"Hentikan!" Bentak Jake yang kemudian membuat Doni terdiam takut."Dimana Kakak dan Kak Dave?" tanya Doni berteriak."Jangan banyak tanya. Yang harus kamu tau, mereka masih hidup dan jika kamu masih ingin hidup seperti mereka, makan ini dan tidurlah!" Jake menaruh makanan yang ia bawa ke atas kasur Doni dan berlalu keluar kamar tanpa perduli dengan apa yang Doni katakan."Pasti makanan ini sudah diberi racun, aku tidak akan memakannya. Aku harus cari cara agar bisa keluar dari sini dan mencari Kak Diana dan Kak Dave," gumam Doni menyisir pandangan seraya mencari celah untuk kabur.Doni sangat lapar dan hampir tergoda dengan makanan pemberian Jake. Jika yang mengantarkan makanan itu bukan Jake, pasti Doni sudah memakannya dan setelahnya juga pasti Doni akan tertidur.Doni berjalan mondar-mandir dan memeriksa apa saja hal atau benda yang ia temukan di dalam kamarnya.Di kamar lain.Michel tidak henti-hentinya menyiksa Diana dengan memaksa Diana agar melayaninya. Diana tidak bersedia wal
Dave sedikit terkejut mendengar jawaban petugas dan Dave tidak bisa melakukan apa-apa selain pasrah. Dave sedikit penebak jika pelakunya adalah Michel. Dan benar saja, tebakan Dave benar."Apa rencana Michel? Apa yang Michel lakukan pada Diana dan Doni? Aku tidak akan diam saja jika sesuatu terjadi pada mereka." Dave mengusap kasar wajahnya.Setelah Dave kembali ke hotel, Dave mendapat pesan dari nomor yang telah difilter bahwa Dave harus menjemput Diana ke sebuah tempat pada pukul 5 sore.Dave harus menyusun rencana sampai waktu itu tiba karena bisa saja kalau itu adalah jebakan.Di tempat lain, Diana masih tidak tau kalau Michel akan melepaskannya sore ini. Tadi, Michel hanya masuk dan memaksa agar Diana tetap makan dan minum. Tak lama, Jake membawa Doni masuk ke dalam kamarnya dan mengikatnya bersama Diana.Diana tidak tau apakah dirinya harus senang atau sedih melihat Doni yang ketakutan dengan tubuhnya yang dipenuhi luka. "Kak, apa yang terjadi padamu? Kenapa kakimu seperti ini?
06.00 waktu Jakarta.Michel dan Jake baru saja sampai di Jakarta. Tempat pertama yang harus mereka tuju kali ini adalah kantor Michel. Michel mengingat sebelum pergi tadi, Michel mengancam Diana untuk menyebarluaskan vidio pelecehan Diana jika Diana berani melaporkannya pada polisi walau jika hal itu terjadi, Michel tidak akan bisa masuk penjara."Sampai saat ini, Diana masih belum menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Ckk, Diana harus melahirkan anak untukku." Pikir Michel padahal Michel punya istri sah yang bisa mengandung anaknya tapi bahkan sekali menyentuh Vanessa pun Michel tidak pernah.Beberapa jam kemudian, Dave, Diana dan Doni sampai ke Jakarta. Mia bersama beberapa orang lainnya sudah mempersiapkan acara penyambutan mereka.Dari pesawat Dave menggendong Diana sampai masuk ke dalam mobil. Mereka terlihat pura-pura bahagia saat orang-orang melihat ke arah mereka. Namun ketika mereka sudah masuk ke dalam mobil yang Mia bawa, Dave la
