Beranda / Urban / Brondong Kampung Kaya Raya / Semalam Kami Begituan

Share

Semalam Kami Begituan

Penulis: BliDek
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Ajari aku menarik hati wanita.” Pertanyaan Aji membuat Bella yang sedang duduk berseberangan dengan pemuda itu mendongak, mengalihkan perhatiannya dari laptop.

Untuk beberapa detik, Bella memperhatikan Aji dan mencoba menerka kemana arah pembicaraan sang tuan muda.

“Untuk apa? Tuan muda sudah punya istri, tidak perlu lagi menarik perhatian wanita.” Bella kembali menatap layar laptopnya, namun memasang telinganya siap mendengarkan cerita sang tuan muda.

Aji menyingkirkan tablet yang ada di depannya. Tangannya naik ke meja lalu menumpukan dagu pada tangan yang ia kepalkan.

“Itu masalahnya! Saya dan nona Radhia tidak benar-benar menikah.” Aji menjelaskan dengan polos.

“Dan semalam kami begituan…,” jelas Aji sengaja menggantung bagian akhir.

Manik mata Aji dan Bellla kembali bertemu untuk beberapa detik ketika wanita itu kembali mendongak.

“Apa maksud tuan muda tidak benar-benar menikah? Begituan bagaimana?” Bella sampai memiringkan kepala meminta penjelasan Aji.

Aji akhirnya menceritak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
Aji kmu hrs ati2 dgn Stella d ajak makan mlm .bener kata mu bukan hanya mkn mlm aja tapi ada plus2 nya asal kmu jangan mau d ajak minum juga jangan mau d kasi minum apapun bisa d kasi obat perangsang kmu beli sendiri air mineral nya ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Stella - Wanita Agresif

    Aji datang ke restoran yang Stella tentukan dengan pakaian santai. Celana panjang bahan dipadu dengan kaos yang ia tutup dengan jas. Rambut ikalnya ia tata rapi dengan pomade. Wajahnya segar walau mandi seadanya di kantor. Restoran yang Stella pesan adalah fine-dining restoran yang berada di sebuah hotel bintang lima. Ia berdiri di depan pintu karena tidak diijinkan masuk oleh pelayan. "Maaf tuan, memakai sandal dilarang masuk." Mendengar itu, Aji menunduk melihat kakinya. Benar saja, ternyata ia menggunakan sandal. Kebiasaannya di kampung yang gemar memakai sandal terbawa sampai ke kota. Aji menelepon Stella memberitahu jika ia tidak bisa karena lupa memakai sepatu. Stella membuang nafas kasar tanpa menjawab. Wanita itu menutup teleponnya, tak lama setelah itu ia muncul di pintu masuk.Ia bicara pada pelayan yang menjaga pintu dan memasukkan beberapa lembar uang merah ke saku jas pelayan itu. Senyum setelah mengembang mengulurkan tangan, menyambut Aji yang sudah boleh masu

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Kau Pelayanku!

    "Aku puas sekali!" Stella memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Ia mendekati meja dan menandatangani proposal iklan yang Aji ajukan. "Ini proposalmu! Sekarang pergi dari sini!" Stella melemparkan map itu ke lantai dekat Aji berdiri. Aji sudah biasa dihina dan diejek. Tetapi apa yang ia alami malam ini membuatnya merasa benar-benar hina. Harga dirinya hancur tak tersisa. Dengan tangan gemetar, Aji mengambil proposal pengajuan iklannya. Sambil menahan amarah, Aji memakai kembali pakaiannya. Walaupun Aji juga merasakan nikmat, namun melakukannya dengan di bawah pengaruh obat tetap saja pemaksaan.Aji merasa seperti sedang menjual dirinya kepada Stella. Dengan menahan malu dan marah, Aji meninggalkan ruang makan privat. Ia bahkan belum menyentuh makanannya. Berjalan dengan cepat ke mobilnya, Aji menutup pintu dengan keras. Ia berteriak kencang sambil memukul stir dengan keras melampiaskan kemarahan yang sejak tadi ia pendam. Aji akhirnya agak tenang setelah cukup lama m

