“A –Apa?” Radhia terkejut sampai berdiri dari duduknya. “Perusahaan pailit?” pekiknya tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
“Hampir pailit, Nona muda.” Manajer keuangan mengoreksi Radhia.Radhia mendorong kursinya lebih jauh lalu berjalan memutari meja makan sambil menggigit kuku ibu jari.Ia pulang ke rumah dan membatalkan rencana bulan madunya dengan Aji karena ingin bersenang-senang dengan teman-temannya juga menghabiskan waktu di spa.Namun, ia malah mendapatkan kabar yang sangat mengejutkan. Perusahaan yang sudah orang tuanya rintis selama bertahun-tahun kini nyaris bangkrut jika tidak segera mendapatkan suntikan dana segar.“Sepertinya kali ini anda harus turun tangan sendiri, Nona. Anda harus bisa meyakinkan para investor dan dewan komisaris untuk memberikan tambahan dana, jika tidak Setiawan Grup akan benar-benar berakhir.” Setelah menjelaskan kondisi perusahaan, manajer keuangan pamit undur diri Radhia meraup wajahnya dengan kasar. Berkacak pinggang, berjalan mondar mandir di ruang makan. Sesekali hembusan nafas panjang terdengar keluar dari bibir wanita itu. "Berikan aku ide! Bagaimana caranya aku menyelamatkan perusahaan papa?" Radhia kembali duduk, menatap sepupu dan tante Kalina berharap mereka punya jawaban. "Sudah jelas, kan? Manajer itu mengatakan kalau kau harus bisa meyakinkan para investor juga dewan komisaris." Tante Kalina mencoba menenangkan Radhia yang sedang panik.Bagaimana tidak panik, jika Setiawan Grup sampai bangkrut, Radhia akan jatuh miskin. Ia tidak pernah menjadi orang miskin! Sejak lahir ia sudah hidup dengan fasilitas mewah dan orang yang siap mengerjakan apapun untuknya. Jika menginginkan sesuatu, Radhia tinggal tunjuk dan akan mendapatkan apa yang ia inginkan. “Bagaimana kalau kita menghubungi pengacara papa? Uang asuransi papa dan mama pasti cukup untuk membantu perusahaan, kan?” Radhia mengambil ponselnya, menghubungi orang yang diberikan kuasa oleh kedua mendiang orang tua Radhia untuk mengatur serah terima harta warisan.Dengan cepat Radhia menceritakan situasi yang sekarang sedang dihadapi kepada pengacara keluarga itu. “Maaf nona muda, anda belum bisa memiliki uang asuransi itu sebelum satu tahun pernikahan anda.” Suara dari ujung telepon membuat Radhia semakin kesal.Ia menutup teleponnya dengan kasar lalu memaki si pengacara. Kesal karena tidak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan."Aku bisa membantu kalian!"Semua orang menoleh ke sumber suara. Raffi yang berpakaian santai menarik kursi kosong yang ada di depan Radhia.Tante Kalina dan putranya tersenyum melihat kedatangan Raffi. Sepupu Radhia bahkan memukul-mukul meja seperti drum saking senangnya melihat sang penyelamat.“Aku pikir kau akan berbulan madu dengan suami mudamu?” candanya sambil terkekeh.Radhia cemberut menanggapi Raffi yang menyindirnya. Ia membuang wajahnya, malas melihat pria itu.“Jadi apa benar kau mau membantu kami?” tanya tante Kalina antusias.“Tentu saja! Sebagai awal aku akan memberikan dua miliar. Tapi dengan satu syarat.” Raffi tersenyum licik. Sudut bibirnya terangkat, yakin ini bisa membuat ayahnya tidak menyukai Aji.Radhia yang tadinya membuang muka, kini menatap kekasihnya itu. Keningnya berkerut, penasaran dengan syarat yang Raffi minta.“Jadi apa yang kau inginkan, Nak Raffi?” Radhia menarik kursi, mendekatkan tubuhnya ke meja agar bisa mendengarkan Raffi dengan lebih baik.