Di mansion Niko dan Clara.Setelah mobil yang dikendarai Niko sampai, 5 menit kemudian mobil Michel masuk menyusul mereka. "Apa yang kalian lakukan? Kalian mengikuti kami?" Doni berpura-pura kaget dan marah pada Michel."Kenapa kami tidak boleh? Kami ingin bertanya tentang Diana. Kalian tidak bersedia? Atau ada yang kalian rahasiakan dariku soal Diana?" Michel menyidik."Heh? Silakan saja. Lagi pula bagus juga, Kak Diana tidak perlu merasa tertekan oleh anda, Tuan Michel." Doni berlalu masuk ke dalam mansion lebih dulu diikuti oleh Niko dan Clara.Michel dan Jake ingin ikut masuk ke dalam mansion namun tiba-tiba saja ponsel Michel berdering dan mengganggu aktifitas Michel. Kali ini panggilan berasal dari rumah sakit tempat Vanessa dirawat yang mana panggilan itu tidak bisa Michel tolak."Halo, Pak. Dengan Bapak Michel? Ini dari rumah sakit Suaka Insan tempat Ibu Vanessa dirawat, kami ingin memberitahukan bahwa Ibu Vanessa baru saja sadar dari koma. Harap bapak dapat segera hadir. Te
Setelah memutuskan untuk tinggal di Singapura dan Diana mengubah penuh identitasnya menjadi Hana, penampilan dan sikap Diana juga berubah. Diana bukan lagi gadis manis yang lemah."3 tahun lagi kita akan kembali ke Jakarta, Talia. Kita akan bertemu dengan Om kamu," ujar Diana pada bayinya yang sedang menyusu."Kita harus menunggu sampai Om Doni benar-benar kuat untuk menjaga kita, Sayang." Sambung Diana lagi.Saat Diana baru saja meletakkan baby Talia ke atas kasur, ponsel Diana berdering menandakan ada telepon masuk. "Halo, Kak. Bagaimana kabarmu dengan ponakanku?" tanya Doni yang ternyata menelpon Diana dengan panggilan vidio karena Doni rindu dengan Diana dan juga Talia."Talia baru tidur dan kakak juga ingin tidur tapi kamu malah menelpon. Ada apa?" Diana mengarahkan ponselnya ke wajah Talia agar Doni bisa melihat Talia dengan lebih jelas."Wah, coba lihat itu. Kenapa kamu mewarnai rambutmu dengan warna norak seperti itu wahai Nona Hana? Apakah tidak ada warna lain selain warna b
Aldo membalas menjabat tangan Diana, "Saya baik, Nyonya. Lama tidak bertemu dan sekarang anda makin cantik aja." Plakk!"Jangan rayu model saya, Pak Aldo." Doni bercanda dengan pura-pura memarahi dan memukul Aldo yang hanya bisa tertawa."Uda, yuk kita berangkat. Kami capek dan laper." Diana mengajak Doni dan Aldo agar segera membawa mereka pergi.Di dalam mobil.Doni dan Talia duduk di kursi penumpang sedang Diana memilih duduk di samping Aldo yang berada di kursi kemudi seraya mengajak Aldo mengobrol. Di kursi belakang terlihat Talia sedang bermain dengan Doni yang sudah beberapa saat ini mencubit gemas pipi Talia hingga membuat Talia marah."Bagaimana hidupmu selama 2 tahun ini, Don? Enak kan tidak ada yang ngomel?" Diana menyindir Doni."Tentu, hidupku cukup tenang, Kak. Tidak ada orang yang menggangguku dan mengomel padaku," balas Doni menatap sekilas ke arah Natalia yang menoleh ke arahnya."Talia, siapa nama ibumu?" Doni bertanya pada Talia dengan maksud bermain-main."Ibuku?
