Beranda / Romansa / Broken Flower / 20. Commensurate dignity

Share

20. Commensurate dignity

Penulis: Ikabelatrix
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-01 22:39:27
Grassiela berdiri di hadapan pintu tinggi berwarna gelap bersama degup jantungnya yang berdebar kencang. Seorang penjaga yang bertugas di sana memberi isyarat pada dua orang pelayan untuk membukakan pintu. Lantas kegugupan menelan wanita muda itu manakala pintu mulai terbuka secara perlahan.

Di sana dia berada. Grassiela memandang lurus ke depan hingga tatapannya bertemu dengan sepasang netra kelabu yang juga menatapnya tajam.

Sang pangeran menunggunya. James Draxler masih mengenakan tuxedo hitam lengkap dan dia tengah duduk pada sebuah sofa lebar bersama seekor anjing besar di sampingnya.

Ketakutan Grassiela semakin menjadi melihat hewan peliharaan berwarna hitam yang ikut duduk bersama pria itu. Sesungguhnya Grassiela takut pada hewan mana pun. Maka ia tidak menyadari bahwa wajahnya mulai memucat. Sementara ketakutan Grassiela menjadi hiburan tersendiri bagi James. Hingga bibir maskulinnya terangkat membentuk seringai licik.

"Masuklah," titah pria itu.

Meski enggan, Grassiela ta
Ikabelatrix

Selamat tahun baru 🥰 semoga tahun ini kita menjadi pribadi yg lebih baik lagi

| Sukai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ikabelatrix
update hari sabtu, ya..
goodnovel comment avatar
Nitiaa1212
update setiap hari apa aja thor?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Broken Flower   21. Everyone can assume anything

    "Grassiela, kemarilah," panggil Helena sambil melambaikan tangannya. Pagi itu, sang tuan putri baru saja tiba di teras belakang yang mereka sulap menjadi area untuk menikmati sarapan. Di sana, ada empat meja besar berbentuk lingkaran dengan masing-masing kursi yang mengelilinginya. Itu berarti, ada empat kelompok di mana terbagi menjadi dua lingkaran meja makan untuk pria dan dua untuk wanita. Dari bawah bulu mata lentiknya, Grassiela dapat melihat bahwa semua kursi hampir penuh. Artinya, dia mungkin datang sedikit terlambat. Sebetulnya Grassiela tidak bangun kesiangan. Dia sibuk di dalam kamarnya untuk memperbaiki penampilan serta memunguti sisa-sisa hatinya yang semalam pecah berserakan. Rasa-rasanya dia membutuhkan waktu yang lebih lama dari ini. Lantas, wanita muda itu mengedarkan pandangannya dan melihat bahwa ibunya duduk satu meja dengan neneknya, Veronica. Lalu ada Clara, Eveline, Violeta, Irina serta Paula. Mereka berkumpul membicarakan hal-hal yang Grassiela yakini akan me

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-21
  • Broken Flower   22. Just let her run

    Fyodor, ketiga istrinya serta Irina Dzanayev terdiam di sebuah ruang duduk. Hanya ada hening yang melingkupi serta kegugupan Irina yang berusaha ia tutupi di sana. Permukaan wajah wanita tengah baya itu merah padam menahan emosi yang tertahan oleh malu dan sesal. Fyodor tak berkata apa-apa setelah mengetahui bahwa calon menantunya hilang tanpa jejak. Pria tua itu langsung mengerahkan anak buahnya untuk mencari Grassiela tanpa menyalahkan siapa pun. Namun wajahnya jelas menunjukkan kekecewaan. Di sisi lain, tatapan Paula Genovse dan Katelina tampak mengejek serta memojokkan Irina. Dia tidak becus menjalankan tugasnya. Semua orang pasti akan berganggapan seperti itu setelah Grassiela hilang dari pengawasan Irina dan masih belum diketemukan hingga Fyodor serta James kembali. "Jika dia tidak mau tinggal sementara di sini, kenapa dia tidak ikut dengan keluarganya untuk kembali ke Inggris? Bukankah dia bisa mengatakannya saja?" gumam Paula memikirkan permasalahan ini. Tak ada yang menjaw

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01
  • Broken Flower   23. The rules of the game

