Kepulangan Andre masih meninggalkan tanda tanya di benak Yandi dan teman-temannya. Sikap Andre yang berubah menjadi sangat pendiam pun membuat mereka semakin penasaran dan saling bertanya satu sama lainnya. Namun mereka tak dapat menemukan jawaban atas pertanyaan mereka. “Andre kenapa, sih?” tanya Doni yang bingung dengan sikap Andre yang tiba-tiba menjadi pendiam dan memilih untuk meninggalkan rumah Reina lebih dulu.
“Kayaknya masalah biasa, deh,” jawab Andi menebak. Andi berpikir perubahan sikap Andre yang mendadak, diakibatkan masalah dalam keluarganya.
“Masa, sih? Gue kurang yakin.” Doni merasa ragu jika perubahan sikap Andre yang mendadak itu karena masalah keluarganya. Tak hanya Doni yang merasa ragu dengan tebakan Andi, Yandi, Rino dan Agus pun turut meragukan tebakan Andi. “Setuju. Gue juga gak yakin kalau itu karena masalah biasanya,” tambah Rino.
“Terus apa lagi kalau bukan masalah biasanya?”
Hari ini adalah hari pertama ujian tryout yang kedua. Di ujian kali ini maupun di ujian tryout yang pertama, Yandi selalu mengerjakan setiap butir soal dengan teliti hingga menyelesaikannya tepat sebelum waktu berakhir. Tetapi terkadang ia menyelesaikan setiap butir soal lebih cepat hingga tersisa begitu banyak waktu. Waktu yang tersisa pun selalu digunakannya untuk mengecek kembali setiap jawabannya. Ia tak ingin terdapat kesalahan dalam setiap jawabannya, karena dalam ujian kali ini ia harus menyelamatkan seseorang.Saat ujian berlangsung semua siswa mulai mengerjakan soal ujian dengan teliti hingga membuat suasana kelas menjadi sangat hening. Mata pelajaran yang diujikan hari ini adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Bagi sebagian siswa, mata pelajaran ini sangatlah muda. Namun bagi sebagian siswa mata pelajaran ini tak begitu mudah.Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang selalu diujikan di hari pertama saat ujian dilaksanakan. Saat mata
Hari telah berganti dan masa-masa putih abu-abu bagi para murid kelas XI pun akan segera berakhir. Kini para murid kelas XI harus semakin giat belajar untuk menghadapi ujian-ujian lain yang akan tiba.Hari-hari Yandi menjalani ujian, terasa begitu berat karena kedua orang tuanya. Namun, hari-harinya menjadi lebih indah saat ia bersama kelima temannya dan juga Reina. Semenjak tryout kedua dilaksanakan, Reina dan Yandi selalu pulang bersama. Walau keduanya hanya berjalan bersama hingga keluar dari pagar sekolah. Hal ini dikarenakan arah tujuan keduanya berbeda. Namun, kedua remaja ini tak pernah merencanakan hal itu. Mereka selalu saja bertemu secara tidak sengaja.Kedua remaja ini selalu penuh dengan tawa saat sedang bersama. Yandi yang sangat jarang tertawa pun sering kali tertawa saat bersama gadis itu. Saat berada di dekat Reina, Yandi selalu merasa nyaman dan tenang. Ia juga menjadi banyak bicara dan tertawa saat bersama gadis itu.“Gimana ujian t
Ada rasa yang begitu mendebarkan di hati Yandi. Rasa ini hampir mirip seperti saat ia pertama kali menjalin hubungan dengan Reina Vicasa. Namun kali ini ada yang sedikit berbeda dari rasa itu.Debaran kali ini membuat remaja itu merasa bahagia dan lebih bersemangat. Ia tak merasa gugup saat bersama gadis itu dan selalu merasa nyaman. Ditambah Reina Ananda yang selalu ada di sisinya saat susah maupun senang. Ia juga yang telah membuat Yandi dan kelima temannya kembali bersama lagi.Reina juga selalu memberikannya semangat dan memintanya untuk selalu berpikir positif. Meskipun ia tak pernah memberitahukan keadaannya yang sebenarnya. Namun Yandi merasa sangat senang.Ada banyak rasa terima kasih yang tak akan cukup jika disampaikannya hanya dengan perkataan saja. Yandi merasa sangat berterima kasih pada Reina yang selalu setia mendengarkannya dan membantunya. Padahal dulu ia pernah bersikap jahat padanya. Ia juga merasa sangat bersyukur dengan kehadiran gadis itu y