Selesai makan siang bersama, Diana, Doni, Aldo dan Talia pergi ke sebuah hotel untuk Diana dan Talia tinggali sementara. Diana dan Doni terpaksa melakukan ini agar mereka terlihat profesional.Setelahnya, Doni mengajak Diana dan Talia ke perusahaan dan agensi yang ia pegang untuk melihat perkembangan kerja Doni. Begitu masuk ke perusahaan, semua pegawai Doni melihat ke arah Diana dan Talia dengan tatapan terpesona.Di sisi lain, Jake sedang menyelidiki identitas Diana namun Jake hanya menemukan bahwa Diana adalah Hana dengan identitas barunya.Seperti biasa, Jake akan melaporkan hasil penelusurannya pada Michel. "Tuan, saya sudah mendapat informasi tentang wanita yang ada di dalam foto yang Tuan kirim. Nama wanita itu adalah, Hana Christina dan anaknya bernama Talia. Mereka warga Singapura, Tuan. Tapi saya belum tau nama suami dari wanita itu karena identitas suami wanita tersebut dirahasiakan dari publik." Jake melapor melalui sambungan telepon."Selidiki apa sebelumnya mereka meman
"Mereka model baru kita," jawab singkat Aldo seraya tetap memandang lurus sedang Mia yang kesal hanya bisa menghela nafas kesal dan melengos.Sesampainya di lokasi pemotretan, Mia keluar dari mobil lebih dulu sedang Aldo membuka pintu penumpang dan membangunkan Diana."Mrs. Hana, kita sudah sampai." Diana membuka matanya dan menoleh ke arah Talia untuk membangunkan Talia."Talia, bangun, Nak. Kita sudah sampai. Kita harus bekerja, semangat." Diana mencium kepala Talia dan Talia segera membuka matanya dan menatap bingung Diana."Uda sampai, Mommy?" Talia melihat ke arah luar mobil melalui pintu yang terbuka."Iya, yuk." Diana menggendong Talia turun dari mobil dengan cukup hati-hati agar kepala Talia tidak terbentur atap mobil.Mia, Diana dan Talia berada di dalam ruang ganti bersama dengan staf lain yang bertugas mendandani mereka dan memilihkan mereka pakaian. Mia keluar lebih dulu karena Mia mendapat jadwal pemotretan pertama. Tersisa Diana dan Talia saja di dalam ruangan bersama 1
Dengan langkah lunglai Diana mencoba masuk ke toilet yang ditunjukkan oleh pelayan hotel. Namun, saat Diana baru saja hendak masuk ke dalam toilet, Michel segera menarik tangan Diana dan membawa Diana ke sebuah kamar hotel sedang Diana yang kesadarannya mulai menghilang tidak bisa melakukan apapun selain pasrah."Siapa kamu?" tanya Diana lirih seraya menunjuk ke arah Michel dengan pandangan mengabur yang sedang membaringkan Diana ke atas ranjang."Jawab aku dengan jujur, oke? Aku akan melepaskanmu kalau kamu bicara dengan jujur," ujar Michel membenarkan posisi Diana dengan memberi 2 lapisan bantal di belakang kepalanya sebagai penyangga. "Pusing," lirih Diana mencoba bangkit namun gagal karena kepala Diana terasa sangat berat dan pusing."Katakan kamu adalah Diana," ujar Michel menatap serius Diana dan menunggu Diana memberi jawaban karena Diana yakin dalam keadaan mabuk seperti ini pasti Diana akan bicara jujur."Tidak, Diana sudah mati. Aku adalah Hana. Siapa kamu? Huh?" Diana menu
Dengan semua dugaan, Michel masih berusaha menemukan anaknya yang asli. Entah kenapa Michel merasa Talia yang mirip dengan Diana dan mengira jika Hana adalah Diana.Tapi dengan identitas berbeda, Michel tidak bisa memaksa Diana mengaku tanpa bukti."Aku sangat yakin dengan dugaanku ini dan jika apa yang pikir ini benar, aku tidak akan melepaskanmu, Diana." Pikir Michel bimbang.Michel yang sangat penasaran memutuskan untuk membuka laptopnya dan mencoba menembus sistem keamanan data pemerintah Singapura.Di sisi lain. Diana mendapat telepon dari petugas pemerintahan Singapura bahwa data negara bocor dan data Diana dicuri.Diana tau siapa pelakunya walau petugas pemerintah tidak tau siapa pelakunya. Dengan cepat, Diana menelpon Doni untuk segera memesan tiket keberangkatannya ke Singapura."Halo, Doni. Ada yang tidak beres. Tolong kamu cepat pesan tiket untuk kakak dan Talia ke Singapura. Ambil penerbangan yang paling cepat." Pinta Diana pada Doni yang kemudian langsung menutup teleponn
Bagaimana mungkin Diana bisa meninggalkan Talia begitu saja di sini? Ibu macam apa Diana? Apakah Diana tega membiarkan anak yang ia lahirkan menjadi milik Michel begitu saja sedang dirinya kembali ke Singapura? Lagi pula apakah semudah itu bagi Michel untuk melepas Diana? Tidak, pasti Michel punya rencana lain."Mommy ...." Talia merengek takut."Bagaimana?" Michel bertanya ulang pada Diana."Tidak bisa, Talia adalah anakku. Aku tidak akan melepaskan anakku hanya dengan tuduhan palsu anda, Mr. Michel! Lepaskan kami. Atau anda bisa tanya langsung dengan Pak Doni jika anda tidak percaya.""Doni? Suamimu atau adikmu?" "Mommy, panggil daddy Doni ke sini. Ayo kita pulang. Talia gak mau di sini sama orang jahat ini," ujar Talia jujur sedang Michel yang mendengar Talia memanggil Doni dengan sebutan 'Daddy'' menjadi bingung."Iya, Sayang. Kamu tenang dulu, okay?" Diana memeluk kencang Talia karena takut kalau Michel menarik Talia darinya."Aku tidak butuh dia. Bagaimana jika kita tes DNA?" T