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Kehilangan Harga Diri dan Wibawa

    “Bantu Raffi ke kamar mandi!” Radhia berdiri di depan pintu dengan tangan bersedekap di depan dada.Rahang Aji terjatuh mendengar perintah tidak masuk akal istrinya. Ia masih berdiri di depan pintu, enggan masuk ke dalam kamar.“Tidak mau!” jawabnya tegas. “Cari saja perawat atau minta yang lain!” tolak Aji mentah-mentah.Ia tidak sudi melayani pria yang berani menyentuh istrinya.“Kau!” Radhia mengepalkan tangan geram karena Aji berani menentangnya. “Kalau sudah tidak ada urusan, aku mau tidur.” Aji meninggalkan Radhia, menutup telinga walau Radhia terus berteriak memanggilnya untuk kembali.Pagi-pagi sekali, tidur Aji sudah terganggu. Pak Al – kepala pelayan di rumah Setiawan menendang kaki Aji untuk membangunkan lelaki dari kampung itu.Aji berbalik, ia menarik sarungnya lebih tinggi sampai menutupi kepala. Ia berbalik membelakangi pintu, tidak ingin tidurnya terganggu. "Ayo bangun! Sudah waktunya kerja!" Pak Al kembali menendang kaki Aji tetapi kali ini lebih kencang dari sebelu

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Mencium Kaki Raffi

    “Hari ini aku akan membuatmu mencium kakiku!” ucap Raffi dengan sangat yakin dan kesombongan.Setelah masuk ke kamar mandi, ia mendorong Aji keluar dengan kasar sampai nyaris terjatuh.Rahang Aji terjatuh melihat Raffi bisa mandi sendiri. Ia mengira pria itu tidak berdaya, Aji baru sadar kalau Raffi sedang mengerjainya.Ia memilih menunggu di depan kamar, tidak mungkin ia menunggu Raffi mandi dan berganti pakaian. Ia masih waras dan lebih suka melon kembar daripada tongkat sakti! “Hai Anak Kampung, cepat masuk!” Raffi berteriak dari dalam kamar.Aji tidak langsung masuk, ia sengaja membiarkan Raffi menunggu dan kembali berteriak memanggilnya. Ia baru masuk setelah Raffi melempar sesuatu sampai mengenai pintu.“Ada apa?” jawab Aji malas.Raffi memerintahkan Aji untuk membawanya ke ruang makan. Ia akan sarapan bersama dengan Radhia dan keluarganya.“Bukannya kamu bisa jalan sendiri?” sahut Aji, ia enggan menjadi pelayan Raffi apalagi ia lihat sendiri Raffi bisa berjalan.“Jangan banyak

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Aku Anak Wisnu Hutama!

    "100 juta!" ucapan Raffi membuat para penagih hutang itu tertarik. "Aku akan memberikan uang 100 juta, jika kalian memberikan kami waktu tambahan sampai besok siang."Kedua penagih hutang itu saling pandang. Saling bertanya lewat gestur tubuh, haruskan mereka menerima tawaran Raffi. "Jangan coba membohongi kami! Hutang kalian saja tidak bisa kalian bayar, bagaimana mungkin kalian bisa memberikan kami 100 juta?""Mereka memang tidak bisa, tetapi aku bisa!" ujar Raffi dengan sangat yakin. Kedua penagih hutang itu memperhatikan Raffi dari atas sampai bawah. Melihat jam tangan yang Raffi kenakan, mereka akhirnya memutuskan untuk percaya. "Datang besok jam tiga sore. Aku akan bayarkan hutang mereka dan 100 juta untuk kalian."Kesepakatan tercapai! Kedua penagih hutang akhirnya pergi meninggalkan rumah Radhia. Raffi mengambil paksa ponsel Aji. Ia tidak ingin anak kampung ini meminta bantuan dari Bella apalagi papanya. "Waktumu sampai besok jam tiga sore!" Raffi menonaktifkan ponsel m

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Aji Kalah!

