Jake juga terkejut mendengar penjelasan dari perawat tersebut. Rasanya ini semua tidak mungkin, tapi semua berkas ini benar-benar milik Diana. Dan pihak rumah sakit tidak mungkin berbohong dan memalsukan surat-surat seperti ini."Dimana dia sekarang?" tanya Michel di tengah tangisannya pada perawat yang baru akan pergi."Ke rumah adiknya, Pak. Nama adiknya bu Diana adalah Doni. Kami rasa anda tau dimana rumah keluarga bu Diana kan?""Ya, kami tau." Jake menjawab dan menahan tubuh Michel agar tidak jatuh dan benar saja, tak lama, Michel ambruk terjatuh di atas lantai setelah melihat anaknya.Jake berteriak memanggil Tatang dan Nyonya Kelly. Nyonya Kelly dan Tatang segera berlari ke sumber suara. Ambulance yang mengantarkan bayi Diana dan Michel tadi sudah pergi."Ada apa?" Nyonya Kelly panik melihat anaknya sudah jatuh tak sadarkan diri di atas lantai."Nyonya, tolong bawa bayi itu ke dalam. Bayi itu milik Tuan dan Nona Diana. Tatang, bantu aku bawa Tuan ke dalam." Pinta Jake yang lang
Di mansion Niko dan Clara.Setelah mobil yang dikendarai Niko sampai, 5 menit kemudian mobil Michel masuk menyusul mereka. "Apa yang kalian lakukan? Kalian mengikuti kami?" Doni berpura-pura kaget dan marah pada Michel."Kenapa kami tidak boleh? Kami ingin bertanya tentang Diana. Kalian tidak bersedia? Atau ada yang kalian rahasiakan dariku soal Diana?" Michel menyidik."Heh? Silakan saja. Lagi pula bagus juga, Kak Diana tidak perlu merasa tertekan oleh anda, Tuan Michel." Doni berlalu masuk ke dalam mansion lebih dulu diikuti oleh Niko dan Clara.Michel dan Jake ingin ikut masuk ke dalam mansion namun tiba-tiba saja ponsel Michel berdering dan mengganggu aktifitas Michel. Kali ini panggilan berasal dari rumah sakit tempat Vanessa dirawat yang mana panggilan itu tidak bisa Michel tolak."Halo, Pak. Dengan Bapak Michel? Ini dari rumah sakit Suaka Insan tempat Ibu Vanessa dirawat, kami ingin memberitahukan bahwa Ibu Vanessa baru saja sadar dari koma. Harap bapak dapat segera hadir. Te
Setelah memutuskan untuk tinggal di Singapura dan Diana mengubah penuh identitasnya menjadi Hana, penampilan dan sikap Diana juga berubah. Diana bukan lagi gadis manis yang lemah."3 tahun lagi kita akan kembali ke Jakarta, Talia. Kita akan bertemu dengan Om kamu," ujar Diana pada bayinya yang sedang menyusu."Kita harus menunggu sampai Om Doni benar-benar kuat untuk menjaga kita, Sayang." Sambung Diana lagi.Saat Diana baru saja meletakkan baby Talia ke atas kasur, ponsel Diana berdering menandakan ada telepon masuk. "Halo, Kak. Bagaimana kabarmu dengan ponakanku?" tanya Doni yang ternyata menelpon Diana dengan panggilan vidio karena Doni rindu dengan Diana dan juga Talia."Talia baru tidur dan kakak juga ingin tidur tapi kamu malah menelpon. Ada apa?" Diana mengarahkan ponselnya ke wajah Talia agar Doni bisa melihat Talia dengan lebih jelas."Wah, coba lihat itu. Kenapa kamu mewarnai rambutmu dengan warna norak seperti itu wahai Nona Hana? Apakah tidak ada warna lain selain warna b
Aldo membalas menjabat tangan Diana, "Saya baik, Nyonya. Lama tidak bertemu dan sekarang anda makin cantik aja." Plakk!"Jangan rayu model saya, Pak Aldo." Doni bercanda dengan pura-pura memarahi dan memukul Aldo yang hanya bisa tertawa."Uda, yuk kita berangkat. Kami capek dan laper." Diana mengajak Doni dan Aldo agar segera membawa mereka pergi.Di dalam mobil.Doni dan Talia duduk di kursi penumpang sedang Diana memilih duduk di samping Aldo yang berada di kursi kemudi seraya mengajak Aldo mengobrol. Di kursi belakang terlihat Talia sedang bermain dengan Doni yang sudah beberapa saat ini mencubit gemas pipi Talia hingga membuat Talia marah."Bagaimana hidupmu selama 2 tahun ini, Don? Enak kan tidak ada yang ngomel?" Diana menyindir Doni."Tentu, hidupku cukup tenang, Kak. Tidak ada orang yang menggangguku dan mengomel padaku," balas Doni menatap sekilas ke arah Natalia yang menoleh ke arahnya."Talia, siapa nama ibumu?" Doni bertanya pada Talia dengan maksud bermain-main."Ibuku?
