudah kaya dan punya kedudukan, untuk kali ini belum bisa. Kembali Anjani pasrah, tapi ia harus hati-hat
"Apa, Barata ingin membunuhku?" tanya Batin Anjani dengan menatap Bima yang terus merancau tak karuan. Anjani mengetahui hal itu, menginginkan agar Bima mabuk terus, dan bisa mengatakan apa yang dikatakan Barata semuanya tentang dirinya. Ia segera bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri kedai club yang menjajakan segala macam merk minuman beralkohol. Anjani minta satu botol wisky. Ia langsung bawa minuman ke tempat di mana Bima dalam keadaan mabok berat.anjani menuangkan Wisky ke dalam sloki dan di sodorkan ke mulut Bima. Hingga bergelas-gelas sloki masuk ke dalam mulut Bima. "Huh, rasain kau Tuan Bima, dulu aku pernah kau perlakukan seperti itu, beruntung ini hanya minuman tak berbahaya.Anjani berpikir bagaimana agar Bima bisa merancau tanpa di dengar orang-orang yang ada di dalam Bar. Sesaat ia berpikir, dan berlari keluar, menghubungi scurity untuk menanyakan Hotel yang ada di dekat club malam ini. Dan ternyata club ini juga menyediakan kamar. Scurity menunjuk sebuah ba
Anjani kaget ternyata Antony sudah berdiri di dekatnya. Anjani salah tingkah dan gugup. "Mmm ... I ... Iya Tuan barusan saya masuk kamar. Tuan Bima mabuk, Saya malas kalau menemani orang mabuk," ucap Anjani polos. Antony mengernyitkan dahinya, niat hati ingin memarahi Anjani, sama saja Anjani tak menghormati pelanggan. Namun Antony menyadari, mungkin Anjani tak suka dengan orang mabuk, dan juga memaklumi kalau Anjani orang kampung yang polos dan tak mengenal hal seperti itu, apalagi perempuan beda sama laki-laki, kalau laki-laki kampung sarangnya pemabuk. "Oo, ya sudah lanjut aktivitasmu. Jam sembilan temui aku, ada hal penting yang ingin aku bicarakan." Anjani kaget, ia yakin Antony pasti hendak membicarakan tentang apa yang di bicarakan Barata mengenai dirinya. Anjani mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Jangan-jangan Antony sebetulnya tau hubungan Barata dengan dirinya. Cuma Barata merahasiakannya, dan apa mungkin laki-laki yang melindunginya dirinya itu adalah Antony.
Anjani pura- pura tak tau apa yang terjadi pada Leona, ia terus mencerca Leona, Leona tak segan- segan menceritakan pribadinya dari ketemu Antony spai terjadi kehamilan pada dirinya. Anjani hanya menyimak dengan sesekali menghela nafasnya. "Kamu yakin Tuan Antony mau menikahi kamu?" Leona menunduk dan menggelengkan kepalanya. "Semula aku yakin kalau tuan Antony bakalan menikahi aku." Leona tak meneruskan kata-katanya. Yang terdengar isakan lembut dari Leona. "Bicaralah mungkin kita bisa memberi jalan keluar!" ungkap Anjani yang diberi anggukan Bella. Leona semakin tak bisa membendung tangisannya, ia mengatakan sangat menyesal telah memperlakukan Anjani kurang baik, ternyata Anjani orang yang sangat peduli pada dirinya. "Maafkan aku sudah berbuat tak baik sama kalian, dan ternyata kalian lebih peduli sama aku." "Lupakan, yang penting masalah kamu bisa tuntas. Sekarang cerita saja padaku apa yang terjadi padamu." ucap Anjani sembari duduk di pinggir ranjang dekat Leona duduk. L
Anjani melangkah memasuki jalan arah kamar Bella yang letaknya agak jauh dari kamar Anjani, kamar Bella berada paling ujung. Namun sesampai Anjani melewati kamar Kena yang pintunya terbuka sedikit, ia mendengar suara seorang laki-laki dan perempuan sedang ngobrol, sepertinya bukan obrolan serius. Anjani melangkah lebih dekat ke arah pintu kamar Leona, dan memperjelas pendengarannya. "Huuh ... Ternyata mereka sudah akur, dasar! Bikin gaduh aja." gerutu Anjani yang mendengar suara tawa kecil Leona dan Antony dari balik pintu. Anjani hendak meneruskan perjalanan ke kamar Bella. Namun langkahnya terhenti lagi saat mendengar namanya dengan samar di sebut Antony. Anjani mendekatkan telinganya ke arah daun pintu, yang terbuka sepuluh senti. Dengan begitu, sangatlah jelas apa yang di obrolan mereka berdua. "Aku kasian terhadap Anjani, Anjani punya masalah besar dengan orang yang punya nama besar di bisnis ini," ungkap Barata. "Siapa orang itu dan masalah apa?" tanya Leona seperti nad
Anjani melongo melihat Leona panik. Ia bingung apa yang hendak dilakukan. "Tuan Antony pasti marah lihat aku ada di sini?" ucap Leona gugup. Anjani baru paham dengan cepat ia membuka kolong tempat tidur yang terbuat dari kayu. "Masuklah di sini!" Tanpa pikir panjang Leona masuk ke dalam kolong tempat tidur, Anjani. Anjani menutupinya dengan seprei yang terpasang menggantung.Masih terdengar suara ketukan pintu kamar dengan memanggil nama Leona serta Anjani. Anjani berlari kecil membuka pintu kamar, berpura- pura seperti orang baru bangun tidur mengucek ke dua matanya dan sesekali mengedipkan matanya seolah masih keadaan mengantuk. "Maaf Tuan, saya tertidur dan ngantuk berat,"Tanpa menjawab pertanyaan Anjani, Antony langsung masuk ke dalam kamar Anjani dengan memanggil Leona. "Aku tau Leona tadi masuk ke kamar ini, waktu aku masih menemui tamu," ucap emosi Antony dengan mata melihat sudut ruang kamar Anjani. Antony melangkah ke arah lemari, dengan cepat ia membuka lemari pa
Anjani lega melihat jeep berwarna hitam terus membuntuti mobil yang ia tumpangi. Anjani melirik sopir yang ada didepannya, ia amati sopir itu dengan teliti. Tapi bagaimana juga ia tak begitu bisa mencermati sopir itu, sebab wajahnya tertutup masker. Klunthing ... Terdengar suara ponsel Anjani berbunyi tanda chat masuk. Anjani dengan cepat membuka tas kecilnya yang sejak tadi ada di dekapannya dan meraih ponsel yang terselip di sela-sela dompetnya. Anjani mematikan loudspeaker nya, agar sang sopir tak mencurigainya. Sebab ia yakin Leona yang mengirim chat itu dan tertulis dengan kata-kata singkat. SAMPAI KETEMU NANTI. Anjani mengamati nomor yang tertera dalam ponselnya, nomor yang asing buat Anjani. "Ini bukan nomor Leona, nomor siapa ini?" Anjani terus mengutak atik ponselnya, siapa tau tertera jejak nama dalam ponsel yang mana Anjani tak menyimpannya. TNamun Anjani tak menemukan siapa yang punya nomor itu. Dengan berbagai pertanyaan hingga dalam otaknya, Anjani hanya bisa mem