Langley mengambil pisau yang terselip di samping pahanya dan langsung melemparkannya ke arah Jordan.
Namun ...
Maximus yang sudah terlatih merasakan bahaya, menoleh dan menangkap pisau dengan telapak tangannya yang langsung dia genggam erat selama beberapa detik. Lalu membalikkan dan melemparkan pisau itu kembali ke arah Langley yang menancap di atas jantung pria itu.
"Achk!!"
Satu tangan Langley memegangi pisau di dadanya dan satu lagi terulur maju ke arah Jordan yang sudah dipapah berdiri oleh Maximus. Tetapi tidak ada kata yang terucap keluar dari mulut Langley selain suara napasnya yang mendidih dan beberapa detik kemudian tubuhnya ambruk ke belakang, jatuh berguling-guling pada tangga batu dan mendarat melintang dengan posisi kepala tertekuk ke depan dadanya.
"Tunggu!" Jordan menahan langkah Maximus yang hendak mengangkat tubuhnya seperti anak-anak untuk melangkahi mayat Langley.
Jordan berusaha menahan perih pada punggungnya untuk membungkuk, mengangkat sedikit tubuh bagian atas Langley dan membaringkan kepalanya lurus pada tangga batu.
"Bagaimanapun kamu telah memberikan banyak pelajaran padaku. Semoga Tuhan mengampunimu, Langley." gumam Jordan pelan, lalu mendoakan pria itu dengan mengucapkan beberapa kalimat suci.
Kelopak mata Maximus tidak bisa tidak mengerjap melihat apa yang Jordan lakukan pada Langley.
"Kita harus segera pergi, sebelum ada yang menyadari apa yang telah terjadi di sini!"
Maximus menarik pangkal lengan Jordan dan menyeret pria muda yang masih terluka pada punggungnya itu untuk dia bawa menuju kapal di bagian bawah bangunan penjara batu.
Hanya ada satu perahu Maximus yang tersisa masih tertambat di depan pintu masuk penjara pulau.
"Terima kasih, saya Jasper ...saya akan mengingat budi baik Anda selama saya hidup. Jangan sungkan meminta bantuan pada saya Jasper dari Orebro."
Salah satu tahanan sengaja menunggu Maximus dan Jordan untuk berterima kasih, juga lima orang pria yang telah berada di dalam kapal kecil melambaikan tangan dan tinju di dada pada Maximus serta Jordan sebagai bentuk penghormatan.
Maximus mengangguk cepat tanpa membalas ucapan Jasper, lalu dia membawa Jordan masuk ke dalam kapalnya.
Senyum di mata Jasper tetap tidak hilang, terus melihat kapal Maximus dan Jordan berlayar lebih dulu dari kapalnya bersama teman-temannya.
"Ku dengar pria itu mencari nama Jordan Smith Watanabe sebelumnya ..." cetus salah satu pria di dalam kapal pada Jasper saat pria itu masuk ke dalam kapal dan mereka berlayar ke arah yang berbeda dengan kapal Maximus.
"Ya, pria yang terluka itu adalah Jordan Smith Watanabe." sahut Jasper, mematri nama tersebut masuk ke dalam kepalanya untuk dia ingat sepanjang usianya.
Jasper bersama kelima temannya tersebut telah berada di penjara batu selama sepuluh tahun lebih karena aksi mereka merampok pengusaha kaya ketahuan aparat polisi. Sehingga mereka semua dibuang ke penjara batu tanpa pernah menghadiri pengadilan sama seperti Jordan alami.
--
"Siggy ..." panggil Mary Helena pada asistennya yang telah datang ke rumah pedesaan, tempatnya tinggal.
Pastur Lukas menempati sebuah rumah berbeda dan tidak jauh dari rumah Mary Helena tempati.
"Ya, Nyonya. Saya di sini,"
Siggy buru-buru menghampiri Mary Helena yang duduk pada kursi di teras belakang rumah.
"Tanya Pastur, apakah Jordan sudah dalam perjalanan ..."
"Ya, Jordan sudah dalam perjalanan." Pastur Lukas yang baru datang hendak memeriksa keadaan Mary Helena dan mendengar ucapan wanita itu, langsung menjawab memotong perkataannya dimana kondisi kesehatannya semakin menurun melemah.
Mary Helena menoleh dan tersenyum melihat kedatangan Pastur Lukas.