Selesai makan siang bersama, Diana, Doni, Aldo dan Talia pergi ke sebuah hotel untuk Diana dan Talia tinggali sementara. Diana dan Doni terpaksa melakukan ini agar mereka terlihat profesional.Setelahnya, Doni mengajak Diana dan Talia ke perusahaan dan agensi yang ia pegang untuk melihat perkembangan kerja Doni. Begitu masuk ke perusahaan, semua pegawai Doni melihat ke arah Diana dan Talia dengan tatapan terpesona.Di sisi lain, Jake sedang menyelidiki identitas Diana namun Jake hanya menemukan bahwa Diana adalah Hana dengan identitas barunya.Seperti biasa, Jake akan melaporkan hasil penelusurannya pada Michel. "Tuan, saya sudah mendapat informasi tentang wanita yang ada di dalam foto yang Tuan kirim. Nama wanita itu adalah, Hana Christina dan anaknya bernama Talia. Mereka warga Singapura, Tuan. Tapi saya belum tau nama suami dari wanita itu karena identitas suami wanita tersebut dirahasiakan dari publik." Jake melapor melalui sambungan telepon."Selidiki apa sebelumnya mereka meman
"Mereka model baru kita," jawab singkat Aldo seraya tetap memandang lurus sedang Mia yang kesal hanya bisa menghela nafas kesal dan melengos.Sesampainya di lokasi pemotretan, Mia keluar dari mobil lebih dulu sedang Aldo membuka pintu penumpang dan membangunkan Diana."Mrs. Hana, kita sudah sampai." Diana membuka matanya dan menoleh ke arah Talia untuk membangunkan Talia."Talia, bangun, Nak. Kita sudah sampai. Kita harus bekerja, semangat." Diana mencium kepala Talia dan Talia segera membuka matanya dan menatap bingung Diana."Uda sampai, Mommy?" Talia melihat ke arah luar mobil melalui pintu yang terbuka."Iya, yuk." Diana menggendong Talia turun dari mobil dengan cukup hati-hati agar kepala Talia tidak terbentur atap mobil.Mia, Diana dan Talia berada di dalam ruang ganti bersama dengan staf lain yang bertugas mendandani mereka dan memilihkan mereka pakaian. Mia keluar lebih dulu karena Mia mendapat jadwal pemotretan pertama. Tersisa Diana dan Talia saja di dalam ruangan bersama 1
Dengan langkah lunglai Diana mencoba masuk ke toilet yang ditunjukkan oleh pelayan hotel. Namun, saat Diana baru saja hendak masuk ke dalam toilet, Michel segera menarik tangan Diana dan membawa Diana ke sebuah kamar hotel sedang Diana yang kesadarannya mulai menghilang tidak bisa melakukan apapun selain pasrah."Siapa kamu?" tanya Diana lirih seraya menunjuk ke arah Michel dengan pandangan mengabur yang sedang membaringkan Diana ke atas ranjang."Jawab aku dengan jujur, oke? Aku akan melepaskanmu kalau kamu bicara dengan jujur," ujar Michel membenarkan posisi Diana dengan memberi 2 lapisan bantal di belakang kepalanya sebagai penyangga. "Pusing," lirih Diana mencoba bangkit namun gagal karena kepala Diana terasa sangat berat dan pusing."Katakan kamu adalah Diana," ujar Michel menatap serius Diana dan menunggu Diana memberi jawaban karena Diana yakin dalam keadaan mabuk seperti ini pasti Diana akan bicara jujur."Tidak, Diana sudah mati. Aku adalah Hana. Siapa kamu? Huh?" Diana menu