    Sinar matahari pagi sedikit demi sedikit masuk menembus jendela kamar seseorang yang masih terlelap di atas tempat tidur. Saat kicau burung mulai terdengar, wanita itu mengerjapkan kedua mata perlahan lalu membukanya dan memperhatikan sekitar. Dengan masih berbaring, sepasang netra biru terang mengedarkan pandangannya mengamati sebuah kamar yang tertata rapi dan bersih di pondok kayu tua. Tempat ini cukup nyaman, tempat tidurnya juga nyaman. Sampai-sampai Grassiela merasa enggan untuk bangun dan barharap bahwa semua perjalanan yang telah ia lewati hanyalah mimpi. Tetapi apakah kenyataan memang seburuk itu?Grassiela memaksa tubuhnya untuk bangun lalu beranjak malas menuju jendela. Dia membuka tirai serta jendela berbingkai kayu kemudian menghirup udara segar dari luar. Sinar matahari yang menembus pori-pori kulitnya membuat tubuhnya terasa hangat. Dan pemandangan desa yang menakjubkan membuat kedua lensa mata berwarna biru terang itu berbinar segar. Setelah sekian lama akhirnya dia bis

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01
  • Broken Flower   24. I should just die

    Hanyut dalam pemikirannya sendiri, wanita itu terdiam memandang birunya langit beserta hamparan awan putih di jendela. Dalam duduknya, sesekali dia berkedip hanya untuk membasahi kedua lensa dengan iris mata biru terang yang tampak kosong. Apa dia baik-baik saja? Pertanyaan itu melintas di benak Alexsei yang diam-diam mengamati dengan pandangan aneh. Segelas wine yang disodorkan padanya membuat pria itu tersadar. Kini dia duduk di dalam sebuah jet pribadi bersama bos nya. Alexsei mengambil gelas ramping itu lalu menghabiskannya dalam sekali teguk. Dia mendengus kemudian terkekeh kecil sendirian."Aku tidak percaya bahwa kita bahkan harus mengurus hal seperti ini," ujarnya.James bersikap acuh. Dia menuang kembali minumannya tanpa menghiraukan komentar Alexsei. Dia juga jelas tidak peduli pada keterdiaman Grassiela. Jika bukan karena Fyodor yang memerintahkannya langsung untuk mengantarkan wanita itu kembali ke Inggris, maka dia tidak akan sudi repot-repot melakukannya.Sementara duduk

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-05
  • Broken Flower   25. Between options

    Langit gelap yang menahan mendung itu akhirnya menjatuhkan rintik-rintik hujan. Sama seperti genangan air mata yang selama ini ditahan akhirnya bergulir membasahi pipi. Namun derasnya butiran air yang menghujam tubuh hingga basah kuyup tak membuat langkah kakinya terhenti.Wanita muda itu berlari semakin kencang menerobos hujan dengan terisak. Pilu yang ia rasakan membuat dadanya terasa sesak. Hancur sudah semua rasa yang ia harapkan selama ini. Seorang ayah yang membanggakannya, seorang ibu yang menyayanginya dan seorang kekasih yang membalas cintanya. Semua itu hanya omong kosong belaka. Dan sampai di titik ini, Grassiela masih tak mengerti mengapa semua orang menyakitinya? Mengapa tak ada kebahagiaan yang datang menghapirinya?Akhirnya dia berhenti. Berdiri di pinggir jalanan yang sepi dengan guyuran hujan yang menyirami bumi. Dengan napasnya yang terengah akhirnya ia terduduk di tanah. Menangis pun kini tak ada gunanya. Grassiela hanya bisa meratapi dirinya sendiri. Lantas apa yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-15
  • Broken Flower   26. Marriage is not a sacrifice

    Suara mesin fax terdengar berderit dengan konstan di dalam ruang kerja itu. Seorang wanita muda berseragam pelayan berdiri di hadapannya menahan cemas. Sesekali dia mengedarkan pandangannya dan memastikan bahwa tak ada orang lain yang masuk ke dalam ruangan dan melihatnya melakukan sesuatu di sana. Semoga surat itu sampai dengan cepat.Tiga jam yang lalu sang nona muda memanggil pelayan pribadinya dan menyerahkan selembar kertas."Aku ingin James Draxler membacanya hari ini juga. Dan pastikan, bahwa kedua orangtuaku tidak mengetahuinya," titah Grassiela kemudian dia mengangkat kedua bahunya. "Aku tidak peduli bagaimana caranya."Rasa bersalah karena telah menyembunyikan fakta dari sang nona masih berlarut dalam diri Gretta. Dia tidak mempunyai pilihan selain menuruti perintah itu. Maka Gretta harus berpikir keras. Dia tidak mungkin terbang ke Rusia saat ini juga demi menyampaikan secarik surat tersebut. Dia juga tak bisa mencari nomor pribadi pria yang merupakan tunangan dari majikanny