Malam ini kediaman Yandi tampak begitu ramai dan sangat sibuk. Bi Ami pun terlihat sangat sibuk berjalan ke sana kemari. Kesibukan ini membuat Yandi dan Yani merasa sangat kesal. Kedua kakak beradik itu berharap agar keramaian tersebut segera berakhir. Sayangnya acara arisan Yena baru saja dimulai.Keramaian malam itu diakibatkan rumah mereka dijadikan tempat arisan. Ditambah para tamu Yena terbilang cukup banyak. Ada sekitar 20-an ibu-ibu muda yang berkumpul di rumah mereka.Di saat Yani dan Yani merasa kesal karena kehadiran para tamu Yena. Justru Yeri merasa sangat antusias. Namun keantusiasannya segera berganti menjadi kekecewaan, karena Yena tak mengizinkannya menampak diri selama arisan mereka berlangsung.FlashbackYeri terlihat begitu penasaran saat asisten rumah tangga mereka mulai menyiapkan beberapa jenis kue kering dan basah, serta memasak beberapa hidangan mewah. Wanita itu juga terlihat sibuk menata ruang tamu dengan mewah.&ldq
“Yani, Yandi, Yeri.” Yena mulai meneriaki satu-persatu anak-anaknya setelah arisan berakhir. Ketiga anaknya pun mulai menuruni anak tangga menemuinya yang berada di ruang tamu.“Kalian bertiga duduk!” perintah Yena begitu ketiga anaknya tiba.“Kalian tadi kenapa, sih? Kalian gak ngerti tadi mama nyuruh apa? Mama suruh kalian tinggal, diam dan gak usah ribut di kamar, kan? Terus kenapa ribut?” tanya pada anak-anaknya.“Dan kamu, Yandi. Mama suruh kamu itu turun temuin tamu mama. Kenapa kamu malah tidur? Kamu gak ngerti atau sengaja?” tanya Yena kesal.“Aku ngerti, tapi aku sengaja. Ami malas ketemu mereka,” jawab Yandi santai.Amarah Yena langsung terpancing ketika mendengar jawaban Yandi. Wanita itu langsung saja meledak dan memarahi semua anaknya. Ia bahkan mengungkit-ungkit kesalahan mereka di masa lalu. “Sengaja? Kamu mau bikin mama malu? Kamu emang anak gak tahu diri, ya! Kalian
Luka akibat perkataan Yena hingga kini masih membekas di hati ketiga anaknya. Terlebih lagi si bungsu Yeri. Ia hanya menghabiskan waktunya untuk menangis semenjak kejadian itu.Sudah dua hari semenjak kejadian itu, Yeri hanya mengurung dirinya di kamar tanpa makan dan minum. Meskipun ia bertindak seperti itu, Yena tetap saja tak memedulikan putra bungsunya itu. Tak sedikit pun wanita itu menanyakan tentang keadaan putranya itu. Apakah ia baik-baik saja, atau ia dalam kondisi yang tak baik.Tak hanya Yena yang tak peduli pada Yeri yang masih mengurung diri di kamarnya. Yudi pun sama sekali tak memedulikan keadaan anak itu. Sepasang suami istri itu bertingkah seakan tak ada sesuatu yang terjadi, dan semuanya baik-baik saja. Padahal mereka mengetahui dengan pasti bahwa Yeri memiliki tubuh yang lemah.Hanya asisten rumah tangga dan kedua kakak remaja itu yang memedulikannya. Kedua kakak Yeri serta asisten rumah tangga mereka selalu berusaha menghib