Dengan semua dugaan, Michel masih berusaha menemukan anaknya yang asli. Entah kenapa Michel merasa Talia yang mirip dengan Diana dan mengira jika Hana adalah Diana.Tapi dengan identitas berbeda, Michel tidak bisa memaksa Diana mengaku tanpa bukti."Aku sangat yakin dengan dugaanku ini dan jika apa yang pikir ini benar, aku tidak akan melepaskanmu, Diana." Pikir Michel bimbang.Michel yang sangat penasaran memutuskan untuk membuka laptopnya dan mencoba menembus sistem keamanan data pemerintah Singapura.Di sisi lain. Diana mendapat telepon dari petugas pemerintahan Singapura bahwa data negara bocor dan data Diana dicuri.Diana tau siapa pelakunya walau petugas pemerintah tidak tau siapa pelakunya. Dengan cepat, Diana menelpon Doni untuk segera memesan tiket keberangkatannya ke Singapura."Halo, Doni. Ada yang tidak beres. Tolong kamu cepat pesan tiket untuk kakak dan Talia ke Singapura. Ambil penerbangan yang paling cepat." Pinta Diana pada Doni yang kemudian langsung menutup teleponn
"Mama akan coba wujudkan." ucap Diana setelah beberapa saat menimang jawaban yang paling benar. Sementara itu, Michel masuk ke dalam kamar dengan membawa banyak makanan. Terutama makanan-makanan yang Nathan, Oesama, dan Talia sukai. Tak lupa juga makanan kesukaan Diana. "Papa pulang." ucapnya. "Papa habis darimana?" tanya Oesama. "Papa habis dari pengadilan, papa habis menghadiri sidang. Kenapa, Oesama?" tanya Michel. "Gapapa sih, Pa, Oesama cuma nanya, soalnya tumben papa selarut ini baru kembali." ucap Oesama. Oesama, Nathan, Talia, Diana, dan Michel kembali mengobrol, hingga hari semakin larut malam. Kemudian saat Oesama tertangkap menguap beberapa kali, Diana menyuruh mereka kembali ke kamar masing-masing untuk segera beristirahat. Sementara itu, Diana memegang tangan Michel. Diana akan mengutarakan kembali keinginan Nathan pada suaminya itu, Michel. Sekaligus, Diana ingin melihat, apakah Michel mendukung keputusannya atau tidak. "Kenapa, Diana?" tanya Michel. "Sini, aku
Michel akan menghadiri persidangan untuk menjebloskan pelaku kejahatan kecelakaan yang direncanakan itu. Michel sudah bersiap dengan kemeja hitam polos yang ia kenakan. Michel pun tak mengajak Diana, sebab Diana masih harus banyak beristirahat. Michel pun berpamitan dan pergi menuju persidangan dengan menggunakan mobil. Diana pun melepas kepergian Michel begitu saja. Meskipun sih, Diana ingin tahu apa yang Michel lakukan di sana, siapa pelakunya, dan akhir dari persidangan. Namun, dengan kondisi yang tak memungkinkan, Diana pun tak mungkin memaksa. Namun, karena Diana pun tak ingin bosan, Diana meminta Nathan, Talia, dan Oesama pulang, karena kebetulan ini hari jumat, dsn sudah jam pulang sekolah, jadi sudah pasti diperbolehkan dari pihak asrama. "Oh iya, nanti kamu pulang jam berapa kira-kira Michel?" tanya Diana. "Seselesainya, mungkin sih malem ya, kenapa?" tanya Michel. "Kan nanti ada Nathan, Talia, dan Oesama, tolong kamu beliin makanan-makanan kesukaan mereka ya, biar merek