"Terima kasih, Pastur. Bahkan jika Anda berbohong pun, saya akan tetap berterima kasih." ucap Mary Helena seraya menyusut cairan bening pada sudut matanya dengan saputangan yang diberikan Siggy.
"Itu benar, Nyonya. Saya membaca berita pagi ini, aparat polisi menemukan beberapa mayat di penjara tengah pulau. Juga ada beberapa wanita yang terperangkap di sana. Beritanya viral beberapa jam lalu tapi sekarang sudah menghilang. Sepertinya ditutupi." Marco turut berbicara meyakinkan Mary Helena.
Mary Helena tersenyum tipis dengan kelopak mata hendak jatuh berkedip lemah. Sedangkan Pastur Lukas yang belum mengetahui berita tentang penjara tengah pulau tersebut dan ucapannya pada Mary Helena sebelumnya hanyalah untuk menggembirakan hati wanita itu, langsung membuat simbol berdoa dengan tangannya memuji Tuhan.
"Marco ...tolong urus semua surat-surat harta keluargaku dan berikan semuanya seperti yang ku katakan sebelumnya untuk Maximus." tutur Mary Helena terbata-bata dan sangat lirih.
"Sudah saya siapkan, Nyonya. Jangan kuatir,"
Kepala Mary Helena mengangguk, lalu dia menoleh ke arah Siggy, "Selamat atas pernikahan kalian. Sebagai hadiahnya ...ku berikan semua perhiasanku yang terkubur di samping makam suamiku." ujarnya seakan memberikan wasiat terakhirnya pada orang-orang yang dia percaya.
"Pastur, aku ingin membuat pengakuan dosa," lanjut Mary Helena yang tatapannya telah beralih pada Pastur Lukas.
Pastur Lukas mengangguk. Siggy dan Marco segera menyingkir dari sisi Mary Helena agar majikan mereka itu bisa leluasa membuat pengakuan dosanya pada Pastur Lukas.
--
Sudah tengah malam di pedesaan, suara binatang hutan tidak ada terdengar. Malam terasa sangat sunyi saat Siggy baru saja keluar dari kamar Mary Helena untuk melihat keadaan majikannya tersebut.
"Owh!" Siggy terpekik terkejut ketika melihat ada dua siluet di depan matanya sudah membuka pintu rumah.
"S-si-siapa kalian?" tanya Siggy berdesis dan terbata seraya bergerak melangkah mundur.
"Siggy!" panggil Jordan langsung mengenali suara pelayan Mamanya.
Siggy semakin mundur ke belakang beberapa langkah, menyipitkan matanya untuk memperhatikan wajah pria yang terlihat dekil dan sangat tua di depannya tersebut.
"Dimana Mamaku, Siggy?" tanya Jordan to the point.
"M-mama?! Och Tuan Muda! Jordan ...!"
Siggy berteriak yang terdengar nyaring pada tengah malam, berhambur memeluk tubuh Jordan yang meskipun kotor, tetap dia sayangi.
"Siggy ...dimana Jordan?" terdengar suara Mary Helena bertanya dan membuka pintu kamarnya.
Marco juga keluar dari kamarnya, menghidupkan lampu di dalam ruangan tengah yang sebelumnya telah dimatikan oleh Siggy, untuk melihat apa yang telah terjadi.
"Mama ...!"
Jordan langsung menjatuhkan kedua lututnya, bersimpuh di depan kaki Mary Helena dan menciumnya tanpa sungkan.
"Bangun, Sayang ..." Mary Helena merengkuh pundak Jordan untuk membawa putranya itu berdiri.
Maximus yang sejak awal berdiri diam di samping Jordan, berjalan ke arah teras belakang dan mendudukkan tubuhnya pada salah satu kursi. Entah kenapa hati pria itu merasa seperti di tusuk jarum saat melihat Jordan begitu memuliakan Mamanya.
"Terima kasih!" Pastur Lukas menepuk pundak Maximus pelan, lalu duduk di depan adik lelakinya tersebut.
Pastur Lukas mendengar teriakan Siggy sebelumnya, segera datang tergopoh-gopoh ke rumah tempat Mary Helena.
Di ruang tengah, tangan Mary Helena bergetar membelai wajah Jordan yang terlihat hitam dan dekil. Sedangkan Siggy bersama Marco menyiapkan minuman serta makanan untuk Jordan dan Maximus yang sepertinya sangat kelaparan.
