Share

Siasat Lisan

Penulis: Laradin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-17 21:21:43

"Banyak penanam saham yang lagi ketar-ketir sekarang. Diperkirakan akhir tahun ini harga saham turun merosot."

Koridor kantor pagi itu cukup lenggang. Obrolan pagi yang cukup berat dibawakan Nadira dengan ekspresinya yang berlebihan. Kopi yang ia bawa dari luar terabaikan karena terlalu ambisius menceritakan bagaimana pusing kepalangnya orang-orang berduit itu.

Jika dipikir-pikir, mengkhawatirkan orang kaya itu tidak ada gunanya sama sekali bukan? Tapi karena sahabatnya adalah salah satu dari orang kaya itu, Nadira harus menjadi informan yang sangat kompeten untuk menjaga harta Syaila yang sangat berharga itu. Kan jika ia tidak punya uang, Syaila tidak akan berpikir dua kali untuk meminjamkan secuil hartanya.

"Iya sih, Bapak kemarin juga cerita sama gue. Tapi ya gak masalah. Emangnya kenapa? Toh saham gue, gue simpen di perusahaan ayah gue. Kalau pun naik juga enggak bakal gue jual," komentar Syaila santai.

Nadira menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Iyasih. Sia-sia dong gue kasih t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bucin berujung Sengsara   Nasihat yang tidak akan berhenti

    Perbedaan pendapat seperti tadi itu hal biasa untuk Syaila dan Nadira. Mereka memiliki pemikiran berbeda yang kerap kali membuat keduanya adu mulut. Namun meski begitu, dua wanita yang sudah lama bersahabat itu, tidak akan menjadikannya masalah besar. Seperti saat ini, Nadira ikut pergi ke rumah sakit dan menenangkan Syaila. Bersikap seperti biasanya."Gimana, Dok? Bukannya jantung ayah saya udah diganti sama jantung buatan?" Hadang Syaila sesaat setelah dokter pria itu keluar dari ruang ICU. "Lalu apa yang terjadi?"Ya, Syaila mengambil keputusan itu setelah mendapat persetujuan dari mama dan Heri. Meski resikonya berat, Syaila percaya ia masih memiliki kekuatan dari Tuhan. Ia tidak bisa diam saja menunggu donor ginjal, sementara ayahnya sudah sekarat. Operasi sudah dilaksanakan dua minggu lalu. Syaila selalu memantau ayahnya, ia selalu menyempatkan ke rumah sakit selepas pulang kerja, menanyakan bagaimana perkembangan kesehatan sang ayah. Dokter bilang tubuh ayahnya menunjukkan res

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-21
  • Bucin berujung Sengsara   Kesalahan yang tidak disadari

    "Sya udah ada yang mau beli saham lo. Tapi—" Kalimat Nadira terjeda."Lo serius?" Mata Syaila terbelalak. Ia meninggalkan meja kerjanya begitu saja, menghampiri Nadira."Iya, tapi Maya. Gue rasa lo pikir-pikir lagi deh. Gue curiga soalnya." Otak Nadira yang penuh dengan kecurigaan itu tidak mungkin bisa berpikir positif bila sudah berurusan dengan pelakor centil itu. Jangankan membeli saham Syaila seperti sekarang, perempuan ganjen itu tersenyum saja sepertinya Nadira akan mencurigainya."Maya? Kok dia tau?""Poinnya bukan disitu, ye monyet. Bapak dia kaya, koneksinya bukan cuma orang hukum doang kali. Gimana sih! Poinnya tuh, si Maya kan yang udah rebut laki lo. Gimana kalo ternyata ntu pelakor disuruh Azka, terus perusahaan lo di monopoli Azka lagi?" Gemas Nadira hampir saja menempeleng kepala Syaila yang lama sekali mencerna apa yang Nadira berusaha sampaikan.Hening, kemungkinan itu bisa saja terjadi. Tapi situasi ini benar-benar menyulitkan Syaila. Bila ia menolak dan menunggu l