"Kamu pasti sering bolos kan di sekolah makanya jago lari?" Dave berniat bercanda tapi Diana menatap serius ke arah Doni."Eh, enggak, Kak. Aku tidak pernah bolos kok," jawab Doni tergagap takut."Aku hanya bercanda, Diana. Kamu jangan terlalu serius mendengarnya. Lagi pula kita semua tau kalau Doni ini anak baik dan juga pintar. Jadi Doni tidak mungkin bolos sekolah." Setelah makan malam selesai dan obrolan hangat juga sudah dilakukan, Dave menyuruh Doni tidur dan Dave juga mengajak Diana tidur.Diana tidak mau digendong dan meminta Dave untuk menuntunnya saja.Setelah memastikan Diana berbaring, Dave keluar dari kamar dan memeriksa semua keamanan rumahnya. Barulah Dave kembali ke kamar dan tidur bersama dengan Diana.Pagi hari.Dave terbangun saat mendengar suara Diana muntah di kamar mandi."Diana!" Dave segera bangkit dan menyusul Diana yang terlihat lemas dan juga pucat.Dave mengusap lembut punggung Diana dan membantu Diana membersihkan wajahnya."Ada apa?" tanya Dave."Kepalak
Setelah berpikir panjang, Michel memutuskan untuk mengirimi Diana pesan lagi karena pasti Diana akan menolak kedatangannya ataupun telepon darinya."Diana, aku berjanji tidak akan mengganggu kamu jika kamu melahirkan anak itu. Aku tidak akan memaksa kamu menyerahkan anak itu padaku. Kamu wanita baik, pasti kamu tidak akan membunuh anak tidak berdosa itu kan? Aku percaya kamu tidak akan melakukannya. Tapi jika kamu membunuh anak itu, aku pasti akan membunuh kalian semua." Isi pesan Michel.Di tempat lain. Diana sudah lebih tenang dari sebelumnya dan sudah berpikir ulang. Diana memutuskan untuk melahirkan anak itu dan akan menjalani hidup normal bersama dengan Dave.Diana tidak membalas pesan dari Michel karena Diana belum membacanya. Dave memesan banyak barang kehamilan untuk Diana melalui Kania agar lebih aman.Tak lama Mia datang dengan membawa beberapa kotak susu hamil, biskuit khusus ibu hamil, vitamin dan juga buah-buahan untuk Diana.
Saat Diana baru sampai di dapur dan mencium aroma mie instan milik Doni, tiba-tiba saja perut Diana kembali mual dan ingin muntah."Apa yang kamu makan itu, Doni? Bau sekali," ujar Diana berjalan menutup hidung ke arah wastafel sedang Doni yang bingung hanya diam saja.Karena penciuman Diana sedang sensitif, Diana jadi tidak bisa memasak atau makan apapun yang menurut Diana berbau menyengat."Kamu duduk saja di sini. Kamu sarapan roti dan buah ya?" Dave menawarkan Diana sarapan dan Diana mangangguk sebagai jawaban karena setelah muntah Diana memang merasa sangat lapar.Diana berharap kali ini dirinya tidak memuntahkan kembali makanannya agar tidak membuat Dave repot."Terima kasih, Dave." Diana menerima piring berisi roti dan juga buah yang telah dipotong dari Dave dan menaruhnya ke atas meja makan."Sama-sama, Sayang." Dave tersenyum tulus di tengah rasa bingungnya karena sampai kini lidah Dave tidak bisa merasakan rasa manis."Ah, Sayang. Kamu di sini dulu ya, aku mau ke kamar seben
Di dalam mobil Dave. Dave menangis tersedu-sedu. Dave melihat foto Diana dan Doni dari ponselnya lalu melihat selembar kertas hasil pemeriksaannya dari rumah sakit.'Kanker otak stadium akhir', isi tulisan di lembar kertas laporan kesehatan Dave. Bukan harapan Dave seperti itu. Penyakit berbahaya itu tumbuh, bersarang dan menyebar di saraf otak Dave.Kata dokter, Dave tidak punya harapan untuk bisa sembuh dan hanya bisa menghabiskan waktu-waktu terakhirnya seorang diri karena Dave tidak ingin membuat Diana bersedih. Padahal nyatanya Diana jauh lebih sedih saat Dave ingin pergi meninggalkan Diana tanpa alasan yang jelas.Dave pergi menuju kantornya untuk mengurus semua berkas agar Dave bisa segera pergi ke salah satu rumah sakit di Singapura atas rujukan rumah sakit.Di apartemen Dave."Kenapa kamu melakukan ini padaku? Apa salahku? Kenapa di saat aku mulai membuka hatiku untukmu, kamu malah pergi? Kamu jahat sekali, Dave." Diana menangis tersedu-sedu di atas ranjangnya seraya bergumam