    “Untuk apa uang sebanyak itu?” Aji sedang menghadapi tatapan mata tajam Bella. Mereka sedang duduk di sebuah cafe. Wanita itu langsung menuju ke bank, begitu mendapatkan pemberitahuan penarikan dalam jumlah besar.Dengan membawa tas berukuran besar, Aji terpaksa ikut dengan Bella, dan disinilah ia sekarang, di sidang oleh orang kepercayaan papanya.“Kalau anda tidak mau mengatakannya, aku akan melaporkan ini kepada tuan Wisnu.” Aji mendelik mendengar ancaman Bella. Ia sudah mempersiapkan diri jika papa Wisnu, tetapi baru mendengar ancaman Bella saja sudah membuat Aji ciut.Ia menyerah, Aji dengan cepat menceritakan alasannya memerlukan uang sebanyak itu. Dengan gamblang ia bercerita mulai dari ia yang menangkap basah Raffi sedang bercinta dengan istrinya sampai tugas untuk melunasi tagihan tante Kalina.BRAGH!Bella menggebrak meja saking marahnya setelah mendengarkan cerita Raffi. “Kenapa tidak bercerai saja? Memangnya berapa uang pinalti yang harus dibayar, hah?!” Aji bisa mende

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Menikahi Wanita yang Lebih Tua

    "Kamu akan menikah sore ini! Sekarang bersiap, kita akan berangkat ke kota."Aji berdiri si tempatnya, ia masih mencerna ucapan sang nenek yang terdengar sepintas lalu karena wanita bicara sambil berjalan cepat masuk kamar.pNenek Aji keluar dari kamar membawa dua tas hitam kecil lalu masuk ke kamar Aji. Dengan sembarangan ia memasukkan pakaian cucu laki-lakinya itu. Tidak memilih mana pakaian yang masih pantas mana yang sudah tidak layak."Ni —nikah sama siapa, Uti?" tanya pria 23 tahun itu bingung. Memangnya dia harus menikah dengan siapa? Teman dekat saja dia tidak punya apalagi kekasih!"Gak usah banyak tanya! Anggap saja ini sebagai bayaran untuk merawat anak haram seperti koe!” Wanita tua itu menjawab dengan kasar. Ia melemparkan tas milik Aji ke lantai. Uti Warsih mengambil baju kemeja putih yang warna sudah agak kuning di lemari pakaian lalu meminta Aji untuk memakainya setelah mandi.Mendengar kata anak haram dan hutang budi membuat Aji tidak berkutik, Ia dengan terpaksa men

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Putra Wisnu Hutama

    “Kamu tidur di sofa!” Aji menerima bantal dan selimut pemberian Radhia.Aji menundukkan pandangannya tidak berani melihat sang istri karena saat ini Radhia sedang mengenakan gaun tidur tanpa lengan dengan potongan berleher rendah.Wanita itu berbalik, ia naik ke atas ranjang dan membungkus tubuhnya dengan selimut sampai pinggang. Melihat Radhia yang sudah nyaman di ranjangnya, Aji naik ke atas sofa. Membaringkan tubuhnya sambil memikirkan ucapan nona Bella – wanita yang tadi menyapanya di toko souvenir.Kepala Aji dipenuhi pertanyaan setelah percakapannya dengan nona Bella. Benarkan ia putra Wisnu Hutama yang telah lama hilang?Lelah memikirkan jawaban atas pertanyaan itu didukung keadaan kamar yang dingin, Aji akhirnya terlelap.Ia terperanjat kaget ketika kakinya dipukul oleh sesuatu. Ia yang sedang tidur nyenyak, sampai melompat duduk karena terkejut.“Iya, Uti! Aji bangun.” Aji mengucek mata, menguap lebar membuat Radhia mundur enggan terlalu dekat dengan pria itu.“Jorok!” Radhia

Bab terbaru

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Aji Kalah!

