Accueil / Pernikahan / Bucin berujung Sengsara / Uang Selalu Menjadi Pemenangnya

Share

Uang Selalu Menjadi Pemenangnya

Auteur: Laradin
last update Dernière mise à jour: 2024-10-29 19:42:56

Selepas menghabiskan makan malam, Syaila dan Nadira berlanjut menonton televisi bersama. Dan lagi-lagi topik berita di televisi menyiarkan perihal berita perselingkuhan Azka. Namun sayangnya, uang tetap menjadi pemenang. Bagai habis terjatuh tertimpa tangga, fakta yang beredar dimasyarakat adalah Syaila yang tidak tahu diri sebagai seorang istri.

Bahkan seminggu terakhir Syaila merasa tidak nyaman sebab tidak sedikit yang memandangnya tidak suka ketika ia sedang berada di luar. Orang-orang seolah melihat benda paling menjijikkan saat melihat Syaila.

Maka dari itu Syaila tidak berani untuk keluar, atau ia akan mencari angin pada malam hari dengan memakai Hoodie Seperi tadi.

"Gila, ya? Gue pikir Azka enggak sejahat itu. Ternyata semua keluarganya juga sama aja. Muak gue liat manusia maodelan kaya gitu!" Nadira akan menjadi orang yang menggebu-gebu jika membicarakan perihal Azka.

"Gue juga enggak nyangka. Laki-laki yang selama ini gue anggep baik ternyata lagi nyembunyiin topeng berengse
Chapitre verrouillé
Continuer à lire ce livre sur l'application

Related chapter

  • Bucin berujung Sengsara   Restoran Rahasia

    "Sya? Sya sumpah, ya masa gue belum aja interview udah ditolak duluan cuma gara-gara ternyata perusahaan itu lagi kerja sama dengan perusahaan Azka! Gila, ya. Kalau gue mati kelaperan karena enggak punya duit bakal tanggung jawab apa dia?" Nadira mengoceh selepas membanting kan tubuhnya di sofa, melemparkan tasnya kesembarang arah."Sya?" Dia kembali memanggil ketika tidak ada sahutan apapun. Keningnya mengernyit. "Sya?" Sekali lagi dia memanggil.Bangunlah Nadira, berjalan menuju kamar Syaila yang ternyata menutup pintunya. "Tidur apa, ya?" gumamnya.Penasaran, lantas Nadira membuka kamar itu perlahan. Namun bukannya ia menemukan Syaila yang sedang meringkuk di ranjang, kamar itu nampak gelap dan tidak ada sang penghuni seperti yang Nadira duga."Kemana?" Ia berjalan masuk.Matanya menyusuri setiap sudut kamar. Hingga kamar mandi yang ada di dalam. "Apa nih?" Nadira menemukan sebuah amplop coklat yang ditindih pas foto kecil beserta sepucuk surat dengan tulisan tinta merah di meja r

    Dernière mise à jour : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Rumah Dusun

    Di sebuah kota kecil, jauh dengan hirup pikuk dari kehidupan kota akhirnya Syaila sampai. Wanita itu sudah banyak tahu sebelum benar-benar pindah dari kota. Rumah dusun yang lumayan murah, pas dengan sisa uang yang Syaila miliki."Kita tinggal di sini?" Geino bertanya sembari melihat bangunan dengan banyak pintu itu tidak rela.Anak itu seolah tidak terima dengan keadaan kamar yang sempit dan lembab. Dia sudah terbiasa dengan kekayaan papa nya."Iya, Nak. Kita tinggal dulu di sini sementara. Kalau mama udah dapet kerjaan nanti, di pindah ke rumah yang lebih layak, " jelas Syaila.Geino dengan mengatakan apa-apa, setelah Syaila membuka pintu dan membiarkan dia masuk.Keadaan kamar dusun itu sangat parah dari dugaannya. Debu di mana-mana sampai bersarang laba-laba. Sepertinya memang sudah lama tidak ditinggali. Dengan semangat yang menggebu-gebu, Syaila melipat lengan bajunya siap untuk berperang, membersihkan rumah barunya hingga bersih.Syaila memang tidak terbiasa melakukan pekerjaa