Satu hari setelah Dave pergi, Diana menolak untuk makan dan minum. Diana hanya menangis dan bergumam. Diana juga berusaha menelpon Dave dan mengirimi Dave pesan, tapi Diana tidak sekalipun mendapat jawaban."Doni, kenapa Dave pergi? Aku salah apa? Mengapa dia meninggalkan kita?" Diana bertanya pada Doni di tengah isakannya.Tak lama, seseorang memencet bel apartemen Dave dan Doni segera berlari untuk memeriksa siapa yang datang. Doni harus lebih siaga untuk melindungi Diana mulai sekarang."Siapa di sana?" tanya Doni dari depan pintu."Saya, sekretaris Pak Dave." Seorang pria menjawab Doni.Doni membuka pintu masuk apartemen saat pria itu menyebutkan nama Dave. "Silakan masuk," ujar Doni mempersilakan."Terima kasih," jawab pria yang mengaku sebagai sekretaris Dave itu.Di ruang tamu."Ada apa, Pak? Kak Dave tidak ada di rumah," ujar Doni pada pria tersebut."Saya tau, nama kamu Doni kan? Saya
"Mama akan coba wujudkan." ucap Diana setelah beberapa saat menimang jawaban yang paling benar. Sementara itu, Michel masuk ke dalam kamar dengan membawa banyak makanan. Terutama makanan-makanan yang Nathan, Oesama, dan Talia sukai. Tak lupa juga makanan kesukaan Diana. "Papa pulang." ucapnya. "Papa habis darimana?" tanya Oesama. "Papa habis dari pengadilan, papa habis menghadiri sidang. Kenapa, Oesama?" tanya Michel. "Gapapa sih, Pa, Oesama cuma nanya, soalnya tumben papa selarut ini baru kembali." ucap Oesama. Oesama, Nathan, Talia, Diana, dan Michel kembali mengobrol, hingga hari semakin larut malam. Kemudian saat Oesama tertangkap menguap beberapa kali, Diana menyuruh mereka kembali ke kamar masing-masing untuk segera beristirahat. Sementara itu, Diana memegang tangan Michel. Diana akan mengutarakan kembali keinginan Nathan pada suaminya itu, Michel. Sekaligus, Diana ingin melihat, apakah Michel mendukung keputusannya atau tidak. "Kenapa, Diana?" tanya Michel. "Sini, aku
Michel akan menghadiri persidangan untuk menjebloskan pelaku kejahatan kecelakaan yang direncanakan itu. Michel sudah bersiap dengan kemeja hitam polos yang ia kenakan. Michel pun tak mengajak Diana, sebab Diana masih harus banyak beristirahat. Michel pun berpamitan dan pergi menuju persidangan dengan menggunakan mobil. Diana pun melepas kepergian Michel begitu saja. Meskipun sih, Diana ingin tahu apa yang Michel lakukan di sana, siapa pelakunya, dan akhir dari persidangan. Namun, dengan kondisi yang tak memungkinkan, Diana pun tak mungkin memaksa. Namun, karena Diana pun tak ingin bosan, Diana meminta Nathan, Talia, dan Oesama pulang, karena kebetulan ini hari jumat, dsn sudah jam pulang sekolah, jadi sudah pasti diperbolehkan dari pihak asrama. "Oh iya, nanti kamu pulang jam berapa kira-kira Michel?" tanya Diana. "Seselesainya, mungkin sih malem ya, kenapa?" tanya Michel. "Kan nanti ada Nathan, Talia, dan Oesama, tolong kamu beliin makanan-makanan kesukaan mereka ya, biar merek