Misi membujuk Yeri dimulai saat Reina dan Yandi tiba di kediaman Yandi. Setibanya di sana, rumah itu terlihat sangat sepi dan tak ada seorang pun yang menjawab panggilan Yandi.Ia mulai memanggil nama seluruh penghuni rumah, namun tak ada seorang pun yang menjawab. “Kayaknya lagi pada keluar semua. Cuma ada satpam di depan, aja.” Dalam rumah sepi itu, pastinya ada Yeri yang sedang mengurung dirinya di kamar.Yandi pun segera mengajak Reina naik ke lantai dua dan mengantarnya ke kamar Yeri. Setibanya di depan kamar Yeri, terdengar suara tangisan yang semakin redup. Tangisan itu pastinya milik Yeri yang sedang mengurung dirinya.Hati gadis itu tersentuh saat mendengar suara tangisan yang semakin lemah. Ia pun langsung mencoba membujuk dan menghibur remaja itu.Tok... tok...“Eh... hai... eh... boleh kenalan gak?” tanya Rein canggung.“Ngapain ajak kenalan?” tanya Yandi berbisik.“Stt
Sejuta pembahasan panjang sebelum membuat hidangan spesial untuk Yeri akhirnya mencapai penutup. Setelah saling meminta maaf atas hal-hal yang dianggap tak begitu baik. Kedua remaja itu pun segera menuju dapur setelah sempat berhenti di ruang makan untuk berbincang.Yandi selalu berada di samping gadis itu sambil menyiapkan segala alat dan bahan yang diperlukan Reina demi membuat hidangan untuk sang adik.Yandi mulai mengeluarkan bahan-bahan yang dibutuhkan dari lemari pendingin untuk membuat hidangan spesial untuk adiknya, mulai dari roti tawar, cokelat batangan dan keju. Serta menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan.Setelah tugasnya selesai, remaja pria itu benar-benar memusatkan seluruh perhatiannya pada Reina yang sibuk menyiapkan roti panggang untuk adiknya. Tak sedetik pun ia memalingkan pandangannya dari gadis yang sedang sibuk menyiapkan makanan sang adik.Terlukis sebuah senyuman di wajah Yandi kala memerhatikan Reina dengan tangan yang sibuk. Ada
Kehidupan adalah suatu anugerah dari Tuhan. Kehidupan juga merupakan rahasia. Dalam kehidupan ini tentunya banyak hal-hal yang terjadi di luar dugaan, yang terkadang menghasilkan tawa tetapi dapat juga menghasilkan air mata.Setiap detik, setiap menit dan setiap jam dalam kehidupan ini selalu dipenuhi rahasia. Sebagai manusia kita pastinya tak akan tahu apa yang bisa terjadi beberapa waktu ke depan. Terkadang apa yang kita duga memang terjadi, tetapi sering juga terjadi hal yang tak pernah kita duga.Setelah menjalani kehidupan tanpa kedua orang tuanya, kini Yandi bersama dua saudaranya tak pernah kehilangan senyum lagi. Mereka pun selalu menikmati waktu berkumpul di meja makan.Yani, Yandi dan Yeri selalu memiliki waktu untuk satu sama lain, meski mereka pun sibuk dengan pekerjaan atau pun pendidikan mereka. Suasana rumah Yandi yang dulunya terasa suram, kini terasa lebih cerah. Selalu ada tawa dan kebahagiaan. Tak hanya ada tangis melulu, atau tekanan melulu. Ketiga bersaudara itu
Kehidupan memang selalu diisi oleh berbagai hal. Kadang yang mengisi kehidupan adalah hal-hal yang sudah kita duga. Tapi terkadang juga diisi dengan hal-hal yang tak pernah diduga. Hari-hari Ami dan Vian kini dijalani dengan penuh air mata. Keduanya kini resmi memilih untuk tak berjalan bersama lagi. Ami dan Vian telah sepakat untuk menjalani kehidupan masing-masing. Namun mereka masih tetap mengurus Reina sebagai anak bersama-sama. Hanya saja, baik Vian maupun Ami saling membatasi diri. Setelah berhenti menjadi asisten rumah tangga Yandi dan keluarganya, kini Ami mulai membuka usaha kecil-kecil dari uang yang kerja kerasnya selama ini. Yani sendiri memberikan uang dalam jumlah yang cukup fantastis kepada Ami. Gasia itu memberikan Ami uang sebagai gaji terakhirnya dan juga sebagai ganti rugi atas perbuatan Yena. Uang yang diberikan Yani pada wanita itu adalah uang milik kedua orang tuanya. Ami kini telah membeli sebuah gerobak yang akan digunakannya untuk berjualan. Ia membeli gerob