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-26
  • Bucin berujung Sengsara   Rela itu tidak ada

    Tepat pukul sembilan pagi Syaila merelakan sang ayah dengan meminta kepada dokter agar alat bantu pernapasan sang ayah dilepas, dan itu berarti Syaila harus melapangkan hatinya bahwa kini ayah tercintanya telah meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya."Jangan menyesali keputusan kamu sendiri, Nak. Ayah kamu sudah tenang di sana, dia udah beristirahat tanpa kekhawatirannya lagi." Heri memeluk putrinya dengan erat.Tengah malam, setelah perseteruan antara Syaila dan Heri terjadi, Syaila tercenung cukup lama. Ia mendapatkan teguran dari mamanya juga Geino. Ia baru sadar, ucapannya sungguh tidak pantas. Ia tahu betul Heri sangatlah setia walaupun jika pria itu mau, Heri sudah dari dulu pergi meninggalkan keluarga Praja, memilih pekerjaan yang lebih menjanjikan alih-alih hanya sebagai penasihat bisnis Praja saja. Potensinya sangat besar, Syaila paling mengerti.Namun, kala itu emosi Syaila tidak terkendali. Ia terbawa suasana sehingga mengatakan hal yang seharusnya tidak ia katakan. Sema

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-02
  • Bucin berujung Sengsara   Sebuah Harapan

    "Gila! Maya? Lo bener-bener udah gila si!""Jalan satu-satunya. Gue enggak mungkin minta tolong Batara, enggak enak. Lagian gue sama dia belum seakrab itu.""Emang lo sama Maya akrab?" Mata Nadira sampai melotot tidak habis pikir dengan keputusan yang diambil bosnya itu.Nadira tahu, perusahaan ini memang milik keluarga Syaila, dia berhak atas keputusan apapun untuk kemajuan perusahaannya. Tapi, Nadira hanya menyayangkan dan bagaimana bisa Syaila mempercayai Maya yang notabene nya perempuan perebut suaminya sendiri?"Untuk saat ini gue enggak ada jalan keluar selain menerima ini. Gue yakin Azka enggak akan kaya dulu. Dia baik, gue kenal dia. Dan gue harus manfaatin ini semua dengan baik."****Hari demi hari Syaila lalui dengan ambisi baru. Setelah kehilangan ayahnya, ia harus bekerja lebih giat dari sebelumnya. Geino sudah masuk smp dan setiap pagi Syaila akan mengantarkan anak itu ke sekolah. Mamanya sudah membaik setelah mendapatkan penangan dokter dan kini sedang menjalani pengoba

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-08
  • Bucin berujung Sengsara   Canggung

    Geino sudah menentukan pilihan komputer mana yang harus ia bawa pulang. Dan seharunya Syaila dan Geino juga pulang seperti perjanjian awal, tidak boleh ada yang belok ke sana-ke sini.Rencana keduanya gagal karena Batara mengajak mereka makan malam lebih dulu. Tidak enak untuk menolak, sebab Batara sudah membantu Geino untuk memilih komputer yang anak itu inginkan.Restoran Jepang yang dipilih Batara. Entah tahu dari mana pria itu, tapi makanan Jepang adalah Favorit Geino. Tentu saja anak itu tidak bisa menolak."Om kemana aja? Kok aku jarang liat om?" Geino angkat bicara. Meski mulutnya penuh dengan kuah sup miso."Ada. Kamu gimana sekolahnya. Om akhir-akhir ini lagi sibuk. Kapan-kapan deh om main ke rumah. Boleh?"Ditanya begitu, Geino menggulirkan matanya ke arah sang mama. Meminta persetujuan."Kamu kan katanya lagi sibuk sekolah. Jangan kebanyakan main."Batara tersenyum simpul. "Masih belum terbuka," gumamnya."Sibuk apa memang sekarang Geino?" tanya Batara lagi mengurangi keca