"Foto-foto apa ini?" Tanya Michel melihat sebuah lembaran foto.Sebab, apa yang Michel lihat sekarang adalah foto Andrian dan Talia yang sedang berpeluk mesra. Michel sangat ingin marah melihat hal ini, tetapi Michel tak bisa berbuat apapun lagi. Namun, Michel pun sudah mengetahui kebenaran mengenai anaknya itu. Michel tak ingin mengungkit-ungkit lagi yang malah membuat keluarganya berantakan. Michel menghembuskan napas sebanyak-banyaknya. Ia harus mengatur emosi dengan benar. Michel tak ingin emosi yang ia keluarkan malah membuat dirinya ceroboh. Michel harus pintar-pintar, ia tak boleh mengulangi kesalahan yang sama dalam kurun waktu yang berdekatan, bahkan berjauhan saja tak boleh.Muka Michel terlihat semakin kusut, terlebih dengan masalah-masalah yang dihadapinya akhir-akhir ini. Michel tak ingin, tapi ia harus melakukan. Michel tak mau, tapi ia harus mau. Michel pun kembali terngiang-ngiang dengan ucapan Aldo yang menyatakan ia tak memiliki hubungan apa-apa dengan Diana. Namu
"Kamu bisa bantu aku, kan?" tanya Michel lagi. "Bisa kok bisa. Kamu mau minta bantuan apalagi, Michel?" tanya Ferdi. Ya, setelah Michel pergi dari rumah sakit, Michel menuju kediaman Ferdi. Michel merasa membutuhkan Ferdi kembali untuk masalahnya kali ini. Karena diapun sedang banyak yang dipikirkan. "Mau minta tolong selidiki mengenai istriku, kamu bisa untuk selidiki ga? Atau kamu punya kenalan ga?" tanya Michel."Aku ada kenalan sih, nanti aku kontak ya. Kamu butuh apa?" tanya Ferdi. "Paling rekaman CCTV di kantor Diana aja, soalnya aku curiga mereka selingkuh, dan aku butuh pembuktian yang menjelaskan mereka ga selingkuh. Gimana, kamu bisa kan?" tanya Michel. "Bisa, kok. Nanti, ya. Aku susun jadi satu file dulu." ujar Ferdi. "Kamu bisa kirim kapan?" tanya Michel. "Sore ini, atau mungkin besok pagi." ujar Ferdi. Michel mengangguk-angguk mengerti, saat di waktu yang bersamaan ponselnya berdering. Michel pun izin mengangkat telepon tersebut. Dan ternyata telepon itu berasal da
Setelah suster tersebut pergi, wajah Michel tampak lebih ceria daripada sebelumnya. Michel tampak berbinar seri. Sementara Aldo murung. "Bahkan suster saja membelaku, harusnya kamu tahu mana yang salah mana yang benar. Selingkuhan aja kok belagu." ucap Michel. "Selingkuhan? Coba kamu ngomong sekali lagi? Berani nggak kamu?" tanya Aldo balik. "Berani. Aldo, si pebinor. Suka kok sama istri orang, ga laku ya?" tuding Michel menyebalkan. "Mohon maaf Pak, tapi saya masuk perusahaan saja, semuanya langsung menatap saya kagum. Bahkan para perempuan rela mengantre berjam-jam hanya demi ketemu saya. Bapak nggak tahu ya? Atau nggak pernah ngerasain?" ucap Aldo balik yang malah membuat Michel kesal. "Oh, gitu ya. Tapi kamu nggak mau sama mereka, pasti cabe-cabean ya?" ujar Michel lagi. "Iya lah, makanya aku gamau." sementara Michel hanya tertawa terbahak-bahak. "Maksudnya, nggak ada yang lebih baik daripada cabe-cabean untuk menyukaimu? Kok murahan banget sih." ucap Michel tergelak. "Bos
"Apa? Jadi anak saya melakukan hal seperti itu?" tanya salah seorang orang tua. "Iya, Pak, benar. Maka dari itu, kami pihak sekolah memilih untuk memulangkan siswa ini untuk introspeksi diri di rumah. Meskipun resikonya adalah jadi tertinggal pelajaran." ucap Bu Linda. Setelahnya mereka pun membawa anak mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Dan Ibu Linda selaku Ibu Asrama ini merasa sangat bersyukur, karena Nathan dan Oesama benar-benar menyelesaikan masalahnya. Bukan hanya janji atau perkataan manis yang tak membuahkan hasil, tapi ternyata ada wujud nyata dari mereka, hal ini menambahkan penilaian Ibu Linda terhadap mereka. Selain baik hati, ternyata mereka juga tanggung jawab. "Terima kasih ya, Nathan, Oesama. Berkat kalian, ibu sudah tidak sepusing sebelumnya. Semoga kalian bisa bertanggung jawab atas diri kalian juga." ucap Ibu Linda. "Iya, Bu. Tapi inipun bukan sepenuhnya kita berdua, kita dibantu Talia untuk mencari buk