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-28
  • Broken Flower   27. Become Empress or Queen

    Sesungguhnya pria itu sudah terpikat pada wanita yang kini menjadi tunangannya sejak lama. Bayang-bayang Grassiela sering muncul semenjak pertama kali James memandangnya secara diam-diam di pesta tiga tahun silam. Sebuah perasaan timbul dan bergejolak kala itu. Malam saat Grassiela berdiri di tengah taman dengan air matanya yang bergulir membuat hati James bergetar. Dia tak bisa memastikan perasaan apa itu. Yang jelas James menyadari bahwa Grassiela adalah wanita yang berbeda. Maka dia tertarik padanya. Sangat tertarik. Hingga ingin memilikinya. Atau ingin melenyapkannya.Di pertemuan kedua mereka saat pesta pertunangan membuat James harus mengakui bahwa dia telah jatuh pada pesona putri Stamford itu. James ingin memperjelas perasaannya sendiri dan menguji sang calon istri dengan berbicara empat mata bersamanya. James juga ingin memastikan apakah dirinya sanggup menghabisi sosok jelita itu dengan segera atau menahannya dalam ikatan pernikahan. Namun keangkuhan dan keberanian yang Gra

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-02
  • Broken Flower   28. Violated the agreement

    Wanita bergaun pengantin itu duduk seorang diri sambil memandang birunya langit di balik jendela. Dia mendesah dan pikirannya mencoba menerawang jauh ke masa depan. Apa yang akan terjadi setelah dia menikah nanti? Pertanyaan itu terus berputar dalam benaknya.Lantas suara ketukan di pintu terdengar. Seorang wanita cantik muncul dari balik pintu dan memandang Grassiela dengan pandangan yang sulit diartikan. Alexa melangkah masuk dengan anggun. Gaun berwarna latte dengan potongan mermaid yang dia kenakan sangat cocok di tubuh rampingnya. Sementara rambut merahnya yang indah ditata dengan model half up and half down yang tampak natural. Tanpa dia sadari Grassiela tersenyum samar. Kini dia mulai mengerti kenapa sepupunya Zack memilih wanita itu sebagai pendaping hidupnya."Bagaimana perasaanmu?"Pertanyaan Alexa membuat Grassiela berkedip. Dia beranjak dari duduknya hingga berhadapan dengan wanita itu. "Luar biasa," jawabnya."Kau sangat cantik," puji Alexa mengagumi penapilan wanita muda

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-13

Bab terbaru

  • Broken Flower   108. Final Regret

    Langit malam di Napoli dipenuhi awan hitam yang menggantung rendah seperti ancaman. Angin laut berembus garang, menyapu permukaan pelabuhan tua yang telah lama tak digunakan secara legal. Tapi malam ini, tempat itu jauh dari kedamaian. Di dalam gudang besar berlantai tiga itu, Kartel Mandez menyimpan puluhan peti senjata, narkotika, dan satu nama penting: Marco Nicaso. James berdiri di atas sebuah kapal yang mendekat tanpa suara, wajahnya tak bergerak. Di belakangnya, Matvei dan Fausto duduk seperti patung maut yang menunggu aba-aba. “Lima menit,” bisik Fausto di telinga James. “Ranmin sudah menonaktifkan alarm utama. Tapi mereka masih punya sistem cadangan.” James hanya mengangguk. Wajahnya dingin. Ia mengenakan jaket kulit hitam dan sarung tangan taktis. Di baliknya, dua belas orang anak buah terbaiknya siap mengangkat senjata. Tak ada yang bicara. Tak ada doa. Di dunia mereka, peluru lebih suci daripada harapan. Kapal merapat di sisi pelabuhan. Seorang anak buah membuka pintu lo

  • Broken Flower   107. Unerasable Wound

    Seorang wanita mengemudikan mobilnya dengan tenang, melewati jalan-jalan kota, menuju mansion besar di Newcastle yang telah lama menjadi rumahnya. Setelah beberapa waktu, mobilnya akhirnya berhenti di depan pintu besar mansion. Martha, pelayan yang telah lama bekerja di mansion itu, segera menghampirinya.“Nyonya, ada tamu yang datang,” kata Martha dengan suara pelan, wajahnya menunjukkan sedikit keheranan.“Siapa?”Martha menjawab ragu-ragu, “Nyonya Helena.”Laurine terdiam sejenak. Tanpa berkata lebih lanjut, dia melangkah keluar dari mobil dan menuju taman. Di sana, dia melihat anak laki-lakinya yang masih berusia dua tahun, bermain dengan seorang wanita paruh baya.Laurine mendekat, matanya terfokus pada wanita itu.Helena, tampak senang bermain dengan anak dari keponakannya di taman yang luas. Tangan-tangannya yang lembut membelai rambut anak kecil itu, membuatnya tertawa riang. Sebuah pemandangan yang begitu damai, mes