Keputusan Ami untuk membiarkan Reina tetap berhubungan dengan Ayahnya adalah sebuah keputusan besar. Namun ia sadar, bahwa putrinya tak akan pernah bahagia jika ia terus melarangnya. Ia pun sadar bahwa Reina tak akan tinggal diam saja, jika ia terus melarangnya. Sehingga ia merasa apa pun larangan yang ia beri, itu tak akan membuat putrinya berhenti menemui ayahnya.Keputusan Ami untuk tetap membiarkan Vian berhubungan dengan putrinya lagi, membuat Vian merasa senang. Namun, di sisi lain ia pun merasa sedih. Saat memeluk Reina, Vian menyadari bahwa ia mengharapkan sesuatu yang lebih dari itu. Ia sebenarnya tak hanya ingin membuat Ami menghilangkan larangannya itu. Sebenarnya Vian dan Ami menginginkan hal yang sama. Jauh di dalam lubuk hati mereka, ada suatu keinginan yang tertahan sejak lama dan kini harus dikubur mereka sedalam-dalam.Tak hanya Ami, Vian pun sangat ingin rumah tangga mereka telah hancur dulu, bisa kembali lagi. Namun, itu semua susah tak mungkin lagi. Sejak Vian
“Reina! Keluar lo, gue belum selesai ngomong!” teriak Rein gigih. Meski Reina sudah meninggalkan, namun ia tak menyerah. Reina pun kembali menemuinya. “Ada apaan lagi?” tanya Reina.“Gue mau tahu, ya. Lo harus jauh-jauh dati papi gue!” ujar Rein sembari menunjuk Reina.Reina memutar bola matanya dan menggeleng pelan kepalanya. “Lo paham kata-kata gue tadi?!” tanya Reina geram. “Gue rasa udah jelas, ya. Jadi gak perlu ulangin lagi.”“Gak! Gue gak terima, gue gak mau dan gak sudi lo ngerrbut semua milik gue!” balas Reina.“Gue gak pernah rebut milik lo, ya! Mau Yandi atau pun papi, lo gue kan udah bilang, gue udah bilang kalau gue gak ngerebut mereka,” jelas Reina. “Lagian om Vian bukan cuma papi lo, doang! Jadi lo gak bisa ngelarang gue!” tegas Reina.“Gue gak mau hidup gue hancur karena lo!” teriak Rein.“Gue gak pernah ngehancurin hidup lo, ya! Harusnya gue yang marah-marah ke lo dan lo, karena mami itu udah hancurin hidup gue!” balas Reina. “Asal lo tahu, gara-gara mami lo, gue jad
Hidup Rein sebagai anak tunggal dan satu-satunya anak kesayangan Vian hancur begitu saja dalam waktu singkat. Hidupnya terasa begitu gelap semenjak mengetahui semua kebenaran tentang kedua orang tuanya.Sejak saat itu, Rein hanya mengurung dirinya di kamar. Ia bahkan tak makan maupun minum sama sekali. Kondisi tubuhnya pun semakin melemah.Suasana rumah itu pun menjadi sangat gelap. Semenjak semuanya terbongkar, tak ada lagi percakapan yang terjadi, selain pertengkaran Nia dan Vian.Nia terus saja meminta Vian untuk tak kembali kepada Ami. Sesekali ia juga memaksa Vian untuk tak menemui Reina. Namun Vian tetap menolak semua permintaan sang istri.Semua pertengkaran itu selalu saja didengar oleh Rein. Pertengkaran itu membuatnya tak ingin menginjakkan kakinya di tempat lain, selain kamarnya. Ia yang selalu berada di dalam kamarnya pun membuat Vian khawatir. Vian selalu mendatangi kamarnya, namun gadis itu selalu mengusir Vian. Hal yang sama pun terjadi pada Nia. Rein sangat marah besa
