Home / Fantasi / Broken Vessel / Chapter 103

Share

Chapter 103

Author: V I L
last update Last Updated: 2021-11-29 12:02:11

Pria itu mengangkat kedua tangannya dan memegangi tudung hoodie yang menutupi kepalanya. Diturunkannya tudung itu sehingga rambutnya yang berwarna biru tua terlihat jelas.

Setelah itu, tangan kanannya menarik salah satu tali maskernya sehingga terlepas dan memperlihatkan mukanya dengan jelas. Pria berambut biru tua itu tersenyum, tetapi sorot matanya tampak kosong karena tidak dapat melihat apa pun di tempat tanpa cahaya ini.

Mataku melebar setelah melihat penampilannya dengan lebih jelas. Entah kenapa aku merasa familier dengan muka dan warna rambutnya. Warna rambutnya yang berwarna biru tua mirip seperti milik Kapten Giedrius dan muka itu ... rasanya aku pernah melihatnya entah dimana.

"Apa kamu lupa denganku? Yah, kita hanya pernah bertemu satu kali sebelumnya jadi wajar kalau kamu tidak ingat," tanyanya sambil mengangkat bahu.

Aku terdiam mendengar pernyataannya jika kami sudah pernah bertemu sebelumnya walau hanya sekali saja. 'Siapa dia? Kapan a

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Broken Vessel   Chapter 104

    Pria itu mengeluarkan sebuah benda berukuran kecil dari balik pakaian luarnya yang tebal. Benda itu menyerupai sebuah kelereng yang transparan seperti kaca. "Ini adalah kelereng kebenaran. Benda ini akan menyala merah kalau ada yang berbohong dan menyala hijau kalau jujur," jelasnya dengan nada seperti seorang salesman. "Kamu bisa menanyakan apa saja kepadaku dan aku akan menjawabnya sejujur-jujurnya. Dengan begitu, kamu akan percaya padaku, kan?" lanjutnya sambil tersenyum meyakinkan. Aku menutup mulutku dengan tangan kananku dan mempertimbangkan usulannya. Kuturunkan tanganku dan berkata, "Aku akan mengetesnya dulu, coba tanyakan dua pertanyaan padaku." Aku tidak dapat langsung mempercayainya begitu saja. Setidaknya aku harus memeriksa terlebih dahulu apakah benda itu benar-benar dapat membedakan kejujuran dan kebohongan. Dia menganggukkan kepalanya lalu membuka mulutnya untuk memberikan pertanyaan kepadaku. "Apa nama samaran yang sekarang k

    Last Updated : 2021-11-29
  • Broken Vessel   Chapter 105

    "Panggil saja aku Aquilo," jawabnya sambil memasukkan kembali benda bulat kecil itu ke balik mantelnya. Aku menganggukkan kepala mengerti. "Karena sepertinya perbincangan kita sudah berakhir, kita akan keluar dari sini," ujarku yang dibalas dengan dehamannya. Kujentikkan jariku, seketika tempat yang gelap gulita ini lenyap dan kini kami berada di gang sempit sebelumnya. Aku mengernyitkan mataku karena terangnya tempat ini. Mataku belum terbiasa dengan cahaya di jalanan sempit ini karena tadi cukup lama berada di tempat yang gelap gulita dan tanpa cahaya. Setelah mataku terbiasa, aku dapat melihat keadaan sekelilingku dengan jelas. Dua tas yang berisikan barang belanjaan tergeletak di samping kiri dan kananku. Untunglah tidak ada orang yang mengambilnya saat aku dan dia berada di dimensi kegelapanku. Aku mengambil kedua tas berbahan plastik yang tipis itu lalu menatap pria berambut biru tua yang berada beberapa meter di depanku. "Aku pergi dulu

    Last Updated : 2021-11-29
  • Broken Vessel   Chapter 106

    Dua minggu telah berlalu sejak aku sepakat untuk bekerja sama dengan Aquilo. Aku sedang duduk santai di sofa ruang keluarga sambil menonton televisi. Berkat hadiah dari kontes berburu yang kumenangkan beberapa bulan lalu, aku dapat hidup santai tanpa bekerja sama sekali. Uang itu cukup untuk menghidupiku selama kurang lebih 2 tahun. Siaran televisi yang kunonton sebagian besar membahas tentang keadaan wilayah utara. Terkadang berita tersebut juga membahas tentang keadaan wilayah selatan, timur, barat, dan bahkan keadaan negara lain. Anehnya, belakangan ini aku tidak mendengarkan ada berita dari Ibu Kota. Selama beberapa hari terakhir, sama sekali tidak ada siaran yang membahas tentang keadaan Ibu Kota. Aku mengangkat tangan kananku dan meletakkan jari jempol dan telunjukku pada bibirku. Kutatap layar kaca di depanku dan berpikir dengan serius. 'Aneh, padahal biasanya selalu ada berita tentang Kota Centralis, bahkan berita paling tidak berarti