  • Broken Flower   106. Requiem for the Living

    Langit di luar jendela kamar Grassiela tampak berawan. Tirai tipis bergoyang perlahan tertiup angin. Di dalam kamar yang hangat dan tertata rapi, seorang dokter kandungan wanita, berusia sekitar lima puluhan, tengah menurunkan stetoskopnya dari telinga.Grassiela duduk di atas ranjang dengan bantal menopang punggungnya, mengenakan gaun tidur satin berwarna merah muda. Di sisi lain ruangan, Helena berdiri tampak cemas dan penasaran. Sementara Alexa, berdiri tenang di dekat pintu, memperhatikan dengan saksama.Dokter itu menatap Grassiela dengan senyum tipis. "Kehamilannya sehat, usia janin kira-kira sebelas minggu. Detak jantungnya kuat. Tapi, Anda harus benar-benar menjaga diri, Nona Grassiela. Tidak boleh ada stres berlebih." Grassiela menatap perutnya yang belum begitu tampak membuncit. Tangannya perlahan menyentuhnya. Ada keheningan yang menggantung di udara.Helena berdiri tak jauh dari ranjang, matanya mengamati setiap ger

  • Broken Flower   105. Destroyed

    Di tengah ruang makan yang luas dan temaram, James duduk sendirian di ujung meja panjang dari kayu. Kepulan asap cerutu melayang lambat di udara, mengambang bersama kenangan yang tak juga pudar.Tangannya yang kekar menggenggam cerutu setengah terbakar, sementara matanya menatap kosong ke piring kosong di hadapannya. Tidak ada pembicaraan bisnis, tidak ada suara sendok beradu dengan piring, tidak ada suara Benicio yang suka berdebat mengenai kebijakan bisnis dengan Sergei, tidak ada Alexsei yang mengumpat karena mereka terlalu berisik, dan tidak ada Grassiela yang kesal karena meja makan berubah menjadi tempat rapat dadakan. Kini ruangan itu sunyi. Hampa.James menarik napas dalam, namun dadanya tetap terasa sesak. Ia memejamkan mata. Terlintas bayangan Grassiela yang tersenyum menggodanya, kadang-kadang juga mengomel saat dia sedang marah pada dunia. James biasa melihatnya duduk di kursi itu. Di sampingnya.Tapi sekarang…Ja

  • Broken Flower   104. Shadows of Farewell

    Rintik hujan membasahi kaca jendela mobil hitam yang melaju kencang di jalanan sepi, membelah gelap malam seperti peluru melesat tanpa arah. Di kursi belakang, Benicio duduk gelisah. Kedua tangannya terkepal erat di pangkuan, dan sesekali ia menengok jam tangannya, seakan jarum detik adalah algojo yang memburunya. "Percepat lagi," katanya pada sopir muda di depan. Suaranya dalam dan berat, tapi penuh kegelisahan yang tak bisa disembunyikan. Lalu pedal gas yang ditekan terdengar jelas setelah itu. Benicio memejamkan matanya. Wajah Grassiela melintas— wajah yang pucat, lemah, dengan napas berat, menggenggam pergelangan tangannya saat ia mengucap: "Sebagai seseorang yang akan dijatuhi hukuman mati, aku berhak meminta sesuatu, bukan?" "Aku ingin kau merahasiakan kondisiku. James tak akan mengetahuinya. Dia tidak akan pernah mendapatkannya." Saat itu, Benicio ingin menolak. Ingin mengatakan bahwa James berhak tahu. Dan fakta itu akan menjadi kunci untuk menyelamatkan nyawanya dari huk