Suasana yang canggung kini telah pergi dan diganti dengan suasana sedih. Air mata Reina banjir malam itu. Gadis itu hanya bersandar pada Yandi dan terus meneteskan air matanya.Yandi tak tahan melihat Reina terus-terusan meneteskan air matanya. Ia berusaha memikirkan sebuah cara. Namun, ia pun tak bisa menemukan cara yang tepat.Permasalahan dalam keluarga adalah permasalahan yang sering dialaminya. Namun, ia bukanlah orang yang suka mencari jalan keluar. Ia adalah orang yang sering membantah dan melawan. Sehingga sulit baginya untuk membantu Reina menemukan jalan keluar untuk masalahnya.“Eh... sorry, sorry. Gue malah nangis gak jelas lagi,” ucap Reina segera menghapus air matanya. “Gak papa kali. Gak perlu minta. Gue malah senang kalau lo mau cerita,” ucap Yandi lembut.“Eh... tapi kayaknya lo gak bisa di sini lama-lama, deh. Soalnya ini udah mau jam sepuluh,” ucap Yandi merasa tak enak hati. Tanpa sadar mereka menghabiskan cukup banyak waktu dan kini waktu hampir menunjukkan pukul
Kaki Reina terus melangkah menjauhi rumahnya. Semakin lama, semakin jauh ia melangkah. Namun, gadis itu bahkan tak tahu ia harus terus melangkahkan kakinya ke mana. Reina terus berjalan tanpa henti. Tubuh serasa lesu. Tenaganya habis terkuras setelah banyak meneteskan air mata. Pikirannya pun menjadi sangat kacau.Tit.... Tit....“Ha?” Reina terkejut dengan suara klakson mobil yang begitu dekat dengannya. “Reina, lo—lo habis kenapa?” tanya Andi khawatir setelah melihat mata Reina yang sembab. “Gak papa, kok,” jawab Reina dengan suaranya yang serak.“Tuh... tuh... suara lo serak kayak gitu, masih aja bilang gak papa.” Perkataan Reina tak mencerminkan keadaannya yang terlihat jelas tak baik-baik saja. “Lagian lo mau ke mana, sih?” tanya Andi.“Gak tahu,” jawab Reina. Andi pun merasa aneh dengan jawaban gadis itu. Namun satu hal yang biasa ia pastikan, bahwa gadis itu sedang tidak baik-baik saja. “Ya udah. Kalau gitu, mendingan lo naik, deh. Entar gue antarin lo ke mana, aja,” ujar And
“Reina...” teriak Ami, namun putrinya tak menghiraukannyaHari ini seharusnya menjadi hari yang membahagiakan bagi Ami, karena hari ini ia bisa segara menjemput putrinya. Ia pun bisa kembali berkumpul bersama putrinya tanpa harus berpisah lagi. Hari ini, Ami sengaja berhenti dari pekerjaannya. Ia memilih berhenti agar ia bisa mengurus putrinya yang sedang sakit. Meski Yani dan Yeri tak setuju, namun mereka tak bisa menahan Ami. Mereka pun harus melepaskan Ami, agar ia bisa merawat putrinya. Selain itu, mereka saat ini mulai mengalami masalah keuangan. Melepaskan Ami di kondisi sekarang adalah salah satu pilihan untuk mengurangi pengeluaran. Semenjak kedua orang tua mereka berada di tahanan, pekerjaan mereka pun tak ada yang mengurusnya. Baik Yani maupun Yandi, keduanya sama-sama tak berminat melanjutkan pekerjaan orang tua mereka. Belum lagi, mereka harus membayar tagihan rumah sakit Yandi.Yani adalah satu-satunya anggota keluarga yang susah bekerja selain kedua orang tuanya. Yand
Semua teka-teki dari beribu pertanyaan di kepala Reina kini telah terpecahkan. Namun, ia tak menyangka jika semuanya sangat menyakitkan. Rasa sakit itu bukan hanya semata-mata karena kebohongan Ami. Semenjak mendengar pertengkaran Vian dan Nia, Reina sudah tahu bahwa selama ini Ami telah membohongi dirinya tentang ayahnya yang susah meninggal.Reina memang merasa kecewa dan sedih. Namun, setelah ia mendengar perdebatan bundanya dan Vian, ia merasa sangat sakit hati dengan sikap bundanya. Reina yang terlanjur sakit hati pun memilih untuk menjauh dari Vian dan Ami. Ia berlari sekuat mungkin menjauhi mereka, tanpa tahu ke mana ia harus terus berlari.Kaki Reina terus melangkah dan melangkah, dan tanpa sadar ia berlari menuju tempat yang tak asing. Ya, tempat itu adalah tempat yang sering dikunjunginya. Tanpa sadar, Reina terus melangkahkan kakinya menuju tempat pemakaman umum. Suatu tempat yang sering ia kunjungi, ketika ia merindukan sosok seorang ayah.“Ayah?” Tubuh Reina terasa lem