Wajah Dimas seketika ikut memerah. Jantungnya berdegup kencang, entah apa yang merasukinya saat ini yang jelas gejolak hatinya terasa tidak biasa.
“Hey, Naomi, bukankah situasi ini cukup berbahaya untukmu?” ujar Dimas dengan suara beratnya. Pandangannya masih terpaku pada Naomi seolah tersihir oleh pesona wanita yang kini berada di bawah badannya itu. Desir hasrat kecil dalam lubuk hati Dimas menuntun anggota tubuhnya untuk bergerak di luar kendali otaknya. Dimas membelai wajah Naomi yang terasa hangat kemudian perlahan mendekatkan wajahnya pada wajah Naomi. Dengan kendali hasrat bibir Dimas semakin mendekat hendak mengecup bibir merah muda Naomi. Ketika kedua bibir dua insan itu hampir bersentuhan tiba-tiba Dimas terdiam dan langsung bangkit. Dimas mengusap wajahnya yang memanas. “Ini tidak benar,” gumam Dimas memaki dirinya sendiri.“Seharusnya kamu biarkan aku memaki mereka malam kemarin,” celetu“Haruskah aku mempercayainya?” batin Naomi.Naomi menggeleng cepat membuang jauh-jauh pikirannya dan kembali menyadarkan dirinya bahwa rencana Dimas adalah perbuatan yang salah. Naomi tidak boleh termakan bujukan pria itu.“Kamu ga perlu ambil keputusan sekarang.” Lagi-lagi Dimas berkata seolah dia bisa membaca pikiran Naomi. “Ayo aku antar pulang.”Dimas menarik lengan Naomi dan keluar dari kamar itu bersama. Berbeda dengan sebelumnya kali ini Naomi tidak banyak memberontak atau pun menolak. Dia menurut saja, lagi pula Naomi juga tidak memiliki energi untuk berdebat.“Terima kasih sudah mengantar—.”“Dimas, Naomi?!” seru Pandu memotong ucapan Naomi.Naomi sontak membeku, jantungnya hampir melompat keluar karena tidak menduga sama sekali kalau Pandu sudah pulang ke rumah.Pandu menatap Naomi dan Dimas bergantian penuh selidik, kecurigaan jelas sekali terpancar dari bola
“Apa Dimas orang yang seperti itu? Kenapa juga aku harus peduli?” batin Naomi.Pandu mendekati Naomi dan mulai membelainya. Hasrat Pandu bahka tidak merasa puas walau sudah menghabiskan dua malam dengan Maya. Menjijikkan. Sekarang ia berharap Naomi mau bermain dengannya.Naomi tanpa ragu segera menepiskan tangan Pandu dari wajahnya. Sentuhan pPandu hanya mengingatkan Naomi bagaimana suaminya itu mencumbu Maya.“Kamu mau sarapan apa?” tanya Naomi mengalihkan pembicaraan seraya berjalan menuju dapur.“Aku sih apa saja. Tapi mamaku mau ke sini....”“Apa?!” tanpa sadar Naomi meninggikan suaranya dan membuat Pandu terheran-heran.“Loh reaksi kamu kok gitu? Kemarin Mama juga datang kan dia membantumu membersihkan rumah.”“Apa maksudmu? Aku yang membersihkan dan merapikan semuanya dia hanya datang lalu....” Naomi menghentikan ucapannya ia terlalu lepas kendali pagi ini.
Naomi menatap Pandu dengan dingin. “Aku sedang bicara dengan mamamu bisakah kamu berhenti untuk ikut campur?” lawan Naomi tak gentar.“Dia mamaku—.”“Tapi aku yang punya masalah dengannya! Kamu bahkan tidak tau apa-apa,” sela Naomi dengan seluruh amarahnya yang meletup-letup.Tentu saja sikap Naomi membuat harga diri dan ego Pandu terluka dan membuat situasi semakin keruh. Ditengah-tengah perdebatan Naomi dengan Pandu, Kamila dalam hati tertawa puas karena lagi-lagi berhasil membuat mereka berdebat.“KAU! APA—.” Belum sempat Pandu meluapkan kekesalannya, Kamila sudah siap dengan sandiwara lainnya. Wajahnya berubah sedih dan dengan kelembutan yang palsu ia berusaha melerai Pandu.“Sudahlah Nak, tidak perlu ribut, mungkin Mama memang salah karena memiliki teman seperti itu. Tapi sungguh Naomi Mama tidak pernah memintanya melakukan hal seperti itu. Kalau kamu tetap tidak percaya kamu bo
Dimas mengulas senyum kemudian dengan sengaja menarik Naomi ke dalam dekapannya.“Apa kamu yakin tidak akan menyesalinya? Kamu tau aku tidak akan berhenti setelah kamu menyetujuinya.”Wajah Naomi memerah, jujur ia tersentak atas tindakan Dimas yang tiba-tiba. Namun Naomi tidak ingin terbawa suasana. Naomi juga belum sepenuhnya percaya pada Dimas.“Kamu cerewet, sudahlah ayo kita ke vilamu sekarang aku kedinginan.” Naomi mendorong tubuh Dimas kemudian berlalu pergi ke arah mobilnya yang terparkir di tepi jalan.Mereka berdua pun pergi menuju vila milik Dimas yang jaraknya hanya beberapa menit saja. Vila itu bergaya minimalis namun ukurannya sangat besar bahkan terdapat halaman besar yang mengarah langsung ke lautan.Beberapa saat kemudian Naomi yang telah selesai membasuh diri keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan kaos polos berwarna putih yang kebesaran. Kaus itu menjuntai bahkan sampai menutupi pahan