Siggy juga menyiapkan air mandi hangat untuk kedua tamu yang sangat Mary Helena tunggu-tunggu kedatangannya tersebut.
"Maafkan aku ..." bisik Jordan sembari mengecup telapak tangan Mary Helena saat Mamanya itu tidak berhenti membelai wajahnya. Mereka telah pindah duduk ke sofa.
"Mama tau, kamu tidak salah. Jangan meminta maaf." ujar Mary Helena yang mata indahnya mengerjap berkali-kali agar lebih jelas melihat Jordan, karena airmata juga telah membanjir turun.
Airmata bahagia!
Malam itu Jordan akhirnya bisa bertemu dan tidur memeluk Mary Helena yang merasa telah sembuh dari semua rasa sakit dalam tubuhnya.
Sudah satu minggu berlalu sejak Mary Helena bertemu dengan Jordan, dan dia benar-benar terlihat telah sembuh total.
Mary Helena membuatkan makanan kesukaan putranya tersebut serta membantu menggosok tubuhnya saat dia mandi. Pun juga turut merapikan janggut dan cambang pada sisi wajah Jordan yang jauh lebih terlihat tampan dari awal mereka bertemu.
Sementara Maximus yang masih enggan pergi seakan menikmati waktu liburannya di pedesaan, tinggal bersama Pastur Lukas, baru saja datang ke teras belakang rumah Mary Helena sambil membaca pesan di ponselnya dari bosnya.
"Carikan ninja yang tampan untuk menjadi pengawal Lagertha. Ingat, selain jago beladiri, dia juga harus tampan!"
Tatapan mata Maximus tertumbuk pada Jordan yang sedang berlatih beladiri di halaman berumput ilalang, didampingi Mary Helena yang seperti memberi petunjuk gerakan pada putranya itu.
Kulit Jordan telah kembali putih bersih dan wajahnya benar-benar sangat tampan. Pria yang terlihat matang tersebut adalah keturunan terakhir dari pemimpin ninja hebat Jepang, Keigo Watanabe dengan wanita tercantik seantero Swedia, Mary Helena.
Keadaan Mary Helena benar-benar membaik sejak bertemu Jordan. Mary Helena yang sering diajak menemani suaminya berlatih dahulu, memberikan beberapa petunjuk jurus ninja pada Jordan. "Berdirilah ...aku bisa membantu Mama latihan sedikit agar peredaran darah dalam tubuh Mama lancar," ucap Jordan lembut meraih telapak tangan Mary Helena yang langsung mengikuti perkataan putranya. "Seharusnya aku menghabiskan lebih banyak waktu untuk menemani Mama, maafkan aku!" bisik Jordan yang merasa bersalah telah meninggalkan wanita kesayangannya tersebut untuk masuk ke Seminari hingga dia dibuang di penjara terpencil. "Jangan lagi minta maaf, semuanya telah berlalu ..." Mary Helena menjawab sembari mengikuti gerakan tangan Jordan yang memandunya, lalu berbalik menatap putra tampannya tersebut. "Sebenarnya Mama sudah berjanji dan Marco juga telah mempersiapkan semua harta keluarga Mama diberikan pada Maximus. Sebagai imbalan telah membawamu pulang ke Mama," tutur Mary Helena yang membuat mata Jo
Jordan terpelanting terbang beberapa meter ke belakang dan mendarat di atas rumput ilalang yang tumbuh melebat menahan tubuhnya seperti tikar alami. "Ikut denganku, aku akan melatihmu seperti permintaan Mamamu padaku!" ucap Maximus seraya mengulurkan telapak tangannya ke depan wajah Jordan. "Berada di sini, menunggu kamu di tangkap polisi atau pembunuh bayaran, sama artinya dengan bunuh diri. Apakah menurutmu itu yang diinginkan Mary Helena untuk kau lakukan? Bunuh diri?" tambah Maximus yang akhirnya telapak tangannya direngkuh oleh Jordan dan pria itu bangkit dari jatuh tertelentangnya di atas rumput ilalang. "Baik!" akhirnya Jordan menjawab dengan satu kata yang pendek setelah dia menatap makam Mamanya yang tadi dia terbang melewatinya akibat tendangan bertenaga dari Maximus. Sudut bibir Maximus tertarik naik sedikit yang tidak bisa dilihat oleh Jordan. Karena Maximus punya rencana yang mungkin akan melatih pria muda itu gila-gilaan untuk menjadi penerusnya, tangan kanan Rollo s