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-08
  • Bucin berujung Sengsara   Balasan telak

    Seperti yang sudah dikatakan Nadira tadi pagi, Maya benar-benar datang sembari menjinjing sebuah paper bag besar. Syaila pikir mungkin wanita lebih muda darinya itu membawa banyak undangan.Awalnya Syaila tidak memiliki minat sedikit pun untuk datang ke kantin, setelah mengetahui kehadiran Maya. Tapi karena di luar hujan, ia jadi tidak bisa pergi untuk mencari makan sendiri. Terpaksa, ia harus ke kantin untuk mengisi perutnya."Selamat siang semuanya!" Perempuan muda itu berujar dengan senyum merekah. Mungkin Syaila tahu, mengapa Azka sampai bisa jatuh cinta dengan Maya. Lebih muda, lebih cantik, memiliki karir cermerlang bahkan di usia dia yang masih muda."Males banget liat muka plakor. Enggak selera gue makan." Tahu-tahu Nadira sudah duduk di samping Syaila. Membawa dua piring ayam teriyaki."Yaudah si, biarin aja," acuh Syaila. Menggeser satu piring ke hadapannya."Rabu depan saya akan mengadakan acara pertunangan. Saya harap kalian datang." Maya berjalan melewati satu demi satu m

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-15
  • Bucin berujung Sengsara   It's you

    Langit malam memang selalu menenangkan. Untuk pikiran yang keruh, untuk ia yang lebih nyaman dengan kesepian. Syaila sengaja pulang malam dengan alasan banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan.Cahaya bintang yang menyala membuat wanita itu tersenyum dari balik jendala mobil yang ia buka setengah."Gue benci kalau matahari terbit lebih awal dari dugaan gue. Gue juga enggak suka kalau dia pergi lebih cepat saat kerjaan gue belum kelar. Tapi liat langit setenang ini, rasanya udah buat gue ngerasa cukup ngerti. Yang indah, enggak harus sesuai sama yang gue harepin."Gumamannya mengudara. Selaras dengan syahdunya angin malam yang menyapa lembut permukaan kulit putih Syaila.Baru bibirnya kering mengatakan hal itu, tiba-tiba mobilnya berhenti membuat tubuhnya sedikit menubruk stir."Aduh!" erangnya. "Kenapa nih?" Wanita itu segera turun. Memastikan ada apa dengan mobilnya. Beberapa kali ia menstater untuk memastikan. "Mogok? Yah ... Emang paling bener dari tadi gue tuh misuh-misuh. Perse

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-15
  • Bucin berujung Sengsara   Bocah!

    Selama mereka berdua makan tidak ada yang berinisiatif membuka pembicaraan. Syaila yang masih sedikit tercengang mendapatkan perlakuan-perlakuan manis dari Batara, sementara Batara terlalu bingung untuk bagaimana cara memulai pembicaraan."Wah! ada Mba Syaila sama Pak Batara." Entah muncul dari mana. Makhluk yang sebisa mungkin Syaila hindari berdiri di harapannya-lagi.Batara melihat dengan jelas, bagaimana perubahan raut wajah Syaila. Tapi ia juga tidak bisa mengusir mereka hanya karena ingin menjaga kenyamanan Syaila. Walau bagaikan pun mereka adalah rekan bisnisnya."Wah, kalian dekat juga, yah?" ucap Maya. Tangannya sengaja menggandeng Azka romantis.Tatapan muak Syaila ia perlihatkan. Namun kemudian Batara yang menyahut, "Iya, kami sudah dekat lama."Maya terkekeh. "Tuh, Mas. Mba Syaila udah punya gandengan. Jadi kamu enggak usah khawatir Mba Syaila bakalan sendirian dan ganggu kita."Kepala Syaila sudah mendidih. Bahkan saat tadi siang bertemu dengan Maya, saat pertama kalinya

