"Ini gaun rancangan khusus!" Radhia mengambil gaun itu dari tangan satpamnya. Ia mengangkat gaun itu tinggi, memperhatikan dengan seksama dress hitam itu. Radhia semakin terkejut ketika yakin itu dress yang sama persis seperti miliknya. "Ba —bagaimana kau bisa mendapatkan ini?" Radhia tidak percaya Aji bisa mengganti gaunnya dengan gaun yang sama persis. Aji hening sesaat, memandang gaun yang ada di tangan Radhia kemudian ia teringat Bella jika mengambil gaun itu dalam perjalanan ke rumah sakit.Sekarang ia tahu, Pasti Bella yang mengirimkan gaun itu."Oh… aku tahu! Kau pasti mencuri gaun ini kan?" Radhia menuduh Aji tanpa perasaan. Aji menggeleng cepat, membantah tuduhan Radhia. "Ti — tidak, Nona! Saya tidak pernah mencuri!" "Mana mungkin kau bisa mendapatkan uang 20 juta, hah?! Untuk membeli kuota saja, kau minta padaku!" pekik Radhia dengan mata melotot. Raffi mendengus, mengejek Aji yang tidak berguna sama sekali. "Lalu apa yang ada di tas itu?" Radhia menunjuk tas berukur
"Jangan melakukan hal konyol yang bisa merusak nama baik Hutama!" ujar Wisnu sinis kepada Raffi yang masih menatapnya heran.Bukan hanya Raffi, Aji juga heran dan terkejut melihat Tuan Wisnu sampai datang ke kantor polisi untuk membantunya. Pria baru paruh baya itu menjelaskan dan memberikan bukti yang sangat meyakinkan jika Aji menarik uang secara legal di bank milik Hutama Grup.Lagi-lagi Wisnu membuat Raffi dan Aji peperangan saat pria itu menunjukkan rekening koran atas nama Aji dengan jumlah uang miliaran di dalamnya.Setelah mendengarkan keterangan dari Wisnu dan juga melihat bukti yang ada polisi akhirnya membebaskan Aji. "Maafkan kelakuan Raffi. Bella akan mengantarkan kalian pulang." Wisnu menunjuk Radhia. "Lain kali, jangan terlalu dekat dengan Raffi atau anda bisa membuat orang salah sangka terhadap hubungan kalian," pesannya kepada Radhia ketika wanita itu melewatinya.Aji pamit undur diri setelah mengucapkan terima kasih, mengikuti Bella yang membawanya serta Radhia na
“Untuk apa anak haram ini ada di sini?” Irene menatap Aji penuh kebencian. Ia sampai bergeser menjauh tidak mau duduk dekat dengan Aji.“Dia mengantar saya, Tan” Radhia bergabung dengan Irene duduk di sofa yang ada di ruang kerja direktur utama.Ruang kerja yang jarang sekali ia datangi.“Tante heran, kenapa kamu mau menikah sama anak yang gak jelas asal usulnya ini. Entah siapa ayahnya. Jangan-jangan ibunya dulu sering dipakai dengan banyak lelaki.” Irene bergidik, menatap Aji dengan jijik.“Tante jangan sembarangan!” Aji meninggikan suaranya tidak terima dengan ucapan wanita sosialita yang ada di depannya. "Ibu saya tidak seperti itu!" sambung Aji lagi. Irene mendengus tidak percaya dengan ucapan Aji barusan. Salah satu sudutnya terangkat. "Jangan naif! Kalau memang ibumu tahu siapa lelaki yang menghamilinya, dia pasti sudah meminta pertanggungjawaban. Tapi coba lihat, dia lari dan menghilang!" Jantung Aji rasanya diremas? mendengar ucapan Irene yang menghina ibunya. Walau ia be
“Kau itu hanya suami kontrak! Jangan mencampuri urusanku!” Radhia membuang wajahnya, enggan melihat Aji yang menerobos masuk ke dalam ruang kerjanya.Aji membuang nafas pelan. Ia lalu mendekati Radhia dan duduk di sofa kosong di sebelah istrinya.“Tapi saya tetap suami, Nona! Wong, saya aja belum pecah duren, ini malah mau hamil sama orang lain!" seru Aji tidak terima. Radhia menggeleng sambil memijat pelipisnya pusing dengan ocehan Aji. Ia kemudian memutuskan untuk pergi, bersiap untuk menghadiri peresmian hotel baru milik Hutama Grup.“Sampai jumpa nanti malam, Tan. Aku mau shopping dulu. Mendengar ocehan anak kampung ini, aku jadi pusing.” Radhia mengambil tas tangannya lalu keluar ruangan bersamaan dengan Irene. Mereka berpisah di tempat parkir. Setelah saling mencium pipi kanan dan kiri sebagai tanda perpisahan, Radhia masuk ke dalam mobil.Sama seperti tadi, ia duduk di bangku belakang, sedang Aji duduk di belakang kemudi seperti supir“Saya sudah kayak supir beneran ya, Nona.