"Tolong temukan putriku, Max!" pinta Rollo seperti memohon pada Maximus yang berdiri di depannya. "Ada pengkhianat diantara para pengawal putriku dan dia sedang pergi memancing di danau beku saat para pengawalnya yang lain ditembaki hingga tewas." tambah Rollo memberikan informasi pada Maximus, tangan kanan kepercayaannya. "Baik. Saya akan menemukan Lagertha dan membawa kepala pengkhianat itu ke hadapan Anda, Bos!" sahut Maximus seraya menundukkan tubuhnya hormat pada Rollo. Maximus sudah sangat paham dengan hobby Lagertha yang memang tidak biasa, seperti berkemping di puncak pegununan bersalju, memburu hewan atau memancing ikan di danau beku. Meski jika Lagertha mau makan daging hewan liar hasil buruan atau ikan dari danau beku, Rollo bisa mendatangkannya dengan mudah tanpa Lagertha harus repot melakukannya sendiri. Tetapi gadis tomboi itu selalu menolak dan ingin memburu serta memancing ikannya sendiri. "Kenapa genetik Papamu harus turun plek ketiplek padamu, Lagertha?" des
Setelah beberapa jam dalam pencarian Lagertha, Maximus ingat jika dia meninggalkan Jordan tanpa bahan makanan atau pun minuman di rumahnya. "Teruskan pencarian dan laporkan padaku sekecil apapun penemuan kalian. Ada yang harus aku kerjakan dulu." ucap Maximus dalam sambungan radio ke anak buah kepercayaan Rollo yang ikut menyusuri jalanan mencari keberadaan Lagertha. Setelah membeli banyak bahan makanan yang bisa di simpan dalam jangka waktu lama, minuman dan buah, Maximus melajukan mobilnya kembali pulang ke rumah tinggalnya. Namun betapa terkejutnya Maximus begitu dia memasuki rumahnya, melihat gadis muda yang telah membuatnya serta anak buah Rollo yang lainnya membuang-buang waktu menyusuri selak beluk jalanan, ternyata berada di rumahnya bersama Jordan. Dan yang paling mencengangkan adalah ucapan dari gadis muda putri bosnya itu yang bisa berkata tanpa beban, "Aku adalah wanitanya Jordan" tutur Lagertha santai seakan dia sudah mengenal lama dengan Jordan. Maximus menaik
Wilson, asisten Rollo membawa Jordan dan Maximus langsung ke ruangan kerja Rollo di kediaman pribadinya.Sedangkan Lagertha pergi menemui Mamanya yang sejak mendapat kabar dirinya hilang hingga diburu oleh pengawalnya yang berkhianat, terbaring lemas di atas ranjang. "Mama ..." panggil Lagertha setelah membuka pintu kamar, langsung berhambur untuk memeluk wanita yang telah melahirkannya tersebut namun sering dia buat cemas. "Bagaimana keadaanmu? Apakah kamu terluka? Apakah kamu dilecehkan? Apakah para pria itu menyentuh tubuhmu?" Priskila berusaha bangkit untuk duduk, masih tetap memeluk wajah Lagertha yang bersandar manja di dadanya. Perawat yang hendak masuk ke dalam kamar Priskila dilarang oleh pelayan kamar untuk masuk karena ada Lagertha yang bersama Nyonya mereka. "Aku baik-baik aja. Pria yang saat ini bertemu dengan Papa, menyelamatkanku tepat waktu sebelum para berandalan memperkosaku ...""Memperkosamu? Oh, kamu hampir diperkosa, Lagertha?" Priskila terkejut dan segera m
Jordan baru saja mengelilingi kediaman Connor yang luas dan terletak di atas perbukitan. Sekeliling tanah kediaman Connor dari arah gerbang masuk yang ada sekitar dua ratus meter di bagian bawah sampai ke halaman luas bagian belakang perbukitan dipagari tembok berlapis-lapis dengan bahan berkualitas tinggi dan juga baja di lapisan bagian dalamnya, tidak bisa hancur oleh bom ataupun rudal. Pada empat penjuru kediaman Connor terdapat menara pemantau seperti mercu suar dengan misil yang juga bisa ditembakkan otomatis begitu ada ancaman mendekat. Rollo sebagai bos mafia kejam dan mungkin terkejam yang pernah ada di Swedia, memang sangat menjaga kehidupan pribadinya.Sejak Priskila hamil, Rollo lebih sering bekerja di rumah, sementara asisten pribadinya, Wilson yang bolak-balik mengerjakan pekerjaan di kantor perusahaannya serta membawa dokumen-dokumen penting untuk Rollo tandatangani. Rollo mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang real estate untuk menyamarkan bisnis gelapnya yang