Dimas menuangkan wine ke dalam gelas Naomi dan miliknya. Namun belum sempat mereka menikmatinya tiba-tiba saja seseorang datang. Mengetuk pintu dengan kasar sekali.“DIMAS!!!”Dimas dan Naomi sontak terdiam dan saling beradu pandang. Mereka berdua tahu betul suara milik siapa itu.“Maya!” Dimas melompat dari tempat duduknya dan langsung menarik Naomi menuju ruangan lain di vila itu. “Kamu harus bersembunyi Nom.”“Mobilku bagaimana? Dia pasti tau....”“Mobilmu kan di garasi—."“Bisa saja dia ke garasi,” sela Naomi.Dimas bergeming untuk sesaat. Sepertinya ia punya ide untuk itu. “Sudahlah biar aku yang urus, kamu bersembunyi saja dulu.”Dimas berlalu pergi menuju garasi sedangkan Maya sudah mengamuk di pintu depan karena Dimas tidak kunjung membukakan pintu untuknya. Sebenarnya suasana hati Maya sudah buruk sejak bangun tidur karena Dimas bersika
Wajah Naomi seketika memerah begitu mengamati Dimas dan Maya yang tengah bergumul di lantai satu. Buru-buru Naomi tutup pintu ruangan dengan hati-hati karena tidak mungkin ia harus menyaksikan pemandangan seperti itu.“Ahhh! Apa yang Dimas lakukan? Dia seharusnya cepat-cepat membawa Maya pergi tapi sekarang mereka malah mau berhubungan badan,” gerutu Naomi.Sedangkan di lantai bawah Dimas masih melakukan perlawanan agar bisa melarikan diri dari Maya. Ia tidak mau bergumul dengan wanita itu sekarang. Karena sudah tidak tahan Dimas pun akhirnya memaksa tubuhnya untuk bangkit dan membuat Maya hampir terguling.“CUKUP MAYA! Aku tidak mau, kamu ga ngerti bahasa manusia apa?” rutuk Dimas geram seraya menjauh dari Maya.Namun Maya tidak peduli, ia malah terkekeh seraya menatap Dimas dengan tatapan genitnya berharap suaminya itu akan tergoda. Sayang sekali Dimas sudah mati rasa walaupun Maya masih belum mengetahuinya.Hingga Maya me
Di dalam ruang ganti Naomi masih kelimpungan mencari tempat bersembunyi lain terlebih setelah mendengar ucapan Maya. Untuk sesaat Naomi menyesali keputusannya memilih ruang ganti ini karena setelah dipikir-pikir Maya pasti akan langsung menjajal ruang ganti karena merupakan satu-satunya ruangan lain dalam kamar tempat Naomi bersembunyi. “Aku harus bersembunyi di mana lagi Ya Tuhan?! Tidak ada tempat lain?!!” batin Naomi panik. Langkah Maya semakin dekat menuju ruangan ganti, tidak butuh waktu lama untuk wanita itu tiba tepat di depan ruangan ganti dan bersiap untuk membukanya. Dimas yang masih meringis karena luka terbuka akibat gigitan Maya ditangannya tanpa pikir panjang langsung melumat bibir Maya sebelum wanita itu menggeser pintu ruangan ganti. Gerakkan Maya terhenti, tetapi ia tidak lagi bisa hanyut dalam kenikmatan lumatan bibir suaminya. Pikirannya sedang tertuju pada prasangka buruknya. Maya pun mendorong tubuh Dimas agar pria itu menjau
Tubuh Naomi membeku seketika, antara terkejut dan merasa kalau Dimas begitu lancang karena memeluk tubuhnya begitu saja. Tapi entah mengapa Naomi merasakan sedikit kenyamanan menyeruak, menghangatkan hatinya. Saat Naomi hampir terlena ia segera melepaskan pelukan Dimas, tapi pelukan Dimas malah semakin erat melingkar di tubuh Naomi. “DIMAS LEPAS!” pekik Naomi. “Aku akan melepaskan pelukanku, tapi kamu harus berjanji satu hal.” Dahi Naomi berkerut, ia tidak dalam kondisi yang baik untuk menjanjikan suatu hal dengan pria itu dan untuk apa juga Naomi melakukannya? “Berhenti omong kosong dan lepaskan aku! Aku tidak mau melihatmu!”“Kau hendak bunuh diri kan siang tadi?”Deg!!!Tubuh Naomi kembali mematung, mulutnya yang bergetar karena amarah dan kesedihan mendadak tertutup rapat. Naomi tidak menduga bahwa Dimas akan menyadari niat hatinya yang bahkan Naomi sendiri tolak mentah-mentah. Untuk beberapa saat Naomi tidak mau mengakuinya, padahal seperti itulah niatnya. Naomi ha