"Buka pintunya! Setelah aku masuk, kunci dari luar. Kau tunggu saja perintah dariku dari dalam mobil." Michel memberi perintah pada Jake dan kemudian membawa Diana secara paksa ke dalam sebuah tempat seperti penginapan kecil yang hanya ada 1 kamar di setiap beberapa meter."Baik, Tuan." Jawab Jake seperti biasa."Lepaskan! Lepaskan aku!" Diana memberontak lagi namun tidak membuat Michel sedikitpun goyah.Di dalam kamar tersebut terlihat beberapa borgol dan benda seperti cambuk tersusun rapi di atas meja yang semakin membuat Diana merinding ketakutan."Bunuh saja aku kalau kamu ingin balas dendam terhadapku!" Diana benar-benar akan gila rasanya memikirkan semua yang akan terjadi pada dirinya dan juga Dave serta Doni."Tidak secepat itu, Diana. Kita akan bersenang-senang lebih dulu." Michel melempar Diana kasar ke atas ranjang hingga Diana terpental.Kaki dan tangan Diana masih terikat, jadi Diana tidak bisa bangkit dari posisinya apalagi melawan Michel."Kenapa kamu melakukan ini padak
"Hentikan!" Bentak Jake yang kemudian membuat Doni terdiam takut."Dimana Kakak dan Kak Dave?" tanya Doni berteriak."Jangan banyak tanya. Yang harus kamu tau, mereka masih hidup dan jika kamu masih ingin hidup seperti mereka, makan ini dan tidurlah!" Jake menaruh makanan yang ia bawa ke atas kasur Doni dan berlalu keluar kamar tanpa perduli dengan apa yang Doni katakan."Pasti makanan ini sudah diberi racun, aku tidak akan memakannya. Aku harus cari cara agar bisa keluar dari sini dan mencari Kak Diana dan Kak Dave," gumam Doni menyisir pandangan seraya mencari celah untuk kabur.Doni sangat lapar dan hampir tergoda dengan makanan pemberian Jake. Jika yang mengantarkan makanan itu bukan Jake, pasti Doni sudah memakannya dan setelahnya juga pasti Doni akan tertidur.Doni berjalan mondar-mandir dan memeriksa apa saja hal atau benda yang ia temukan di dalam kamarnya.Di kamar lain.Michel tidak henti-hentinya menyiksa Diana dengan memaksa Diana agar melayaninya. Diana tidak bersedia wal
Dave sedikit terkejut mendengar jawaban petugas dan Dave tidak bisa melakukan apa-apa selain pasrah. Dave sedikit penebak jika pelakunya adalah Michel. Dan benar saja, tebakan Dave benar."Apa rencana Michel? Apa yang Michel lakukan pada Diana dan Doni? Aku tidak akan diam saja jika sesuatu terjadi pada mereka." Dave mengusap kasar wajahnya.Setelah Dave kembali ke hotel, Dave mendapat pesan dari nomor yang telah difilter bahwa Dave harus menjemput Diana ke sebuah tempat pada pukul 5 sore.Dave harus menyusun rencana sampai waktu itu tiba karena bisa saja kalau itu adalah jebakan.Di tempat lain, Diana masih tidak tau kalau Michel akan melepaskannya sore ini. Tadi, Michel hanya masuk dan memaksa agar Diana tetap makan dan minum. Tak lama, Jake membawa Doni masuk ke dalam kamarnya dan mengikatnya bersama Diana.Diana tidak tau apakah dirinya harus senang atau sedih melihat Doni yang ketakutan dengan tubuhnya yang dipenuhi luka. "Kak, apa yang terjadi padamu? Kenapa kakimu seperti ini?