    Dernière mise à jour : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Awal yang tidak mudah

    Rupanya menjalani hidup serba sendiri tidak semudah yang Syaila pikir. Bahkan sekarang, selepas mengantarkan Geino mendaftar sekolah ia harus rela panas-panasan untuk mencari sebuah pekerjaan untuk membiayai kebutuhannya sehari-hari.Ia sudah datang ke lima PT, namun semuanya menolak karena sedang tidak membutuhkan karyawan dibagian yang Syaila lamar."Harus kemana lagi, ya?" gumamnya sembari mengusap peluh yang mengucur di pelipisnya.Tujuan terakhirnya adalah sebuah PT yang lumayan tidak jauh dari rumah dusunnya, itu bagus, jika harapan terakhirnya ini berhasil ia dapatkan itu akan menguntungkan bagi Syaila. Ia akan lebih hemat biaya transportasi."Semoga keterima!" tuturnya semangat. Ia melangkah ringan membawa amplop coklat yang ia peluk sejak tadi.Sebuah perusahaan yang memproduksi topi untuk di ekspor ke luar negeri, informasi yang Syaila tahu dari internet tentang PT yang sekarang ia datangi itu."Permisi, Pak, saya mau ngelamar untuk posisi ini apakah ada lowongan di sini?" ta

    Dernière mise à jour : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Tidak akan pernah lupa!

    "Hallo, Tante," sapa seorang anak perempuan yang Syaila taksir umurnya sama dengan Geino. Anak dengan wajah riang itu muncul di balik punggung Geino."Hallo, kalian ngapain di sini?" tanya Syaila. Mata nya bergantian menatap dua anak itu secara bergantian."Kami lagi main, Tante. Tapi Geino enggak asik. Masa dari tadi duduk aja main hp. Padahal banyak yang ngajakin main bola sama dia."Syaila terdiam, putranya memang tidak terbiasa bersosialisasi dengan banyak orang. Dia lebih suka menyendiri di kamar dengan game kesukaannya alih-alih panas-panasan bermain dengan teman sebayanya. "Lain kali kalau mau main bilang dulu, ya? Soalnya Tante khawatir. Geino belum tahu daerah sini, kamu bisa jagain dia kan biar enggak nyasar?"Geino menoleh dengan mata sinis. Harga dirinya seolah ternodai karena mamanya menitipkannya pada seorang gadis centil yang tidak ia kenali itu. "Aku bisa jaga diri aku sendiri," sahutnya cepat."Boong Tante. Tadi aja dia salah turun tangga, malah masuk ke ruang orang

    Dernière mise à jour : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Hari Pertama Kerja

    "KAMU BISA KERJA ENGGAK, SIH!"Syaila mengerjap beberapa kali, ia hanya bisa menunduk kala dirinya dibentak dan menjadi tontonan banyak orang oleh atasannya. Hari ini adalah hari pertama Syaila bekerja sebagai karyawan pabrik untuk pertama kalinya.Wanita berusia 30 tahun itu tidak sengaja mengotori topi yang sedang di packing dengan menjatuhkanya ke lantai. Menurutnya itu adalah hal yang sepele, lagi pula topi itu tidak sampai robek atau rusak. Hanya kotor dan bisa di bersihkan."Sudah saya bilang kan, kamu itu harus hati-hati. Kamu pikir topi ini murah?" Atasannya itu berkata lagi dengan urat tenggorokan yang menonjol dan mata yang hampir loncat dari tempatnya."Maaf, Bu. Tapi saya hanya menjatuhkannya. Ini bisa bersih lagi kok," sanggah Syaila. Walaupun ia merasa ingin sekali balas membentak wanita di hadapannya ini balik. Tapi itu tidak mungkin ia lakukan, ia harus memposisikan dirinya sebagai bawahan."Kamu kalau dibilangin itu jangan membantah! Ajarin dia!" ucap wanita itu lagi