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-15

Bab terbaru

  • Bucin berujung Sengsara   Selesai

    "Akhirnya sahabat jomblo gue dari lahir nikah juga hahaha."Nadira melengos sembari berdecak sebal. Ucapan itu sudah puluhan kali Syaila lontarkan bahkan ketika ia bercerita dirinya menerima lamaran Ferdi. Wanita yang kini tengah hamil tua itu tidak berhenti meledek Nadira. "Lu diem deh kalo gak mau anak lo nanti mirip gue," ujar Nadira yang langsung direspon gelak tawa Ferdi. "Jangan dong sayang, biar anak kita aja nanti yang mirip mamanya."Benar, memang hanya Ferdi yang dapat menaklukkan ke bar-bar-an mulut Nadira, hanya dengan ucapan sederhana barusan perempuan itu sudah tersipu malu. "Najis banget mukanya merah. Dahlah gue mau makan dulu. Selamat ya, gue doain Ferdi diberi kesabaran punya istri kaya lo." Syaila memeluk sahabatnya itu meski sedikit kesusahan karena perutnya yang besar. "Makasih ya, Sya. Lu jaga kesehatan juga. Jagain keponakan gue awas aja kalo kenapa-napa gue geplak pala lo." Nadira memberi peringatan. Keduanya kemudian terkekeh, Ferdi dan Batara yang menya

  • Bucin berujung Sengsara   Karma tidak akan salah berlabuh

    Suara tangis bayi cantik berpipi gembul berhasil membuat panik sang ibu. Bayi berusia lima bulan itu nampaknya kepanasan terus berada di dalam mobil selama perjalanan yang lumayan jauh. Maka, sang ibu dengan sigap mengambil botol susu di dalam kantong stok asi. Mobil berhenti bersamaan dengan tangis bayi perempuan itu yang juga mereda. Terlelap di gendongan sang ibu dengan nyaman. "Kamu mau ikut masuk?" Terlihat pria jangkung yang sedari tadi mengemudikan mobil melongok ke jok belakang, untuk menjawab pertanyaan sang istri, "Kamu duluan aja, aku cari parkir dulu. Di sini panas kasian Kanaya," tuturnya yang diangguki istrinya. Wanita itu kemudian keluar dari mobil, menatap bagunan yang mungkin lebih cocok disebut neraka dunia bagi sebagian orang. Ia menatap putri kecil di dalam gendongannya sebelum ia melangkah masuk ke dalam bangunan itu. Tatapan sendu seperti seorang ibu yang akan meninggalkan putrinya untuk waktu yang sangat lama. Lantas ia masuk tanpa ragu lagi. Seolah, putri k

  • Bucin berujung Sengsara   Berita Gembira

    Setelah siang itu Batara bercerita tentang keinginannya yang aneh-aneh, satu jam setelahnya Batara mengajak Syaila makan pecel lele di pinggir jalan. Namun sialnya sore itu hujan deras dan mereka berdua berakhir basah kuyup saat mencari makanan itu, niatnya mereka ingin menghabiskan waktu bersama. Syaila berakhir sakit dan itu yang membuat Batara sekarang sangat merasa bersalah. "Maaf ya gara-gara kamu nemenin aku cari pecel lele kamu jadi sakit kaya gini." Batara benar-benar merasa bersalah. Sampai tidak mau menatap istrinya. "Aku cuma masuk angin sayang. Minum obat juga bakal sembuh." Syaila mengusak rambut Batara. "Kamu muntah-muntah tadi. Kita ke rumah sakit aja ya sekarang? Aku takut kamu kenapa-napa." "Aku gak apa-apa," sanggah Syaila. Ia akui perutnya sekarang memang terasa dikocok. Ia juga tidak nafsu makan sama sekali. Lidahnya terasa pahit dan makanan apapun yang berusaha ia masukkan ke dalam mulutnya selalu mendapat kan penolakan. Ia berkahir muntahan-muntah. Tubuhnya t