    “Untuk apa uang sebanyak itu?” Aji sedang menghadapi tatapan mata tajam Bella. Mereka sedang duduk di sebuah cafe. Wanita itu langsung menuju ke bank, begitu mendapatkan pemberitahuan penarikan dalam jumlah besar.Dengan membawa tas berukuran besar, Aji terpaksa ikut dengan Bella, dan disinilah ia sekarang, di sidang oleh orang kepercayaan papanya.“Kalau anda tidak mau mengatakannya, aku akan melaporkan ini kepada tuan Wisnu.” Aji mendelik mendengar ancaman Bella. Ia sudah mempersiapkan diri jika papa Wisnu, tetapi baru mendengar ancaman Bella saja sudah membuat Aji ciut.Ia menyerah, Aji dengan cepat menceritakan alasannya memerlukan uang sebanyak itu. Dengan gamblang ia bercerita mulai dari ia yang menangkap basah Raffi sedang bercinta dengan istrinya sampai tugas untuk melunasi tagihan tante Kalina.BRAGH!Bella menggebrak meja saking marahnya setelah mendengarkan cerita Raffi. “Kenapa tidak bercerai saja? Memangnya berapa uang pinalti yang harus dibayar, hah?!” Aji bisa mende

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Aku Anak Wisnu Hutama!

    "100 juta!" ucapan Raffi membuat para penagih hutang itu tertarik. "Aku akan memberikan uang 100 juta, jika kalian memberikan kami waktu tambahan sampai besok siang."Kedua penagih hutang itu saling pandang. Saling bertanya lewat gestur tubuh, haruskan mereka menerima tawaran Raffi. "Jangan coba membohongi kami! Hutang kalian saja tidak bisa kalian bayar, bagaimana mungkin kalian bisa memberikan kami 100 juta?""Mereka memang tidak bisa, tetapi aku bisa!" ujar Raffi dengan sangat yakin. Kedua penagih hutang itu memperhatikan Raffi dari atas sampai bawah. Melihat jam tangan yang Raffi kenakan, mereka akhirnya memutuskan untuk percaya. "Datang besok jam tiga sore. Aku akan bayarkan hutang mereka dan 100 juta untuk kalian."Kesepakatan tercapai! Kedua penagih hutang akhirnya pergi meninggalkan rumah Radhia. Raffi mengambil paksa ponsel Aji. Ia tidak ingin anak kampung ini meminta bantuan dari Bella apalagi papanya. "Waktumu sampai besok jam tiga sore!" Raffi menonaktifkan ponsel m

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Mencium Kaki Raffi

    “Hari ini aku akan membuatmu mencium kakiku!” ucap Raffi dengan sangat yakin dan kesombongan.Setelah masuk ke kamar mandi, ia mendorong Aji keluar dengan kasar sampai nyaris terjatuh.Rahang Aji terjatuh melihat Raffi bisa mandi sendiri. Ia mengira pria itu tidak berdaya, Aji baru sadar kalau Raffi sedang mengerjainya.Ia memilih menunggu di depan kamar, tidak mungkin ia menunggu Raffi mandi dan berganti pakaian. Ia masih waras dan lebih suka melon kembar daripada tongkat sakti! “Hai Anak Kampung, cepat masuk!” Raffi berteriak dari dalam kamar.Aji tidak langsung masuk, ia sengaja membiarkan Raffi menunggu dan kembali berteriak memanggilnya. Ia baru masuk setelah Raffi melempar sesuatu sampai mengenai pintu.“Ada apa?” jawab Aji malas.Raffi memerintahkan Aji untuk membawanya ke ruang makan. Ia akan sarapan bersama dengan Radhia dan keluarganya.“Bukannya kamu bisa jalan sendiri?” sahut Aji, ia enggan menjadi pelayan Raffi apalagi ia lihat sendiri Raffi bisa berjalan.“Jangan banyak