    Dernière mise à jour : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Janda lebih menggoda

    Setibanya di kedai, Syaila memesan dua porsi mi itu, selama ia menunggu pesanannya, Syaila duduk di salah satu meja yang kebetulan kosong. Kedai itu ramai seperti terakhir kali Syaila ke sini. Sepertinya kedai mi ini memang sudah terkenal. Selain murah, tempatnya juga luas dan bersih. Bahkan orang-orang baru seperti Syaila tidak akan rela mampir ke kedai ini.Prang!Syaila menoleh hanya untuk melihat seorang bapak-bapak tua yang ia terka adalah pemilik kedai mi baru saja menjatuhkan bekas mangkok ke atas lantai sampai kuah yang tersisa berserakan.Ia buru-buru membantu. Membereskan mangkok yang untung tidak pecah ke atas nampan."Makasih, Nak," katanya dengan suara lemah."Bapak baik-baik aja?" Syaila mengambil alih nampan yang bapak itu angkat saat melihat wajah pria itu terlihat pucat."Bapak sedikit kelelahan. Kedai sangat ramai. Bapak belum sempat beristirahat," jawabnya."Bapak tidak memiliki pegawai. Kedai ramai, pantas saja bapak kewalahan." Syaila menggiring bapak tua itu unt

    Dernière mise à jour : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Oppa-Oppa Korea

    Malam itu Syaila membawa dua bungkus mi kuah panas tanpa mengeluarkan sepeser uang pun dari kantongnya. Tuhan memang selalu punya rencana atas semua kesulitan yang Syaila hadapi.Wanita itu berjalan menaiki tangga, melewati pintu-pintu yang sama. Ia tidak tahu kini jam berapa, karena terakhir ia lihat jam tadi pada saat di kedai. Dusun lantai dua sudah sepi sepenuhnya."Udah malem banget apa, ya?" gumamnya seraya mengeratkan kantong plastik yang ia genggam.Sampainya di rumah, ia perlahan membuka pintu. Di rumah , ruang tengah berserakan mangkok dan piring kotor. Syaila mengernyit."Geino abis makan? Enggak mungkin masak sendiri kan?" Ia berdiri melihat piring juga mangkok kotor itu beberapa saat. Lalu memeriksa sang putra yang ternyata sudah tidur di kamarnya.Matanya melongok pada jam dinding. "Jam 11 malem. Pantesan udah tidur. Dia makan dari siapa?" Karena pertanyaannya pun tidak akan mendapat jawaban, Syaila bergegas membereskan ruang tengah itu. Lalu lanjut makan mi yang ia baw

    Dernière mise à jour : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Batara

    Selama Syaila bekerja ia belum menemukan teman mengobrol, atau teman satu nasib. Ia akan makan sendiri ketika istirahat dan pulang jika waktunya sudah tiba.Tidak ada Nadira versi lainnya di tempat baru Syaila. Ia hidup seolah benar-benar sendiri.Ia menghela napas panjang. Duduk di kursi kantin sembari memandang cuaca yang begitu panas di luar."Nyebelin banget enggak si atasan kita sekarang. Mana mukanya judes banget. Ganteng si, tapi kalau kalakuannya begitu mah mana ada yang mau.""Pantes aja udah hampir kepala tiga enggak nikah-nikah. Aku kalau ditawarin jadi calon istrinya juga enggak mau. Bisa kurus kerontang aku punya suami kaya macan gitu."Beberapa perempuan baru saja berjalan melewatinya. Membicarakan atasan yang entah yang mana Syaila pun tidak peduli.Ia melongok jam dinding yang ada di dekat meja prasmanan. 15 menit lagi waktu istirahat selesai. Syaila kemudian beranjak dari kantin. Berjalan melewati lorong yang ramai dengan pegawai pabrik berseragam. Berbincang, tertawa