“Syaratnya, suamimu sendiri yang harus memintanya kepadaku. Memohon padaku bahkan rela menyerahkan mu demi uang itu. Bagaimana?”Rahang Radhia terjatuh heran dengan permintaan kekasihnya itu. Tidak sempat bertanya, Raffi sudah berteriak memanggil Aji seperti memanggil pelayan."Kenapa kau lama sekali, Anak Kampung?" Suara bentakan Raffi yang merendahkan menyambut Aji. Pria kaya itu dengan cepat menceritakan keadaan Radhia tetapi melihat wajah bingung Aji, Raffi menggaruk kepalanya kesal. "Ngapain juga aku menceritakan ini semua. Anak kampung sepertimu mana mengerti soal bisnis," ejek Raffi lagi. "Intinya, lakukan saja seperti yang aku minta!" Raffi menegaskan, mencoba untuk bersabar. Aji diam tidak langsung memberi jawaban. Ia memikirkan setiap kata yang Raffi ucapkan lalu menimbang jawabannya.Pria muda itu menggeleng. "Tidak! Aku tidak mau! Memohon supaya kamu memberikan bantuan uang bisa aku lakukan, tetapi menukar nona Radhia dengan uang itu, tidak bisa!" tolak Aji tegas. Ia dengan berani membalas tatapan Raffi. "Kau! Berani menolak perintahku?!" Raffi menggebrak meja tidak suka mendengar jawaban Aji.Radhia memutari meja makan, mendatangi suaminya dan menarik Aji menjauh."Apa yang kau lakukan, hah? Perusahaan keluargaku nyaris bangkrut! Apa sulitnya melakukan apa yang Raffi minta?" Radhia berkata dengan mata melotot, kesal karena pemuda kampung ini terus saja membuatnya kesal."Maaf nona, saya tidak bisa.Radhia menggeram kesal, tangan yang mengepal kencang sedang giginya bergemeretak menahan diri agar tidak mengamuk kepada Aji."Kenapa? Kenapa tidak bisa? Apa susahnya?!" tanya Radhia gemas. Rasanya ingin menjambak rambut bergelombang Aji yang kali ini disisir rapi ke belakang dan menggunakan pomade hingga wajah tampan suaminya terlihat jelas."Karena Nona adalah istri saya." Aji menyahut tegas."Saya tidak akan menukar istri saya dengan uang. Itu sama saja saya mempermalukan nona dan juga menjual harga diri saya sebagai laki-laki."Ha-ha-haTawa Raffi mengisi pendengaran Aji "Harga diri? Memangnya berapa nilai harga dirimu, hum? Aku akan membayarnya sebanyak yang kau mau!" Raffi mengeluarkan dompet mengeluarkan seluruh uangnya lalu melemparkan lembaran uang 100 ribu itu ke wajah Aji."Kurang? Jangan khawatir, akh masih punya banyak! Kau tinggal sebut berapa yang kau inginkan!" Raffi berteriak, menggelegar membuat Radhia dan tante Kalina terkejut.Tangan Aji mengepal kuat menahan amarah merasa begitu terhina dengan perlakuan Raffi. Iya menatap Rafi tajam tidak peduli lagi kalau yang ada di depannya saat ini adalah saudara se-ayah dengannya."Kau hanya anak kampung tapi begitu sombong dengan harga diri. Memangnya apa yang kau bisa lakukan untuk Radhia? Kau itu hanya suami tidak berguna! Memangnya kau bisa berbuat apa untuk membantu Radhia, hah?!" Raffi dengan tanpa perasaan terus menghina Aji di depan Radhia dan keluarganya.Telinga Aji semakin panas mendengar kata-kata kasar yang keluar dari mulut Raffi."CUKUP!!" ia berteriak menghentikan ocehan pria kaya raya itu."Saya yang akan membantu nona Radhia. Saya akan menyiapkan uang dua miliar untuk membantu perusahaan nona."Ucapan Aji disambut tawa oleh Raffi, Radhia san juga tante Kalina. Tidak ada satupun dari mereka yang percaya jika Aji mampu menyediakan uang sebanyak itu."Kau tahu uang dua miliar sebanyak apa? Aku bahkan ragu kau pernah melihat uang lebih dari satu juta." Raffi tak pernah puas mengejek Aji. Setiap kata yang keluar dari mulutnya selalu menghina Aji Tawa Raffi berhenti, kini wajahnya berubah serius. "Baik aku beri kau waktu tiga hari. Jika kau gagal, kau harus berlutut di kakiku dan memohon agar aku memberikan uang itu dan menyerahkan Radhia kepadaku. Bagaimana?" tantang Raffi.Jadi apa Aji akan berhasil mendapatkan uang dua miliar?"Tuan muda saya akan tiba 15 menit lagi di rumah nona Radhia. Anda ingin menemui saya di luar atau saya harus menjemput tuan di dalam?" Suara Bella terdengar dari ujung ponsel.Aji berlari menjauh dari Radhia untuk menjawab telepon dari Bella agar wanita itu tidak tahu jika ia dan tuan Wisnu berhubungan.Aji menoleh melihat sekitar, memastikan tidak ada orang yang mendengarkan pembicaraannya."U —untuk apa nona Bella datang kemari?" tanya Aji berbisik. "Menjemput anda untuk tes DNA. Semuanya sudah siap, hari ini juga dokter siap mengambil sampel DNA anda."Aji terkesiap, ia melupakan rencana untuk melakukan tes DNA dengan tuan Wisnu Hutama. "Biar saya saja yang menemui nona Bella di luar. Jangan ada orang yang tahu nona Bella menjemput saya di sini." Permintaan Aji adalah perintah untuk Bella wanita itu langsung menyetujui tanpa banyak bertanya.Di dalam rumah Aji berpikir keras mencari alasan untuk bisa keluar dan menemui Bella. Ia ingin memastikan apa tuan Wisnu benar ayahnya atau
"98% cocok!" Tuan Wisnu langsung memeluk Aji yang duduk di sebelahnya ketika dokter membacakan hasil dari tes DNA mereka. 98 persen cocok, berarti sudah bisa dipastikan kalau kedua pria ini adalah ayah dan anak.Jika tuan Wisnu sangat gembira bisa menemukan putranya yang telah hilang, Aji tidak tahu harus bagaimana ia merespon.Seumur hidup ia membenci ayahnya yang membuat Aji selalu diejek sebagai anak haram. Tetapi sebagai seorang anak ia ingin tahu rasanya memiliki seorang ayah.“Kau tidak senang?” tanya tuan Wisnu. Ia mengurai pelukannya dan melihat wajah datar Aji.“Entahlah, Tuan. Saya benci ayah karena meninggalkan saya dan juga ibu. Membuat saya diejek oleh semua orang. Tanpa ayah saya tidak punya sosok laki-laki yang harus saya contoh.”Tuan Wisnu menunduk lesu, merasa bersalah karena sudah membuat Aji harus melewati masa-masa sulitnya sendirian.Dokter meninggalkan ruang, memberikan waktu kepada ayah dan anak yang baru bertemu itu untuk saling berbincang.Tentu saja ia tid
"Ini gaun rancangan khusus!" Radhia mengambil gaun itu dari tangan satpamnya. Ia mengangkat gaun itu tinggi, memperhatikan dengan seksama dress hitam itu. Radhia semakin terkejut ketika yakin itu dress yang sama persis seperti miliknya. "Ba —bagaimana kau bisa mendapatkan ini?" Radhia tidak percaya Aji bisa mengganti gaunnya dengan gaun yang sama persis. Aji hening sesaat, memandang gaun yang ada di tangan Radhia kemudian ia teringat Bella jika mengambil gaun itu dalam perjalanan ke rumah sakit.Sekarang ia tahu, Pasti Bella yang mengirimkan gaun itu."Oh… aku tahu! Kau pasti mencuri gaun ini kan?" Radhia menuduh Aji tanpa perasaan. Aji menggeleng cepat, membantah tuduhan Radhia. "Ti — tidak, Nona! Saya tidak pernah mencuri!" "Mana mungkin kau bisa mendapatkan uang 20 juta, hah?! Untuk membeli kuota saja, kau minta padaku!" pekik Radhia dengan mata melotot. Raffi mendengus, mengejek Aji yang tidak berguna sama sekali. "Lalu apa yang ada di tas itu?" Radhia menunjuk tas berukur
"Jangan melakukan hal konyol yang bisa merusak nama baik Hutama!" ujar Wisnu sinis kepada Raffi yang masih menatapnya heran.Bukan hanya Raffi, Aji juga heran dan terkejut melihat Tuan Wisnu sampai datang ke kantor polisi untuk membantunya. Pria baru paruh baya itu menjelaskan dan memberikan bukti yang sangat meyakinkan jika Aji menarik uang secara legal di bank milik Hutama Grup.Lagi-lagi Wisnu membuat Raffi dan Aji peperangan saat pria itu menunjukkan rekening koran atas nama Aji dengan jumlah uang miliaran di dalamnya.Setelah mendengarkan keterangan dari Wisnu dan juga melihat bukti yang ada polisi akhirnya membebaskan Aji. "Maafkan kelakuan Raffi. Bella akan mengantarkan kalian pulang." Wisnu menunjuk Radhia. "Lain kali, jangan terlalu dekat dengan Raffi atau anda bisa membuat orang salah sangka terhadap hubungan kalian," pesannya kepada Radhia ketika wanita itu melewatinya.Aji pamit undur diri setelah mengucapkan terima kasih, mengikuti Bella yang membawanya serta Radhia na