Tangan Jordan masih mencengkeram lembut dagu Lagertha dan kini wajah gadis itu sudah semakin dekat dengan wajahnya. "Aku sungguh tidak pantas untukmu, Lagertha." ucap Jordan dengan napas bertiup hangat di atas wajah Lagertha yang masih tetap membuka mulut seksinya untuk menggoda agar Jordan cicipi. "Aku tau apa yang ku inginkan dan kamu jauh lebih pantas dari pria manapun untukku, Jordan!" sahut Lagertha setelah Jordan melepaskan cengkeraman pada dagunya. Lagertha bergegas memeluk tubuh Jordan yang membelakanginya untuk pergi berpakaian. "Kamu mengatakan kita akan pergi ke luar bersama Mamamu, hem? Mungkin saat ini Mamamu sudah menunggu kita di ruang tengah." Jordan berkata seraya tangannya membelai punggung tangan Lagertha agar melepaskan pelukan pada tubuhnya. "Nanti, setelah dirimu bertemu pria yang tepat untukmu. Sungguh kamu akan sangat menyesali apa yang bisa terjadi jika aku membalas keinginanmu saat ini." tutur Jordan menarik Lagertha agar berdiri di depannya dan membelai
"Ingat, kunci pintunya dan jangan keluar!" tegas Jordan mengulangi ucapannya pada Lagertha yang langsung mengangguk. Lagertha pindah duduk ke kursi pengemudi setelah Jordan turun dan melepaskan jas mahal yang membalut tubuhnya. Jordan melipat lengan bajunya dengan cepat sembari memberikan tatapan pada anak buah Rollo yang berada dalam mobil di belakang agar melindungi Lagertha dan Priskila di dalam mobil. Swinggg!!!Sebuah jarum terbang ke arah Jordan dan pria itu segera melompat bukan untuk menghindari tetapi menangkapnya dan langsung menembakkannya balik ke pelemparnya. "Achk!!" suara pria yang melemparkan jarum jatuh terjerembab ke depan dan menggelepar sekarat yang segera terdiam kaku seperti sebatang kayu di atas jalanan. Bibir Jordan tersenyum sinis melihat ke arah pria yang telah tewas akibat jarumnya sendiri tersebut. Kini tersisa dua orang pria ninja berpenutup wajah di depan Jordan. Sedangkan para pengawal anak buah Rollo dari mobil di depan telah tewas semuanya oleh p
Mister Bough mengamuk murka. membanting semua benda di atas meja kerjanya berantakan jatuh ke lantai, begitu melihat tayangan video yang dikirimkan oleh seseorang ke ponselnya.Dua orang anak buahnya yang menyeret tubuh Kaye ke dalam danau, terlihat beberapa kali mengikuti Ben Horik berpergian. Hal tersebut jelas mengindikasikan jika kedua anak buahnya tersebut selama ini membelot pada pihak Ben Horik. "Beraninya pria terkutuk itu menyusupkan mata-mata di sekitarku!" Mister Bough mendengkus geram memukul meja kerjanya dengan telapak tangan terkepal kuat. "Tiger, bawa semua anggota keluarga kedua orang itu ke hadapanku dan ..." "Permisi, Sir." terdengar suara ketukan pada daun pintu ruang kerja, "Ada Zero ingin bertemu Anda, membawa oleh-oleh." penjaga di depan pintu berteriak nyaring memberitahukan kedatangan Zero sehingga memotong perkataan Mister Bough yang ia tujukan untuk Tiger, asisten pribadinya. "Masuk!" Zero melangkahkan kakiinya memasuki ruangan kerja Mister Bough yang b