    Dernière mise à jour : 2024-10-29

Latest chapter

  • Bucin berujung Sengsara   Selesai

    "Akhirnya sahabat jomblo gue dari lahir nikah juga hahaha."Nadira melengos sembari berdecak sebal. Ucapan itu sudah puluhan kali Syaila lontarkan bahkan ketika ia bercerita dirinya menerima lamaran Ferdi. Wanita yang kini tengah hamil tua itu tidak berhenti meledek Nadira. "Lu diem deh kalo gak mau anak lo nanti mirip gue," ujar Nadira yang langsung direspon gelak tawa Ferdi. "Jangan dong sayang, biar anak kita aja nanti yang mirip mamanya."Benar, memang hanya Ferdi yang dapat menaklukkan ke bar-bar-an mulut Nadira, hanya dengan ucapan sederhana barusan perempuan itu sudah tersipu malu. "Najis banget mukanya merah. Dahlah gue mau makan dulu. Selamat ya, gue doain Ferdi diberi kesabaran punya istri kaya lo." Syaila memeluk sahabatnya itu meski sedikit kesusahan karena perutnya yang besar. "Makasih ya, Sya. Lu jaga kesehatan juga. Jagain keponakan gue awas aja kalo kenapa-napa gue geplak pala lo." Nadira memberi peringatan. Keduanya kemudian terkekeh, Ferdi dan Batara yang menya

  • Bucin berujung Sengsara   Karma tidak akan salah berlabuh

    Suara tangis bayi cantik berpipi gembul berhasil membuat panik sang ibu. Bayi berusia lima bulan itu nampaknya kepanasan terus berada di dalam mobil selama perjalanan yang lumayan jauh. Maka, sang ibu dengan sigap mengambil botol susu di dalam kantong stok asi. Mobil berhenti bersamaan dengan tangis bayi perempuan itu yang juga mereda. Terlelap di gendongan sang ibu dengan nyaman. "Kamu mau ikut masuk?" Terlihat pria jangkung yang sedari tadi mengemudikan mobil melongok ke jok belakang, untuk menjawab pertanyaan sang istri, "Kamu duluan aja, aku cari parkir dulu. Di sini panas kasian Kanaya," tuturnya yang diangguki istrinya. Wanita itu kemudian keluar dari mobil, menatap bagunan yang mungkin lebih cocok disebut neraka dunia bagi sebagian orang. Ia menatap putri kecil di dalam gendongannya sebelum ia melangkah masuk ke dalam bangunan itu. Tatapan sendu seperti seorang ibu yang akan meninggalkan putrinya untuk waktu yang sangat lama. Lantas ia masuk tanpa ragu lagi. Seolah, putri k

  • Bucin berujung Sengsara   Berita Gembira

    Setelah siang itu Batara bercerita tentang keinginannya yang aneh-aneh, satu jam setelahnya Batara mengajak Syaila makan pecel lele di pinggir jalan. Namun sialnya sore itu hujan deras dan mereka berdua berakhir basah kuyup saat mencari makanan itu, niatnya mereka ingin menghabiskan waktu bersama. Syaila berakhir sakit dan itu yang membuat Batara sekarang sangat merasa bersalah. "Maaf ya gara-gara kamu nemenin aku cari pecel lele kamu jadi sakit kaya gini." Batara benar-benar merasa bersalah. Sampai tidak mau menatap istrinya. "Aku cuma masuk angin sayang. Minum obat juga bakal sembuh." Syaila mengusak rambut Batara. "Kamu muntah-muntah tadi. Kita ke rumah sakit aja ya sekarang? Aku takut kamu kenapa-napa." "Aku gak apa-apa," sanggah Syaila. Ia akui perutnya sekarang memang terasa dikocok. Ia juga tidak nafsu makan sama sekali. Lidahnya terasa pahit dan makanan apapun yang berusaha ia masukkan ke dalam mulutnya selalu mendapat kan penolakan. Ia berkahir muntahan-muntah. Tubuhnya t