    Last Updated : 2021-11-30
  • Broken Vessel   Chapter 107

    Orang yang menaiki tangga itu menampakkan dirinya. Orang itu merupakan seorang pria berambut biru tua yang mengenakan mantel abu-abu. Aku melebarkan mataku saat melihat sosok yang baru saja naik ke lantai 3 ini. Kusebut namanya dengan nada heran, "Aquilo?" Bola matanya yang berwarna perak langsung mengarah ke arahku begitu aku menyebut namanya. Dia tersenyum lebar dan mengangkat tangan kanannya. "Yo, Cae, kebetulan sekali kamu lagi di luar kamarmu saat aku mau bertemu denganmu," sapanya dengan nada sok bersahabat, padahal kami baru bertemu sebanyak dua kali. Aku bangkit berdiri dari sofa dan menatapnya dengan was-was. "Kamu stalker, ya? Untuk apa kamu datang ke sini?" tanyaku dengan curiga. Aku melipat tanganku di dada dan mencengkeram lenganku sendiri. 'Kebetulan macam apa ini? Dia muncul begitu saja saat aku sedang memikirkannya. Membuatku merinding saja.' Dia tertawa dengan nyaring. "Hahaha! Lucu sekali kamu! Begitu, ya, cara kamu m

    Last Updated : 2021-11-30
  • Broken Vessel   Chapter 108

    "Kamu benar juga ...," gumamku. Aku mengalihkan pandanganku ke arah televisi yang masih menyala. Alat elektronik itu menyiarkan berita tentang respons warga Kota Boreus terhadap kedatangan Layla dalam 3 hari mendatang. Aquilo yang berdiri di hadapanku dan membelakangi televisi itu membalikkan badannya dan ikut menonton berita itu. "Lihat, bahkan berita tentang kedatangan anggota Quattor itu sudah tersebar di TV," ujarnya sambil mengarahkan telapak tangan kirinya ke layar kaca itu. Berita itu menampakkan respons rakyat yang antusias saat mengetahui bahwa Layla, yang kini merupakan salah satu anggota Quattor akan datang ke kota ini. Orang-orang itu mengatakan bahwa mereka tidak sabar untuk menyambutnya dengan meriah. "Bodohnya mereka. Masa sih mereka sama sekali tidak merasa curiga?" cemooh Aquilo terhadap penduduk kota ini. Aku hanya hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa. 'Yah, Quattor terlihat benar di mata orang awam karena mereka adal

    Last Updated : 2021-11-30
  • Broken Vessel   Chapter 109

    Tibalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh penduduk Kota Boreus. Di balai kota, ribuan orang berkumpul di sana untuk menyambut kedatangan anggota Quattor yang tak lain adalah Layla. Aku dan Aquilo tidak ketinggalan untuk ikut meramaikan acara penyambutan ini. Aku tiba di balai kota sekitar 15 menit yang lalu dan sudah ada lebih dari 1.000 orang yang sudah berada di ruang terbuka ini lebih dulu daripada aku. 'Mereka benar-benar antusias untuk bertemu dengan Layla, ya? Jangan-jangan mereka sudah datang ke sini beberapa jam lebih dulu.' "Hei, ayo kita pindah tempat. Di sini terlalu menyesakkan," ajak Aquilo yang berdiri di samping kananku. Aku menganggukkan kepalaku dan berjalan mengikutinya untuk pergi keluar dari kerumunan manusia ini. Setelah kami berjalan cukup jauh, tibalah kami di tempat yang tak begitu dipenuhi oleh penduduk kota. Aquilo duduk di pinggir jalan dan menghela napas lega karena sudah terbebas dari kerumunan orang yang berdiri tak begitu ja