  • Broken Flower   103. A Queen's Fall

    Hukuman mati. Grassiela berdiri membeku, tubuhnya terasa seakan kehilangan daya saat kata-kata James menghantamnya seperti belati tajam. Matanya membesar dalam keterkejutan yang begitu nyata. "Tak ada lagi pengampunan," suara James terdengar parau, nyaris bergetar, tapi tegas. Sepasang mata kelabunya menatap Grassiela penuh kepedihan. "Kau telah menghancurkan semuanya. Kau membunuh kepercayaanku, membunuh rasa hormatku padamu, membunuh… cintaku." Dunia Grassiela seketika runtuh. Jantungnya berdebar begitu kencang, bukan karena amarah atau ketakutan, tetapi karena kesakitan yang mengoyak hatinya. Semuanya selesai. Bukan karena putusan hukuman mati yang dijatuhkan padanya dengan tidak adil. Melainkan karena Grassiela sudah benar-benar kehilangan cinta James. Kehilangan satu-satunya alasan untuk dia bertahan. James mendekatinya, ekspresinya gelap dan penuh keputusan. "Kau satu-satunya wanita yang membuatku tergila-gila," bisiknya. "Tapi kini aku sadar, terbuai dalam cinta hany

  • Broken Flower   102. Judgment at Dusk

    Langit sudah menjadi gelap ketika Grassiela turun dari mobil, tumit sepatunya menghantam aspal basah di halaman mansion. Udara malam yang dingin menusuk kulitnya, tapi itu bukan apa-apa dibandingkan dinginnya hatinya saat ini. Di kanan dan kirinya, para pelayan dan pengawal berjejer rapi, menundukkan kepala penuh hormat saat dia melangkah melewati mereka. Grassiela berdiri diam di depan mansion megah itu, kepulangan yang seharusnya menjadi hal biasa justru terasa seperti hukuman. Matanya menelusuri tiap detail bangunan yang pernah ia pikir akan menjadi tempat tinggalnya, tempat di mana ia bisa menyentuh hati James dengan caranya sendiri. Namun, kenyataan telah membuktikan betapa keliru pikirannya. Mansion ini bukan istana tempat ia menjadi permaisuri, melainkan sebuah kurungan yang perlahan-lahan menghancurkan jiwanya. Angin dingin menyapu wajahnya, seolah mengingatkannya pada semua luka yang pernah terukir di tempat ini. Para pelayan yang berbaris rapi di pintu masuk masih membungk

  • Broken Flower   101. On the Brink of Judgment

    Di dalam ruang rawat yang masih berbau khas antiseptik, Runova sibuk membereskan barang-barang Grassiela ke dalam koper. Tangannya cekatan melipat pakaian, sementara matanya sesekali melirik ke arah Grassiela dan Alexsei yang tengah berbicara di dekat jendela. Grassiela berdiri dengan wajahnya yang masih pucat, namun tatapannya serius. Alexsei, dengan sikap tenangnya yang khas, memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana dan menatapnya dalam. "Jika kau pulang sekarang dan menghadapi James, maka kau akan mendapatkan keputusan saat itu juga," kata Alexsei, suaranya datar namun tegas. Grassiela tidak langsung menjawab. Matanya menatap ke luar jendela, memandangi langit sore yang mulai berubah jingga. Napasnya terhela pelan sebelum ia berbalik menghadap Alexsei. "Aku siap dengan keputusan apa pun," ucapnya penuh keyakinan. "Aku tidak mau mengulur waktu dengan ketidak pastian. Semua harus diselesaikan secepatnya." Alexsei menatapnya beberapa detik, seolah ingin memastikan

  • Broken Flower   100. Discarded

    Grassiela duduk diam di atas kasur ruang rawat VVIP, membiarkan dirinya tenggelam dalam kesunyian. Selimut putih membungkus tubuhnya yang terasa lemah, sementara tatapannya kosong menatap jendela besar di seberang ruangan. Matahari sudah mulai tenggelam, menyisakan warna jingga redup di langit. Di sampingnya, Runova dengan sabar mencoba membujuknya untuk makan. “Nyonya, anda harus makan sesuatu. Saya tahu anda tidak nafsu makan, tapi tubuh anda terlalu lemah. Setidaknya beberapa suap saja.” Grassiela tetap diam, pikirannya melayang entah ke mana. Mual, pusing, dan kelelahan terus menggerogoti tubuhnya, tapi bukan itu yang membuatnya merasa benar-benar hancur. Yang paling menyakitkan adalah kenyataan bahwa James… mengabaikannya.Ia menelan ludah, mengumpulkan keberanian untuk bertanya, “Bagaimana keadaan James?” Runova tampak sedikit terkejut karena akhirnya Grassiela berbicara. “Kondisinya berangsur pulih. Sudah jauh lebih baik sekarang."Grassiela terdiam, mencoba mencerna kaba

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status