  • Bucin berujung Sengsara   Tiba-tiba Kangen

    Tiga bulan sudah berlalu Syaila dan Batara mengarungi bahtera rumah tangga. Seperti kata orang-orang pernikahan tidak ada yang mulus tanpa dibumbui pertengkaran. Syaila sering mengomel seperti istri-istri pada umumnya mana kala Batara lupa menaruh handuk di atas ranjang. Atau perdebatan yang mungkin nampak sepele jika dipikirkan. Tapi beruntung nya Batara adalah orang yang sabar dan lapang mengakui kesalahanannya. Selama tiga bulan hidup dalam atap yang sama Syaila menemukan banyak kejutan dari Batara. Batara yang ternyata begitu manja melebihi anak-anak. Dia bahkan tidak malu menangis jika dirinya tidak sengaja membentak Syaila. Meski begitu, Batara adalah sosok ayah sambung yang baik untuk Geino dan menantu yang berbakti untuk mamanya. Syaila tidak henti-hentinya bersyukur telah dipertemukan dengan pria seperti Batara. "Sayang Geino katanya dikasih tugas buat hewan dari tanah liat. Besok dikumpulnya."Syaila menoleh ke sumber suara, serum wajah yang hendak ia oleskan di wajahnya

  • Bucin berujung Sengsara   Hadeuhhh

    "Tumben kamu jam segini udah bisa diajak jalan? Kerjaan kamu udah selesai?""Udah, aku mau quality time sama suami aku yang ganteng ini."Satu bulan sudah berlalu. Mereka hidup bahagia sebagai sepasang suami istri. Siang disibukkan dengan pekerjaan, dan jika sudah di rumah keduanya sebisa mungkin tidak membawa atau mengerjakan pekerjaan kantor di rumah. Itu sudah menjadi kesepakatan mereka. Sore ini Batara mendapat kabar jika istrinya bisa pulang lebih cepat dan mengajaknya untuk jalan-jalan. Hitung-hitung mengenang masa pendekatan mereka dulu. Batara sih setiap hari memang sibuk, tapi ia lebih santai dari Syaila. Pria itu bisa dengan mudah mengatur jadwalnya berbeda dengan Syaila. Keduanya sudah sampai di sebuah mall ternama di ibu kota. Bergandengan tangan, melihat-lihat store pakaian branded, memilah restoran yang keduanya inginkan. "Mau beli baju?" tawar Batara. Syaila menggeleng. "Baju aku masih banyak yang belum dipake." Baik, Syaila memang berbeda dari kebanyakan perempuan

  • Bucin berujung Sengsara   Pasutri Baru

    Waktu berjalan lebih cepat jika kita berada di antara orang-orang yang kita sayangi. Begitu pun sebaliknya. Tapi Syaila tidak pernah menyangka akan secepat ini. Entah ada kata apalagi yang bisa ia ucapkan selain bahagia. Ratusan orang yang datang ke acara resepsi pernikahan nampak ikut bahagia. Pun dengan mamanya dan Geino yang tersenyum mana kala ia dan Batara akhirnya sah menjadi sepasang suami istri.Dekorasi megah yang ternyata sudah Batara siapkan begitu memesona ditambah undangan tamu yang tidak ada henti-hentinya."Udah aku bilang jangan banyak-banyak ngundang tamu. Ini tangan aku udah mau putus rasanya," bisik Syaila di tengah sibuknya menyambut para tamu yang datang. "Aku cuma undang temen-temen kantor. Itu kolega keluarga-keluargaku. Mana bisa aku batalin." Batara meringis.Keduanya menghela napas panjang. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain terus tersenyum dan menyambut tamu dengan senyum hangat. Meski rasanya pasangan pengantin baru itu sudah ingin cepat-cepat mere