    Last Updated : 2021-11-30
  • Broken Vessel   Chapter 110

    Acara penyambutan kedatangan Layla dan rombongannya berjalan dengan lancar tanpa sedikit pun masalah. Saat ini, Layla sedang berpidato di tengah-tengah kerumunan penduduk Kota Boreus. Dia berpidato tentang nasionalisme dan patriotisme. Ribuan orang yang menghadiri acara ini menyimak pidatonya dengan tenang dan serius. Kulirik ke arah Aquilo yang berdiri di samping kiriku, dia mengangkat tangan kanannya dan menutup mulutnya yang terbuka dengan lebar dengan telapak tangannya. Dia menguap melepaskan kantuknya. Dia menutup mulutnya dan menurunkan tangannya setelah puas menarik napas dalam-dalam. "Panjang sekali dia berbicara. Kapan selesainya sih?" gumamnya sambil menghembuskan napas panjang. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku melihatnya yang terlihat mengantuk. 'Sepertinya di antara ribuan orang yang ada di sini, hanya dia seorang yang tidak tertarik mendengarkan pidato Layla.' Kupalingkan kepalaku ke arah Layla yang berdiri jauh di depan, di teng

    Last Updated : 2021-12-01
  • Broken Vessel   Chapter 111

    Langsung kutolehkan kepalaku ke arah Layla yang telah menghilang dari tengah-tengah lautan manusia ini. 'Dia menghilang?! Kemana dia pergi?!' Aku mengedarkan pandanganku untuk mencari dirinya yang lenyap dari kerumunan penduduk kota ini, tetapi usahaku sia-sia. Aku tidak dapat menemukan sosok yang kucari-cari. Tiba-tiba kurasakan seseorang memegang pergelangan tangan kiriku dari belakang. Sontak aku membalikkan badanku untuk melihat siapa yang memegang tanganku. Wanita berambut panjang yang bergelombang dan berwarna perak. Dia mengenakan gaun berwarna biru navy yang khas melambangkan bahwa dia bekerja di Istana Putih. Manik biru pucatnya menatap mataku dengan lekat. "Apa benar itu kamu, Trystan?" tanyanya kepadaku. "Layla?" Aku menyebut namanya dengan setengah kaget. Aku tidak menyangka dia akan muncul begitu saja dari belakangku. Terlebih lagi dia dapat mengenaliku walau aku sudah menggunakan cincin ilusi untuk mengubah penampilanku.

    Last Updated : 2021-12-01

Latest chapter

  • Broken Vessel   Chapter 151 (End)

    Ekspresi mukanya yang menahan kesakitan perlahan berubah menjadi lega karena akan segera terbebas dari siksaan api itu. "Terima kasih, Trystan ...," ucapnya berterima kasih kepadaku.Setetes air mata keluar dari mata kanannya lalu jatuh ke kobaran api di bawah dan lenyap tak bersisa. "Semoga di kehidupan selanjutnya ... kita tidak akan bermusuhan lagi." Layla mengucapkan kata-kata terakhirnya sebelum aku mengakhiri hidupnya di tempat dan saat ini juga.Kejadian itu terputar-putar di kepalaku puluhan, ratusan, bahkan ribuan kali terulang di dalam kepalaku. Ingatan itu masih menghantui pikiranku hingga hanya ingatan itu saja yang menjadi satu-satunya hal yang memenuhi pikiranku.Satu bulan telah berlalu sejak saat itu, aku dapat keluar dari alam bawah sadar Layla dan kembali ke dunia nyata dengan selamat, tanpa luka sedikit pun. Bagiku waktu 1 bulan itu terasa begitu lama seolah-olah terhenti.Aku berdiri di depan makam yang sederhana. Aku berjongkok di dep

  • Broken Vessel   Chapter 150

    "Kamu tidak percaya padaku? Aku janji aku benar-benar akan mengeluarkanmu dari sini kalau waktunya tiba," tanya Layla yang diikuti dengan mengucapkan janji yang tidak kuketahui apakah dia dapat memegang janjinya atau malah mengingkarinya.Saat aku hendak membalas perkataannya, tiba-tiba langit biru berawan yang ada di sekeliling kami berubah menjadi jingga. Langit itu berwarna jingga bukan karena senja telah tiba, melainkan karena kobaran api yang muncul di mana-mana.Tidak hanya langit di sekeliling kami saja yang dilahap oleh api, Layla yang berdiri di hadapanku ikut terbakar. "Kyaaa! Panas!!" Dia langsung menjerit kesakitan ketika kobaran api itu melahap dirinya. Kulihat kulit sekujur tubuhnya mengalami luka bakar yang parah."Sebenarnya apa yang terjadi?" gumamku yang keheranan. Aku tidak tahu kenapa situasi di alam bawah sadarnya mendadak berubah menjadi seperti neraka. 'Apa ini hukuman dari Dewa atas perbuatan-perbuatan Layla yang tidak manusiawi itu?'