"Duh, jadi kalian maunya gimana?" tanya Talia. "Pengennya ya semua masalah kami selesai." ucap Nathan dan Oesama berbarengan. Jawaban yang sangat lucu, memangnya siapa, sih, yang ingin memiliki masalah. Aduh, ada-ada saja. Talia menarik napas sepanjang mungkin, untuk hari ini, dia sepertinya harus lebih sabar menghadapi kedua kakak adik tersebut. Sebab mereka terlihat sangat menyebalkan hari ini. Talia mencoba diam sejenak, dia mencoba merangkai semua cerita dan pecahan kejadian menjadi satu. Talia sejujurnya tak paham, sih. Tapi dilihat-lihat, dari semua yang terjadi, hal itu masih tersangkut paut satu sama lainnya, aduh, ya iyalah, kan masih satu permasalahan. "Tebakan aku sih, benar bahwa cowok di sebelah kamar asrama kalian. Tapi rasanya untuk menaruh itu saja, Talia rasa motifnya tak semudah itu. Mungkin dia ada dendam, apakah kalian ada melakukan sesuatu padanya dalam jangka waktu satu minggu terakhir?" tanya Talia. "Kami rasanya sih enggak. Kami nggak berbuat apa-apa. Itup
"Oh, pelakunya anak kamar sebelah." ucap Nathan berdecak. "Bukannya kamar sebelah kita itu cowok ya kak?" tanya Oesama mengingatkan kakaknya. "Iya, cowok, kenapa emangnya?" Awalnya Nathan tidak menyadarinya. "Oh, hah? Cowok?" tanya Nathan lagi setelah beberapa saat."Iya, kak, cowok, kakak ga curiga?" tanya Oesama. "Curiga sih. Masa dia yang pakai baju dalaman itu?" tanya Nathan kembali. "Bisa jadi itu punya cewek, tapi dia ga mau disalahkan?" tanya Nathan lagi, dia membuat spekulasi baru. "Tapi kak, bisa aja kalau itu dia emang punya hobi koleksi dalaman, gimana tuh, kak?" tanya Oesama menyanggah spekulasi Nathan."Bisa aja, tapi itu kecil kemungkinannya kecil, sih. Kamu nggak berpikir kalau orang di sebelah kita malah punya cewek?""Bisa aja iya." ucap Oesama. "Tapi ceweknya siapa?" tanya Nathan. Rasanya cowok di sebelah kamar asramanya, tak pernah membawa cewek ataupun seseorang yang terlihat dekat dengannya. "Ya nggak ada yang tau. Kamar di sebelah kita kan sering kosong,
Setelah mengetahui bahwa kondisi Diana saat ini dinyatakan koma, Talia, Nathan, dan Oesama pun kembali masuk sekolah, karena mereka sudah tertinggal banyak pelajaran, dan sebentar lagi akan melaksanakan ujian tengah semester. Meskipun Talia ingin sekali menemani Diana, berbagai pertimbangan dan izin dari Michel juga pihak sekolah, tidaklah Talia dapatkan. Maka dari itu, Talia mencoba untuk mengerti dan mengalah. Kemarin malam, Michel sudah mengantarkan Talia, Nathan, dan Oesama untuk kembali ke sekolah. Mereka pun sudah melakukan aktivitas seperti biasanya, hanya saja, Michel memilih mengambil cuti beberapa hari. Michel ingin menyelidiki terkait kecelakaan yang menimpa istrinya, dan Aldo, atau tepatnya, selingkuhan Diana? Michel pun meminta bantuan dari teman lamanya, Ferdi untuk menyabotase CCTV di area tersebut. Karena jika menunggu pihak supermarket terdekat untuk memberikannya, itu akan memakan waktu yang lebih lama lagi. Michel tau ini ilegal, tapi Michel pun tak tau, jika buka