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Kehilangan Harga Diri dan Wibawa

    “Bantu Raffi ke kamar mandi!” Radhia berdiri di depan pintu dengan tangan bersedekap di depan dada.Rahang Aji terjatuh mendengar perintah tidak masuk akal istrinya. Ia masih berdiri di depan pintu, enggan masuk ke dalam kamar.“Tidak mau!” jawabnya tegas. “Cari saja perawat atau minta yang lain!” tolak Aji mentah-mentah.Ia tidak sudi melayani pria yang berani menyentuh istrinya.“Kau!” Radhia mengepalkan tangan geram karena Aji berani menentangnya. “Kalau sudah tidak ada urusan, aku mau tidur.” Aji meninggalkan Radhia, menutup telinga walau Radhia terus berteriak memanggilnya untuk kembali.Pagi-pagi sekali, tidur Aji sudah terganggu. Pak Al – kepala pelayan di rumah Setiawan menendang kaki Aji untuk membangunkan lelaki dari kampung itu.Aji berbalik, ia menarik sarungnya lebih tinggi sampai menutupi kepala. Ia berbalik membelakangi pintu, tidak ingin tidurnya terganggu. "Ayo bangun! Sudah waktunya kerja!" Pak Al kembali menendang kaki Aji tetapi kali ini lebih kencang dari sebelu

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Kau Pelayanku!

    "Aku puas sekali!" Stella memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Ia mendekati meja dan menandatangani proposal iklan yang Aji ajukan. "Ini proposalmu! Sekarang pergi dari sini!" Stella melemparkan map itu ke lantai dekat Aji berdiri. Aji sudah biasa dihina dan diejek. Tetapi apa yang ia alami malam ini membuatnya merasa benar-benar hina. Harga dirinya hancur tak tersisa. Dengan tangan gemetar, Aji mengambil proposal pengajuan iklannya. Sambil menahan amarah, Aji memakai kembali pakaiannya. Walaupun Aji juga merasakan nikmat, namun melakukannya dengan di bawah pengaruh obat tetap saja pemaksaan.Aji merasa seperti sedang menjual dirinya kepada Stella. Dengan menahan malu dan marah, Aji meninggalkan ruang makan privat. Ia bahkan belum menyentuh makanannya. Berjalan dengan cepat ke mobilnya, Aji menutup pintu dengan keras. Ia berteriak kencang sambil memukul stir dengan keras melampiaskan kemarahan yang sejak tadi ia pendam. Aji akhirnya agak tenang setelah cukup lama m

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Stella - Wanita Agresif

    Aji datang ke restoran yang Stella tentukan dengan pakaian santai. Celana panjang bahan dipadu dengan kaos yang ia tutup dengan jas. Rambut ikalnya ia tata rapi dengan pomade. Wajahnya segar walau mandi seadanya di kantor. Restoran yang Stella pesan adalah fine-dining restoran yang berada di sebuah hotel bintang lima. Ia berdiri di depan pintu karena tidak diijinkan masuk oleh pelayan. "Maaf tuan, memakai sandal dilarang masuk." Mendengar itu, Aji menunduk melihat kakinya. Benar saja, ternyata ia menggunakan sandal. Kebiasaannya di kampung yang gemar memakai sandal terbawa sampai ke kota. Aji menelepon Stella memberitahu jika ia tidak bisa karena lupa memakai sepatu. Stella membuang nafas kasar tanpa menjawab. Wanita itu menutup teleponnya, tak lama setelah itu ia muncul di pintu masuk.Ia bicara pada pelayan yang menjaga pintu dan memasukkan beberapa lembar uang merah ke saku jas pelayan itu. Senyum setelah mengembang mengulurkan tangan, menyambut Aji yang sudah boleh masu