  • Broken Vessel   Chapter 149

    "Sepertinya aku bisa menebak kenapa dulu kamu bilang begitu," ujarku sambil melepaskan pegangan tanganku dari pergelangan tangan Layla.Layla menarik tangan kanannya dan memegangi pergelangan tangannya yang memerah, padahal aku tidak sekuat itu memegang pergelangan tangannya hingga dapat semerah itu.Layla mengangkat kedua alisnya dan menantangku. "Kalau begitu, coba tebak kenapa dulu aku bilang begitu."Bibirku melengkung ke atas mendengar Layla menantangku seperti itu. Aku pun menimpali perkataannya dengan tebakanku yang kuyakin 100% benar."Dulu aku mencintaimu karena kamu mengendalikanku untuk jadi begitu, kan? Makanya semenjak aku sudah berhenti mempercayaimu, aku tidak lagi mempunyai perasaan suka padamu karena aku sudah terlepas dari kendalimu."Layla terdiam mendengar jawabanku. Dia tidak membantah tebakanku. Tampaknya apa yang kutebak itu tepat sasaran, makanya dia tidak dapat menyanggah perkataanku.Aku tersenyum sinis kepada Layla

  • Broken Vessel   Chapter 148

    Layla tersenyum mendengar pertanyaanku. Dia pun menjawab rasa heran dan penasaranku. "Sepertinya kamu lupa kalau kita bisa menggunakan kekuatan kita melewati batas yang seharusnya. Yah, yang pasti bakal ada efek sampingnya." Hampir saja aku lupa dengan hal itu, 'melewati batas', yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan 'Arte'-nya melewati batas tingkat absolutnya. Tentunya akan ada efek samping yang mengikuti setelah digunakannya kemampuan untuk melewati batas itu. Seperti saat aku menggunakan 'Arte'-ku untuk melenyapkan Kapten Giedrius yang tingkat absolutnya berada di atasku, energiku langsung terkuras banyak hingga hampir tidak bersisa. Menggunakan 'Arte' sampai melewati batas dengan berlebihan dapat memberikan efek samping yang fatal, bahkan dapat membuat penggunanya mati. Contohnya, Alcyone, anak perempuannya kakek Fero dan nenek Nevada. "Kenapa kamu sampai melewati batas kekuatanmu? Kamu tahu 'kan risikonya sebesar apa kalau kamu menggunakann

  • Broken Vessel   Chapter 147

    "Sekarang semua orang yang kamu kendalikan sudah mati, kali ini apa yang akan kamu lakukan?" tanyaku kepada Layla.Layla menyeringai mendengar pertanyaanku. "Semua orang katamu? Kamu salah, Trystan. Mereka bahkan belum mencapai seperempat dari total orang yang sudah kukendalikan," balasnya.Aku terdiam mendengar jika ratusan orang itu tidak sampai seperempat dari keseluruhan orang yang dikendalikannya. Itu berarti, ada ribuan orang yang telah dikendalikan olehnya.'Benar juga, penduduk kota Boreus saja jumlahnya lebih dari 5.000 orang. Jumlah orang yang sudah dikendalikannya lebih banyak dari yang kukira.'Layla beranjak dari tempatnya berdiri. Dia melangkahi tubuh-tubuh tak bernyawa yang berserakan di atas lantai.Entah apa tujuannya berjalan menghampiriku. Aku menciptakan sepasang pedang yang melayang di sisi kiri dan kananku, bersiaga jika dia akan melakukan sesuatu terhadapku.'Dia tidak akan bisa mengendalikan pikiranku lagi karen