"Foto-foto apa ini?" Tanya Michel melihat sebuah lembaran foto.Sebab, apa yang Michel lihat sekarang adalah foto Andrian dan Talia yang sedang berpeluk mesra. Michel sangat ingin marah melihat hal ini, tetapi Michel tak bisa berbuat apapun lagi. Namun, Michel pun sudah mengetahui kebenaran mengenai anaknya itu. Michel tak ingin mengungkit-ungkit lagi yang malah membuat keluarganya berantakan. Michel menghembuskan napas sebanyak-banyaknya. Ia harus mengatur emosi dengan benar. Michel tak ingin emosi yang ia keluarkan malah membuat dirinya ceroboh. Michel harus pintar-pintar, ia tak boleh mengulangi kesalahan yang sama dalam kurun waktu yang berdekatan, bahkan berjauhan saja tak boleh.Muka Michel terlihat semakin kusut, terlebih dengan masalah-masalah yang dihadapinya akhir-akhir ini. Michel tak ingin, tapi ia harus melakukan. Michel tak mau, tapi ia harus mau. Michel pun kembali terngiang-ngiang dengan ucapan Aldo yang menyatakan ia tak memiliki hubungan apa-apa dengan Diana. Namu
"Kamu bisa bantu aku, kan?" tanya Michel lagi. "Bisa kok bisa. Kamu mau minta bantuan apalagi, Michel?" tanya Ferdi. Ya, setelah Michel pergi dari rumah sakit, Michel menuju kediaman Ferdi. Michel merasa membutuhkan Ferdi kembali untuk masalahnya kali ini. Karena diapun sedang banyak yang dipikirkan. "Mau minta tolong selidiki mengenai istriku, kamu bisa untuk selidiki ga? Atau kamu punya kenalan ga?" tanya Michel."Aku ada kenalan sih, nanti aku kontak ya. Kamu butuh apa?" tanya Ferdi. "Paling rekaman CCTV di kantor Diana aja, soalnya aku curiga mereka selingkuh, dan aku butuh pembuktian yang menjelaskan mereka ga selingkuh. Gimana, kamu bisa kan?" tanya Michel. "Bisa, kok. Nanti, ya. Aku susun jadi satu file dulu." ujar Ferdi. "Kamu bisa kirim kapan?" tanya Michel. "Sore ini, atau mungkin besok pagi." ujar Ferdi. Michel mengangguk-angguk mengerti, saat di waktu yang bersamaan ponselnya berdering. Michel pun izin mengangkat telepon tersebut. Dan ternyata telepon itu berasal da
Setelah suster tersebut pergi, wajah Michel tampak lebih ceria daripada sebelumnya. Michel tampak berbinar seri. Sementara Aldo murung. "Bahkan suster saja membelaku, harusnya kamu tahu mana yang salah mana yang benar. Selingkuhan aja kok belagu." ucap Michel. "Selingkuhan? Coba kamu ngomong sekali lagi? Berani nggak kamu?" tanya Aldo balik. "Berani. Aldo, si pebinor. Suka kok sama istri orang, ga laku ya?" tuding Michel menyebalkan. "Mohon maaf Pak, tapi saya masuk perusahaan saja, semuanya langsung menatap saya kagum. Bahkan para perempuan rela mengantre berjam-jam hanya demi ketemu saya. Bapak nggak tahu ya? Atau nggak pernah ngerasain?" ucap Aldo balik yang malah membuat Michel kesal. "Oh, gitu ya. Tapi kamu nggak mau sama mereka, pasti cabe-cabean ya?" ujar Michel lagi. "Iya lah, makanya aku gamau." sementara Michel hanya tertawa terbahak-bahak. "Maksudnya, nggak ada yang lebih baik daripada cabe-cabean untuk menyukaimu? Kok murahan banget sih." ucap Michel tergelak. "Bos
"Apa? Jadi anak saya melakukan hal seperti itu?" tanya salah seorang orang tua. "Iya, Pak, benar. Maka dari itu, kami pihak sekolah memilih untuk memulangkan siswa ini untuk introspeksi diri di rumah. Meskipun resikonya adalah jadi tertinggal pelajaran." ucap Bu Linda. Setelahnya mereka pun membawa anak mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Dan Ibu Linda selaku Ibu Asrama ini merasa sangat bersyukur, karena Nathan dan Oesama benar-benar menyelesaikan masalahnya. Bukan hanya janji atau perkataan manis yang tak membuahkan hasil, tapi ternyata ada wujud nyata dari mereka, hal ini menambahkan penilaian Ibu Linda terhadap mereka. Selain baik hati, ternyata mereka juga tanggung jawab. "Terima kasih ya, Nathan, Oesama. Berkat kalian, ibu sudah tidak sepusing sebelumnya. Semoga kalian bisa bertanggung jawab atas diri kalian juga." ucap Ibu Linda. "Iya, Bu. Tapi inipun bukan sepenuhnya kita berdua, kita dibantu Talia untuk mencari buk