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Semalam Kami Begituan

    “Ajari aku menarik hati wanita.” Pertanyaan Aji membuat Bella yang sedang duduk berseberangan dengan pemuda itu mendongak, mengalihkan perhatiannya dari laptop.Untuk beberapa detik, Bella memperhatikan Aji dan mencoba menerka kemana arah pembicaraan sang tuan muda.“Untuk apa? Tuan muda sudah punya istri, tidak perlu lagi menarik perhatian wanita.” Bella kembali menatap layar laptopnya, namun memasang telinganya siap mendengarkan cerita sang tuan muda.Aji menyingkirkan tablet yang ada di depannya. Tangannya naik ke meja lalu menumpukan dagu pada tangan yang ia kepalkan.“Itu masalahnya! Saya dan nona Radhia tidak benar-benar menikah.” Aji menjelaskan dengan polos. “Dan semalam kami begituan…,” jelas Aji sengaja menggantung bagian akhir.Manik mata Aji dan Bellla kembali bertemu untuk beberapa detik ketika wanita itu kembali mendongak.“Apa maksud tuan muda tidak benar-benar menikah? Begituan bagaimana?” Bella sampai memiringkan kepala meminta penjelasan Aji.Aji akhirnya menceritak

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Malam Keberuntungan Aji

    “Fi, ayo! Please touch me!” Suara Radhia terdengar menggoda di telinga Raffi yang sudah setengah telanjang. Ia membuka celananya dengan tergesa-gesa dengan mata berkabut melihat Radhia yang sudah polos seperti bayi yang baru lahir.“Hei! Apa-apaan kalian!” Aji menarik tubuh Raffi yang sedang berdiri di sisi ranjang dengan keras sampai pria itu tersungkur ke lantai. Matanya terbelalak melihat keadaan istrinya yang polos tanpa busana. Untuk beberapa saat Aji mengagumi keindahan tubuh Radhia, namun menyadari ada Raffi di ruangan itu, Aji menarik selimut dan menutupi tubuh Radhia. “Gerah, tahu!” pekiknya sambil berusaha melepaskan selimut. Aji tidak menyerah, ia meraih tangan Radhia. Menguncinya dengan melilitkan selimut pada tubuh Radhia sampai Radhia kesulitan bergerak. Ia membiarkan Radhia sibuk berusaha melepaskan diri, sementara ia mengurus Raffi yang sudah berdiri dan sedang bersiap menyerangnya.“Kali ini kamu sudah keterlaluan!” Aji menyerang Raffi duluan. Tidak peduli apa yan

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Raffi Membawa Radhia Pergi

    “Pernikahan kalian hanya pura-pura, kan?” tebakan Stella membuat Radhia terkejut sampai tersedak red wine yang sedang ia minum.“Aku tahu kau pasti hanya ingin harta Radhia. Atau…” Stella mempunyai jawaban lain.“Atau kau ini peliharaan Radhia? Dia, kan terkenal sebagai perawan tua.” Stella tertawa diikuti oleh kawan-kawannya yang lain.Radhia meremas gelas wine dengan kencang mendengar ejekan koleganya sampai gelas wine pecah.Aji pun sama kesalnya mendengar ucapan Stella. "Jangan sembarangan, Nona!" pekiknya lantang agar Stella menghentikan ucapan tidak bermutunya. "Baiklah. Kalau begitu buktikan!" tantangAji dan Radhia menoleh saling pandang. Yakin kalau suaminya tidak akan bisa membalas, Radhia berdiri lalu memalukan tangannya pada lengan Aji.Ia bergelayut manja memamerkan kemesraannya dengan Aji. "Kau juga datang saat pernikahan kami, kan? Itu sudah bukti yang cukup."Aji mengangguk setuju. Ia mengikuti sandiwara Radhia dengan memeluk pinggul wanita itu. Aji mencoba melakukann

DMCA.com Protection Status