  • Bucin berujung Sengsara   Tiba-tiba Kangen

    Tiga bulan sudah berlalu Syaila dan Batara mengarungi bahtera rumah tangga. Seperti kata orang-orang pernikahan tidak ada yang mulus tanpa dibumbui pertengkaran. Syaila sering mengomel seperti istri-istri pada umumnya mana kala Batara lupa menaruh handuk di atas ranjang. Atau perdebatan yang mungkin nampak sepele jika dipikirkan. Tapi beruntung nya Batara adalah orang yang sabar dan lapang mengakui kesalahanannya. Selama tiga bulan hidup dalam atap yang sama Syaila menemukan banyak kejutan dari Batara. Batara yang ternyata begitu manja melebihi anak-anak. Dia bahkan tidak malu menangis jika dirinya tidak sengaja membentak Syaila. Meski begitu, Batara adalah sosok ayah sambung yang baik untuk Geino dan menantu yang berbakti untuk mamanya. Syaila tidak henti-hentinya bersyukur telah dipertemukan dengan pria seperti Batara. "Sayang Geino katanya dikasih tugas buat hewan dari tanah liat. Besok dikumpulnya."Syaila menoleh ke sumber suara, serum wajah yang hendak ia oleskan di wajahnya

  • Bucin berujung Sengsara   Hadeuhhh

    "Tumben kamu jam segini udah bisa diajak jalan? Kerjaan kamu udah selesai?""Udah, aku mau quality time sama suami aku yang ganteng ini."Satu bulan sudah berlalu. Mereka hidup bahagia sebagai sepasang suami istri. Siang disibukkan dengan pekerjaan, dan jika sudah di rumah keduanya sebisa mungkin tidak membawa atau mengerjakan pekerjaan kantor di rumah. Itu sudah menjadi kesepakatan mereka. Sore ini Batara mendapat kabar jika istrinya bisa pulang lebih cepat dan mengajaknya untuk jalan-jalan. Hitung-hitung mengenang masa pendekatan mereka dulu. Batara sih setiap hari memang sibuk, tapi ia lebih santai dari Syaila. Pria itu bisa dengan mudah mengatur jadwalnya berbeda dengan Syaila. Keduanya sudah sampai di sebuah mall ternama di ibu kota. Bergandengan tangan, melihat-lihat store pakaian branded, memilah restoran yang keduanya inginkan. "Mau beli baju?" tawar Batara. Syaila menggeleng. "Baju aku masih banyak yang belum dipake." Baik, Syaila memang berbeda dari kebanyakan perempuan

  • Bucin berujung Sengsara   Pasutri Baru

    Waktu berjalan lebih cepat jika kita berada di antara orang-orang yang kita sayangi. Begitu pun sebaliknya. Tapi Syaila tidak pernah menyangka akan secepat ini. Entah ada kata apalagi yang bisa ia ucapkan selain bahagia. Ratusan orang yang datang ke acara resepsi pernikahan nampak ikut bahagia. Pun dengan mamanya dan Geino yang tersenyum mana kala ia dan Batara akhirnya sah menjadi sepasang suami istri.Dekorasi megah yang ternyata sudah Batara siapkan begitu memesona ditambah undangan tamu yang tidak ada henti-hentinya."Udah aku bilang jangan banyak-banyak ngundang tamu. Ini tangan aku udah mau putus rasanya," bisik Syaila di tengah sibuknya menyambut para tamu yang datang. "Aku cuma undang temen-temen kantor. Itu kolega keluarga-keluargaku. Mana bisa aku batalin." Batara meringis.Keduanya menghela napas panjang. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain terus tersenyum dan menyambut tamu dengan senyum hangat. Meski rasanya pasangan pengantin baru itu sudah ingin cepat-cepat mere