  • Bucin berujung Sengsara   Cerita kepada bulan yang malu-malu

    Ibu kota malam ini terasa lebih tenang. Cahaya lampu yang terpantul sinar rembulan membiaskan cahaya warna-warni memanjakan mata. Entah, sudah berapa lama Syaila tidak datang ke tempat ini. Semasa kuliah semester awal ia sering datang kemari. Hanya menyaksikan gemelapnya ibu kota atau hanya sekedar menikmati segelas kopi panas.Dulu ia manusia paling naif perihal hubungan timbal-balik antar manusia. Percaya bahwa kebaikan akan dibalas kebaikan, pun sebaliknya. Tapi Tuhan sepertinya ingin menunjukan hal lain kepadanya, bahwa jangan berharap selain pada-NYA. Tidak butuh bertemu ribuan orang untuk ia membuktikannya. Orang yang ia amat percaya akhirnya mengkhianati kepercayaannya dengan hal yang bahkan tidak pernah ia duga-duga. Pengorbanan yang selama ini ia lakukan terasa sia-sia hanya karena kekurangan yang mungkin dia harapkan ada pada Syaila.Namun beruntung sejak ia akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti kuliah karena hamil hingga ia berpisah dengan Azka ia tidak lagi kemari, jik

  • Bucin berujung Sengsara   Menyambutmu kembali

    Seperti halnya hujan, kita tidak bisa mencegah air yang turun itu untuk tidak membuat kita kedinginan. Kita tidak bisa bernegosiasi agar hujan jangan dulu turun sebelum payung kita siap. Begitu pula yang terjadi dengan Syaila dan Batara. Hampir pukul satu malam keduanya sibuk mengasihani dirinya sendiri. Memandang isi gedung yang seharusnya menjadi saksi bisu kisah cinta mereka bersatu. Kini, dekorasi yang sudah dirangkai sedemikian rupa harus terpaksa dilucuti sebab pasangan lain akan menggunakan gedung ini. Seharusnya pagi tadi adalah acara pernikahan keduanya, dan malam ini seharusnya mereka sudah menjadi pasangan suami istri. Tapi sekali lagi, manusia hanya bisa berencana. "Kamu udah ngantuk belum? Udah malem, kita pulang aja ya?" Tidak bisa dibohongi, jelas Batara juga merasa sedih atas gagalnya pernikahan mereka. Tapi mau dikata apa? Semuanya telah terjadi. Syaila menghela napas panjang. "Rasanya kalau aku bilang ini tidak adil, aku akan dicap sebagai manusia yang gak bersyuku

  • Bucin berujung Sengsara   Boleh ikut menjaga kalian?

    Persidangan pertama dibuka dengan hakim yang menanyakan alasan mengapa Azka tiba-tiba menggugat hak asuh anak padahal sebelumnya mereka sudah sepakat bahwa hak asuh anak diberikan kepada Syaila. Pengacara Azka menjelaskan alasannya. Seperti yang Azka sebelumnya bilang, perihal Syaila yang memiliki kekasih yang trampemental. Ia juga bilang bahwa ia memiliki buktinya. Sebab itu Azka khawatir jika anaknya yang diasuh Syaila akan mendapatkan dampaknya juga. Tidak hanya pihak Azka yang dimintai penjelasan. Syaila juga diberi kesempatan untuk menyanggah. Sama seperti Azka, Syaila menyerahkan semuanya kepada kuasa hukumnya. Kuasa hukum Syaila menceritakan semuanya. Dan perihal apa yang dikatakan Azka hanya sebuah kesalahpahaman. Juga Syaila yang sudah tidak menjalin hubungan lagi dengan Batara. Sidang berjalan lancar. Azka nampak tidak memiliki argumen lagi setelah kuasa hukum Syaila membeberkan semuanya. Dan tanpa sepengetahuan semua orang yang ada dipersidangan, pria yang memakai topi

DMCA.com Protection Status