“Untuk apa anak haram ini ada di sini?” Irene menatap Aji penuh kebencian. Ia sampai bergeser menjauh tidak mau duduk dekat dengan Aji.“Dia mengantar saya, Tan” Radhia bergabung dengan Irene duduk di sofa yang ada di ruang kerja direktur utama.Ruang kerja yang jarang sekali ia datangi.“Tante heran, kenapa kamu mau menikah sama anak yang gak jelas asal usulnya ini. Entah siapa ayahnya. Jangan-jangan ibunya dulu sering dipakai dengan banyak lelaki.” Irene bergidik, menatap Aji dengan jijik.“Tante jangan sembarangan!” Aji meninggikan suaranya tidak terima dengan ucapan wanita sosialita yang ada di depannya. "Ibu saya tidak seperti itu!" sambung Aji lagi. Irene mendengus tidak percaya dengan ucapan Aji barusan. Salah satu sudutnya terangkat. "Jangan naif! Kalau memang ibumu tahu siapa lelaki yang menghamilinya, dia pasti sudah meminta pertanggungjawaban. Tapi coba lihat, dia lari dan menghilang!" Jantung Aji rasanya diremas? mendengar ucapan Irene yang menghina ibunya. Walau ia be
“Kau itu hanya suami kontrak! Jangan mencampuri urusanku!” Radhia membuang wajahnya, enggan melihat Aji yang menerobos masuk ke dalam ruang kerjanya.Aji membuang nafas pelan. Ia lalu mendekati Radhia dan duduk di sofa kosong di sebelah istrinya.“Tapi saya tetap suami, Nona! Wong, saya aja belum pecah duren, ini malah mau hamil sama orang lain!" seru Aji tidak terima. Radhia menggeleng sambil memijat pelipisnya pusing dengan ocehan Aji. Ia kemudian memutuskan untuk pergi, bersiap untuk menghadiri peresmian hotel baru milik Hutama Grup.“Sampai jumpa nanti malam, Tan. Aku mau shopping dulu. Mendengar ocehan anak kampung ini, aku jadi pusing.” Radhia mengambil tas tangannya lalu keluar ruangan bersamaan dengan Irene. Mereka berpisah di tempat parkir. Setelah saling mencium pipi kanan dan kiri sebagai tanda perpisahan, Radhia masuk ke dalam mobil.Sama seperti tadi, ia duduk di bangku belakang, sedang Aji duduk di belakang kemudi seperti supir“Saya sudah kayak supir beneran ya, Nona.
"Ini sudah dibayar?" Radhia melotot tidak percaya saat assisten shoppernya datang hendak mengemas perhiasan yang ia beli. "Benar, Nona Radhia." Kotak bludru ditutup lalu kotak perhiasan itu dimasukkan ke dalam paper bag. Pelayan menyerahkan nota pembayarannya juga paper bag yang berisi perhiasan Radhia. Raffi dan Irene tidak bisa dihubungi, Radhia sangat yakin bukan mereka yang membayar perhiasan ini. Tante Kalina tidak akan punya uang sebanyak ini, jadi bisa dipastikan bukan tantenya itu yang membayar semua perhiasan ini."Siapa yang membayar perhiasanku?" tanya Radhia penasaran. Ia senang bukan kepalang mendapatkan perhiasan yang ia inginkan tetapi juga penasaran siapa yang mengeluarkan 200 juta untuknya. "Katanya suami, Nona." Mulut Radhia terbuka lebar, terkejut. "Su —suami," tanyanya meyakinkan kalau ia tidak salah dengar. Pelayan mengarahkan tangan, menunjuk Aji yang menunggu Radhia di luar toko. Pria itu Melambaikan tangan saat menyadari Radhia sedang melihatnya. Senyum
"Apa yang kau lakukan di sini?" Radhia mendelik melihat suaminya yang baru saja melewati red carpet. Dengan bentuk tubuh atletisnya, Aji tampil sempurna dengan tuxedo buatan khusus yang hanya ada beberapa di dunia. Jas hitam tiga stel dengan benang emas yang menghiasi bagian depannya. Celananya pun dibuat istimewa dengan aksen benang emas di bagian samping. "Saya diundang, ya saya datang." Aji tersenyum. Merapikan jas mahal pemberian Bella. Dalam perjalanan kembali ke rumah Radhia, Bella meneleponnya. Wanita itu dan tuan Wisnu sudah menunggunya di hotel yang sama dengan Radhia. Agar tidak ada yang melihat, Aji masuk lewat pintu karyawan di basement. Bella yang sudah menunggunya mempermudah Aji bisa masuk ke hotel bintang lima milik Hutama Grup. "Pa, papa juga ada di sini?" Aji menyalimi tuan Wisnu. Wisnu menjelaskan tujuannya membawa Aji ke hotel ini. Ia meminta Aji bersiap. Tentu saja Wisnu sudah menyiapkan segalanya untuk putranya itu. Aji hanya tinggal mandi dan mengganti p