  • Bucin berujung Sengsara   Cerita kepada bulan yang malu-malu

    Ibu kota malam ini terasa lebih tenang. Cahaya lampu yang terpantul sinar rembulan membiaskan cahaya warna-warni memanjakan mata. Entah, sudah berapa lama Syaila tidak datang ke tempat ini. Semasa kuliah semester awal ia sering datang kemari. Hanya menyaksikan gemelapnya ibu kota atau hanya sekedar menikmati segelas kopi panas.Dulu ia manusia paling naif perihal hubungan timbal-balik antar manusia. Percaya bahwa kebaikan akan dibalas kebaikan, pun sebaliknya. Tapi Tuhan sepertinya ingin menunjukan hal lain kepadanya, bahwa jangan berharap selain pada-NYA. Tidak butuh bertemu ribuan orang untuk ia membuktikannya. Orang yang ia amat percaya akhirnya mengkhianati kepercayaannya dengan hal yang bahkan tidak pernah ia duga-duga. Pengorbanan yang selama ini ia lakukan terasa sia-sia hanya karena kekurangan yang mungkin dia harapkan ada pada Syaila.Namun beruntung sejak ia akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti kuliah karena hamil hingga ia berpisah dengan Azka ia tidak lagi kemari, jik

  • Bucin berujung Sengsara   Menyambutmu kembali

    Seperti halnya hujan, kita tidak bisa mencegah air yang turun itu untuk tidak membuat kita kedinginan. Kita tidak bisa bernegosiasi agar hujan jangan dulu turun sebelum payung kita siap. Begitu pula yang terjadi dengan Syaila dan Batara. Hampir pukul satu malam keduanya sibuk mengasihani dirinya sendiri. Memandang isi gedung yang seharusnya menjadi saksi bisu kisah cinta mereka bersatu. Kini, dekorasi yang sudah dirangkai sedemikian rupa harus terpaksa dilucuti sebab pasangan lain akan menggunakan gedung ini. Seharusnya pagi tadi adalah acara pernikahan keduanya, dan malam ini seharusnya mereka sudah menjadi pasangan suami istri. Tapi sekali lagi, manusia hanya bisa berencana. "Kamu udah ngantuk belum? Udah malem, kita pulang aja ya?" Tidak bisa dibohongi, jelas Batara juga merasa sedih atas gagalnya pernikahan mereka. Tapi mau dikata apa? Semuanya telah terjadi. Syaila menghela napas panjang. "Rasanya kalau aku bilang ini tidak adil, aku akan dicap sebagai manusia yang gak bersyuku

  • Bucin berujung Sengsara   Boleh ikut menjaga kalian?

    Persidangan pertama dibuka dengan hakim yang menanyakan alasan mengapa Azka tiba-tiba menggugat hak asuh anak padahal sebelumnya mereka sudah sepakat bahwa hak asuh anak diberikan kepada Syaila. Pengacara Azka menjelaskan alasannya. Seperti yang Azka sebelumnya bilang, perihal Syaila yang memiliki kekasih yang trampemental. Ia juga bilang bahwa ia memiliki buktinya. Sebab itu Azka khawatir jika anaknya yang diasuh Syaila akan mendapatkan dampaknya juga. Tidak hanya pihak Azka yang dimintai penjelasan. Syaila juga diberi kesempatan untuk menyanggah. Sama seperti Azka, Syaila menyerahkan semuanya kepada kuasa hukumnya. Kuasa hukum Syaila menceritakan semuanya. Dan perihal apa yang dikatakan Azka hanya sebuah kesalahpahaman. Juga Syaila yang sudah tidak menjalin hubungan lagi dengan Batara. Sidang berjalan lancar. Azka nampak tidak memiliki argumen lagi setelah kuasa hukum Syaila membeberkan semuanya. Dan tanpa sepengetahuan semua orang yang ada dipersidangan, pria yang memakai topi

DMCA.com Protection Status