  • Broken Vessel   Chapter 146

    Aku menaikkan salah satu alisku karena heran melihat Layla tiba-tiba tertawa seperti itu. "Apa yang lucu sampai membuatmu tertawa begitu?" tanyaku dengan nada serius.Setelah tertawa dengan nyaring selama beberapa detik, akhirnya tawanya itu reda juga. Dia menyeka air mata yang menggenang pada sudut matanya lalu menjawab pertanyaanku. "Haha, ... itu karena kamu terlalu bodoh sampai-sampai bisa membuatku tertawa begini."Layla mengembalikan ketenangannya dan berhenti tertawa. Dia menatapku dengan instens dan tersenyum menyeringai. "Kamu pikir hanya karena aku bersedia untuk mati di tanganmu berarti aku juga bersedia untuk menyerah dan berhenti mengendalikan mereka?"Bodoh, kamu terlalu naif sampai-sampai kelihatan seperti orang tolol," hina Layla sambil memandang rendah aku.Kepalan tanganku semakin kuat hingga kuku jariku menggali ke dalam kulit telapak tanganku. Tak kurasakan lagi rasa sakit yang menusuk telapak tanganku dan lengan kananku yang terluka.

  • Broken Vessel   Chapter 145

    Rasa sakit pada lengan kananku semakin menusuk-nusuk. Aku mengkesampingkan rasa sakit itu dan memfokuskan perhatianku sepenuhnya pada Aquilo yang berdiri tak jauh di depanku. Dia telah bersiap untuk menyerangku lagi.'Sebisa mungkin aku harus menahan kekuatanku supaya dia tidak sampai terluka parah atau bahkan mati. Membuatnya pingsan sudah cukup.' Aku berpikir keras memikirkan bagaimana aku akan menghentikan dia dengan luka seminim mungkin.Kulihat Aquilo melemparkan serangan jarak jauh ke arahku lagi dan langsung beranjak dari tempatnya dan menerjang ke arahku. Aku melompat mundur untuk menjaga jarakku darinya.Kuciptakan 4 buah anak panah yang terbuat dari kegelapan yang dipadatkan. Salah satu dari keempat anak panah itu terbang ke arah misil 'Arte' yang dilemparkan oleh Aquilo. Kedua serangan jarak jauh itu saling bertubrukan dan menimbulkan ledakan kecil.Satu anak panah lainnya melesat ke arah Aquilo, tetapi dia dapat menghindarinya dengan mudahnya.

  • Broken Vessel   Chapter 144

    Kuhindari serangannya dengan melompat mundur untuk berjaga jarak darinya, mengantisipasi ledakan yang ditimbulkannya. Muncul ledakan yang tidak begitu besar dari tinjuannya yang mengenai udara kosong itu.Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya di sini. 'Padahal dia tinggal di Kota Boreus, bagaimana bisa dia ada di Ibu Kota saat ini?'Aquilo kembali menerjang ke arahku dan melayangkan tinjuan lainnya. Aku mengepalkan tangan kiriku dan membalas tinjuannya dengan tinjuku. Kekuatan kami saling beradu dan menimbulkan ledakan yang cukup besar.Sebuah luka goresan muncul pada pipi kanan Aquilo. Efek dari ledakan itu menyebabkan luka kecil pada wajahnya. Cairan merah keluar dari luka itu dan mengalir menuruni lekukan mukanya.Di sisi lain, tidak ada luka baru yang timbul pada diriku karena sedetik sebelum ledakan itu terjadi, aku menciptakan perisai kegelapan untuk melindungi diriku.Kulihat Aquilo hendak menyerangku sekali lagi tanpa memberikan aku wa

  • Broken Vessel   Chapter 143

    "Apa nanti kamu tidak akan menyesal karena sudah membunuhku?" tanya Layla yang kini membuka kedua matanya untuk melihatku.Aku terdiam sejenak saat mendengar pertanyaan itu. Sebuah senyuman kecil terbentuk pada bibirku."Mungkin iya, mungkin tidak," jawabku dengan tidak pasti. Aku ingin menjawab jika aku tidak akan menyesalinya, tetapi di lubuk hatiku yang terdalam, sepertinya aku akan menyesal.Aku membuka mulutku lagi dan berkata, "Tidak peduli apa aku akan menyesal atau tidak, aku akan tetap membunuhmu untuk mengakhiri perang ini."Mendengar perkataanku, Layla kembali memejamkan kedua matanya dan tersenyum tipis. "Begitu, ya ... oke, kamu bisa membunuhku sekarang," ujarnya yang sudah siap untuk menyerahkan hidupnya padaku.Aku menggenggam erat gagang pedang hitam di tanganku. "Pada akhirnya kisah kita berakhir seperti ini, Layla," gumamku dengan suara kecil. Kuayunkan pedang ini ke kanan untuk memotong lehernya Layla.Sekali lagi sebuah s

DMCA.com Protection Status