"Duh, jadi kalian maunya gimana?" tanya Talia. "Pengennya ya semua masalah kami selesai." ucap Nathan dan Oesama berbarengan. Jawaban yang sangat lucu, memangnya siapa, sih, yang ingin memiliki masalah. Aduh, ada-ada saja. Talia menarik napas sepanjang mungkin, untuk hari ini, dia sepertinya harus lebih sabar menghadapi kedua kakak adik tersebut. Sebab mereka terlihat sangat menyebalkan hari ini. Talia mencoba diam sejenak, dia mencoba merangkai semua cerita dan pecahan kejadian menjadi satu. Talia sejujurnya tak paham, sih. Tapi dilihat-lihat, dari semua yang terjadi, hal itu masih tersangkut paut satu sama lainnya, aduh, ya iyalah, kan masih satu permasalahan. "Tebakan aku sih, benar bahwa cowok di sebelah kamar asrama kalian. Tapi rasanya untuk menaruh itu saja, Talia rasa motifnya tak semudah itu. Mungkin dia ada dendam, apakah kalian ada melakukan sesuatu padanya dalam jangka waktu satu minggu terakhir?" tanya Talia. "Kami rasanya sih enggak. Kami nggak berbuat apa-apa. Itup
"Oh, pelakunya anak kamar sebelah." ucap Nathan berdecak. "Bukannya kamar sebelah kita itu cowok ya kak?" tanya Oesama mengingatkan kakaknya. "Iya, cowok, kenapa emangnya?" Awalnya Nathan tidak menyadarinya. "Oh, hah? Cowok?" tanya Nathan lagi setelah beberapa saat."Iya, kak, cowok, kakak ga curiga?" tanya Oesama. "Curiga sih. Masa dia yang pakai baju dalaman itu?" tanya Nathan kembali. "Bisa jadi itu punya cewek, tapi dia ga mau disalahkan?" tanya Nathan lagi, dia membuat spekulasi baru. "Tapi kak, bisa aja kalau itu dia emang punya hobi koleksi dalaman, gimana tuh, kak?" tanya Oesama menyanggah spekulasi Nathan."Bisa aja, tapi itu kecil kemungkinannya kecil, sih. Kamu nggak berpikir kalau orang di sebelah kita malah punya cewek?""Bisa aja iya." ucap Oesama. "Tapi ceweknya siapa?" tanya Nathan. Rasanya cowok di sebelah kamar asramanya, tak pernah membawa cewek ataupun seseorang yang terlihat dekat dengannya. "Ya nggak ada yang tau. Kamar di sebelah kita kan sering kosong,
Setelah mengetahui bahwa kondisi Diana saat ini dinyatakan koma, Talia, Nathan, dan Oesama pun kembali masuk sekolah, karena mereka sudah tertinggal banyak pelajaran, dan sebentar lagi akan melaksanakan ujian tengah semester. Meskipun Talia ingin sekali menemani Diana, berbagai pertimbangan dan izin dari Michel juga pihak sekolah, tidaklah Talia dapatkan. Maka dari itu, Talia mencoba untuk mengerti dan mengalah. Kemarin malam, Michel sudah mengantarkan Talia, Nathan, dan Oesama untuk kembali ke sekolah. Mereka pun sudah melakukan aktivitas seperti biasanya, hanya saja, Michel memilih mengambil cuti beberapa hari. Michel ingin menyelidiki terkait kecelakaan yang menimpa istrinya, dan Aldo, atau tepatnya, selingkuhan Diana? Michel pun meminta bantuan dari teman lamanya, Ferdi untuk menyabotase CCTV di area tersebut. Karena jika menunggu pihak supermarket terdekat untuk memberikannya, itu akan memakan waktu yang lebih lama lagi. Michel tau ini ilegal, tapi Michel pun tak tau, jika buka