06.00 waktu Jakarta.Michel dan Jake baru saja sampai di Jakarta. Tempat pertama yang harus mereka tuju kali ini adalah kantor Michel. Michel mengingat sebelum pergi tadi, Michel mengancam Diana untuk menyebarluaskan vidio pelecehan Diana jika Diana berani melaporkannya pada polisi walau jika hal itu terjadi, Michel tidak akan bisa masuk penjara."Sampai saat ini, Diana masih belum menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Ckk, Diana harus melahirkan anak untukku." Pikir Michel padahal Michel punya istri sah yang bisa mengandung anaknya tapi bahkan sekali menyentuh Vanessa pun Michel tidak pernah.Beberapa jam kemudian, Dave, Diana dan Doni sampai ke Jakarta. Mia bersama beberapa orang lainnya sudah mempersiapkan acara penyambutan mereka.Dari pesawat Dave menggendong Diana sampai masuk ke dalam mobil. Mereka terlihat pura-pura bahagia saat orang-orang melihat ke arah mereka. Namun ketika mereka sudah masuk ke dalam mobil yang Mia bawa, Dave la
"Kamu pasti sering bolos kan di sekolah makanya jago lari?" Dave berniat bercanda tapi Diana menatap serius ke arah Doni."Eh, enggak, Kak. Aku tidak pernah bolos kok," jawab Doni tergagap takut."Aku hanya bercanda, Diana. Kamu jangan terlalu serius mendengarnya. Lagi pula kita semua tau kalau Doni ini anak baik dan juga pintar. Jadi Doni tidak mungkin bolos sekolah." Setelah makan malam selesai dan obrolan hangat juga sudah dilakukan, Dave menyuruh Doni tidur dan Dave juga mengajak Diana tidur.Diana tidak mau digendong dan meminta Dave untuk menuntunnya saja.Setelah memastikan Diana berbaring, Dave keluar dari kamar dan memeriksa semua keamanan rumahnya. Barulah Dave kembali ke kamar dan tidur bersama dengan Diana.Pagi hari.Dave terbangun saat mendengar suara Diana muntah di kamar mandi."Diana!" Dave segera bangkit dan menyusul Diana yang terlihat lemas dan juga pucat.Dave mengusap lembut punggung Diana dan membantu Diana membersihkan wajahnya."Ada apa?" tanya Dave."Kepalak
Setelah berpikir panjang, Michel memutuskan untuk mengirimi Diana pesan lagi karena pasti Diana akan menolak kedatangannya ataupun telepon darinya."Diana, aku berjanji tidak akan mengganggu kamu jika kamu melahirkan anak itu. Aku tidak akan memaksa kamu menyerahkan anak itu padaku. Kamu wanita baik, pasti kamu tidak akan membunuh anak tidak berdosa itu kan? Aku percaya kamu tidak akan melakukannya. Tapi jika kamu membunuh anak itu, aku pasti akan membunuh kalian semua." Isi pesan Michel.Di tempat lain. Diana sudah lebih tenang dari sebelumnya dan sudah berpikir ulang. Diana memutuskan untuk melahirkan anak itu dan akan menjalani hidup normal bersama dengan Dave.Diana tidak membalas pesan dari Michel karena Diana belum membacanya. Dave memesan banyak barang kehamilan untuk Diana melalui Kania agar lebih aman.Tak lama Mia datang dengan membawa beberapa kotak susu hamil, biskuit khusus ibu hamil, vitamin dan juga buah-buahan untuk Diana.
Saat Diana baru sampai di dapur dan mencium aroma mie instan milik Doni, tiba-tiba saja perut Diana kembali mual dan ingin muntah."Apa yang kamu makan itu, Doni? Bau sekali," ujar Diana berjalan menutup hidung ke arah wastafel sedang Doni yang bingung hanya diam saja.Karena penciuman Diana sedang sensitif, Diana jadi tidak bisa memasak atau makan apapun yang menurut Diana berbau menyengat."Kamu duduk saja di sini. Kamu sarapan roti dan buah ya?" Dave menawarkan Diana sarapan dan Diana mangangguk sebagai jawaban karena setelah muntah Diana memang merasa sangat lapar.Diana berharap kali ini dirinya tidak memuntahkan kembali makanannya agar tidak membuat Dave repot."Terima kasih, Dave." Diana menerima piring berisi roti dan juga buah yang telah dipotong dari Dave dan menaruhnya ke atas meja makan."Sama-sama, Sayang." Dave tersenyum tulus di tengah rasa bingungnya karena sampai kini lidah Dave tidak bisa merasakan rasa manis."Ah, Sayang. Kamu di sini dulu ya, aku mau ke kamar seben
Di dalam mobil Dave. Dave menangis tersedu-sedu. Dave melihat foto Diana dan Doni dari ponselnya lalu melihat selembar kertas hasil pemeriksaannya dari rumah sakit.'Kanker otak stadium akhir', isi tulisan di lembar kertas laporan kesehatan Dave. Bukan harapan Dave seperti itu. Penyakit berbahaya itu tumbuh, bersarang dan menyebar di saraf otak Dave.Kata dokter, Dave tidak punya harapan untuk bisa sembuh dan hanya bisa menghabiskan waktu-waktu terakhirnya seorang diri karena Dave tidak ingin membuat Diana bersedih. Padahal nyatanya Diana jauh lebih sedih saat Dave ingin pergi meninggalkan Diana tanpa alasan yang jelas.Dave pergi menuju kantornya untuk mengurus semua berkas agar Dave bisa segera pergi ke salah satu rumah sakit di Singapura atas rujukan rumah sakit.Di apartemen Dave."Kenapa kamu melakukan ini padaku? Apa salahku? Kenapa di saat aku mulai membuka hatiku untukmu, kamu malah pergi? Kamu jahat sekali, Dave." Diana menangis tersedu-sedu di atas ranjangnya seraya bergumam