"Ini sudah dibayar?" Radhia melotot tidak percaya saat assisten shoppernya datang hendak mengemas perhiasan yang ia beli. "Benar, Nona Radhia." Kotak bludru ditutup lalu kotak perhiasan itu dimasukkan ke dalam paper bag. Pelayan menyerahkan nota pembayarannya juga paper bag yang berisi perhiasan Radhia. Raffi dan Irene tidak bisa dihubungi, Radhia sangat yakin bukan mereka yang membayar perhiasan ini. Tante Kalina tidak akan punya uang sebanyak ini, jadi bisa dipastikan bukan tantenya itu yang membayar semua perhiasan ini."Siapa yang membayar perhiasanku?" tanya Radhia penasaran. Ia senang bukan kepalang mendapatkan perhiasan yang ia inginkan tetapi juga penasaran siapa yang mengeluarkan 200 juta untuknya. "Katanya suami, Nona." Mulut Radhia terbuka lebar, terkejut. "Su —suami," tanyanya meyakinkan kalau ia tidak salah dengar. Pelayan mengarahkan tangan, menunjuk Aji yang menunggu Radhia di luar toko. Pria itu Melambaikan tangan saat menyadari Radhia sedang melihatnya. Senyum
"Apa yang kau lakukan di sini?" Radhia mendelik melihat suaminya yang baru saja melewati red carpet. Dengan bentuk tubuh atletisnya, Aji tampil sempurna dengan tuxedo buatan khusus yang hanya ada beberapa di dunia. Jas hitam tiga stel dengan benang emas yang menghiasi bagian depannya. Celananya pun dibuat istimewa dengan aksen benang emas di bagian samping. "Saya diundang, ya saya datang." Aji tersenyum. Merapikan jas mahal pemberian Bella. Dalam perjalanan kembali ke rumah Radhia, Bella meneleponnya. Wanita itu dan tuan Wisnu sudah menunggunya di hotel yang sama dengan Radhia. Agar tidak ada yang melihat, Aji masuk lewat pintu karyawan di basement. Bella yang sudah menunggunya mempermudah Aji bisa masuk ke hotel bintang lima milik Hutama Grup. "Pa, papa juga ada di sini?" Aji menyalimi tuan Wisnu. Wisnu menjelaskan tujuannya membawa Aji ke hotel ini. Ia meminta Aji bersiap. Tentu saja Wisnu sudah menyiapkan segalanya untuk putranya itu. Aji hanya tinggal mandi dan mengganti p
“Pernikahan kalian hanya pura-pura, kan?” tebakan Stella membuat Radhia terkejut sampai tersedak red wine yang sedang ia minum.“Aku tahu kau pasti hanya ingin harta Radhia. Atau…” Stella mempunyai jawaban lain.“Atau kau ini peliharaan Radhia? Dia, kan terkenal sebagai perawan tua.” Stella tertawa diikuti oleh kawan-kawannya yang lain.Radhia meremas gelas wine dengan kencang mendengar ejekan koleganya sampai gelas wine pecah.Aji pun sama kesalnya mendengar ucapan Stella. "Jangan sembarangan, Nona!" pekiknya lantang agar Stella menghentikan ucapan tidak bermutunya. "Baiklah. Kalau begitu buktikan!" tantangAji dan Radhia menoleh saling pandang. Yakin kalau suaminya tidak akan bisa membalas, Radhia berdiri lalu memalukan tangannya pada lengan Aji.Ia bergelayut manja memamerkan kemesraannya dengan Aji. "Kau juga datang saat pernikahan kami, kan? Itu sudah bukti yang cukup."Aji mengangguk setuju. Ia mengikuti sandiwara Radhia dengan memeluk pinggul wanita itu. Aji mencoba melakukann
“Fi, ayo! Please touch me!” Suara Radhia terdengar menggoda di telinga Raffi yang sudah setengah telanjang. Ia membuka celananya dengan tergesa-gesa dengan mata berkabut melihat Radhia yang sudah polos seperti bayi yang baru lahir.“Hei! Apa-apaan kalian!” Aji menarik tubuh Raffi yang sedang berdiri di sisi ranjang dengan keras sampai pria itu tersungkur ke lantai. Matanya terbelalak melihat keadaan istrinya yang polos tanpa busana. Untuk beberapa saat Aji mengagumi keindahan tubuh Radhia, namun menyadari ada Raffi di ruangan itu, Aji menarik selimut dan menutupi tubuh Radhia. “Gerah, tahu!” pekiknya sambil berusaha melepaskan selimut. Aji tidak menyerah, ia meraih tangan Radhia. Menguncinya dengan melilitkan selimut pada tubuh Radhia sampai Radhia kesulitan bergerak. Ia membiarkan Radhia sibuk berusaha melepaskan diri, sementara ia mengurus Raffi yang sudah berdiri dan sedang bersiap menyerangnya.“Kali ini kamu sudah keterlaluan!” Aji menyerang Raffi duluan. Tidak peduli apa yan