Entah sudah berapa jam Zetha merawat tubuh besar Maximus yang ia buat tetap tertidur pulas selama diberikan perawatan dan pengobatan, Luciano Sky selalu sigap luar biasa mendampingi, menyiapkan segala sesuatunya memudahkan pekerjaan Zetha. Dari menyodorkan jepitan sedotan ke sela bibir Zetha ketika mendengar hembusan napas pelan istri cantiknya itu, mengelap keringat, juga menyingsingkan lengan bajunya sampai ke turut serta menggunting benang begitu Zetha selesai membuat simpul dari menjahit bagian-bagian tubuh Maximus yang terbuka. Luciano dan Zetha benar-benar pasangan yang seiring senapas. Luciano selalu tahu apa yang harus dia lakukan dan diinginkan oleh Zetha tanpa istrinya itu berkata mengungkapkannya.Pun sebaliknya, Zetha akan selalu tahu saat Luciano menahan napas ketika tanpa sengaja jemari tangannya menyentuh tangan Marco Ilso yang ia genggam secara refleks. Zetha akan mendekatkan posisi tubuh serta kepala ke depan bibir Luciano agar suaminya itu bisa mengecup atau menciu
Jordan dengan Lagertha duduk pada kursi penumpang, mengemudikan mobil sport yang Lagertha curi, sangat cepat mengikuti mobil di depan mereka yang dikemudikan oleh anak buah Jasper melaju kencang membawa Maximus, Marco dan Kai ke landasan pacu helikopter. Maximus terluka parah, pun juga Kai mengalami cidera tusukan pisau pada perutnya. Mereka benar-benar seperti berlomba dengan waktu. Marco sudah menghubungi dokter terbaik untuk Maximus dan Kai sebelum diperintahkan oleh Jordan. Marco sangat paham seperti apa peran Maximus bagi Jordan dan Lagertha.Iringan mobil anak buah Jasper dan Jordan yang seolah membelah pekatnya jalanan daerah perbatasan, berpapasan dengan rombongan mobil pasukan keluarga Bough. Mister Bough yang turut serta berada dalam mobil anak buahnya, menolehkan kepalanya sejenak memandangi bagian belakang mobil sport yang dikemudikan Jordan.Alis pria tua tersebut terlihat sedikit bertaut, tetapi belum sempat bibirnya memberikan perintah pada sopirnya untuk berbalik, k
Jordan menyambar jubah dari tubuh mayat yang memiliki ukuran paling besar, melingkupkannya ke Maximus yang menyeringaikan sudut bibir tersenyum getir. "Aku tidak mengijinkanmu mati, Max! Jadi bertahanlah dan akan ku cari dokter terbaik untuk mengobatimu." bisik Jordan lembut tetapi setiap suku katanya penuh penekanan akan perasaan terdalamnya. "Kai, Lagertha ...!" Jordan berseru memanggil Lagertha dan Kai yang berlari meloncat bergegas mendekat. Malang bagi Kai yang sangat terburu-buru, ia justru berhadapan dengan Kaye yang masih menggenggam pisau di tangannya. Atau mungkinkah takdir untuk Kai? "Kai ...!" Maximus berusaha memanggil lirih untuk memperingatkan pemuda itu akan Kaye yang pandai ilmu beladiri. "Aku melihat ada mobil sport di samping rumah, cepatlah bawa Max ke sana. Segera aku akan menyusul." Jordan berbisik pada Lagertha yang tatapan matanya ragu, tetapi ia tetap menganggukkan kepala. "Kaye itu licik. bantu Kai ..." Maximus berkata sangat pelan yang langsung dimenge
Bagian depan pintu masuk gelap. Percikan cahaya terlihat jauh di dalam ruangan yang sepertinya itu adalah cahaya lilin.Jordan memberi kode untuk ia masuk lebih dulu ke dalam rumah, Lagertha di tengah dan bagian belakang Kai yang waspada akan sekelilingnya.Baru saja Jordan masuk ke dalam ruangan, wajahnya langsung terteleng ke samping. sebuah tinju dengan tenaga besar sangat kuat menghantam rahangnya hingga berderak.Perkelahian tidak dapat dielakkan. Jordan menutup pintu di belakangnya agar Lagertha tidak masuk dulu bersama Kai.Sang pria di dalam rumah kembali melayangkan pukulan ke arah Jordan, tetapi pemuda itu telah merunduk dan needle di tangannya dengan cepat menusuk perut sang pria yang ia gerakkan ke samping untuk merobek tanpa ampun.Mereka harus cepat, Jordan tidak memiliki waktu untuk bermain-main. Ia menarik needle dari perut sang pria yang terduduk menekuk lutut di lantai setelah memburai isi dalam perutnya ke
Jordan masih terbaring menengadah, melihat titik-titik air hujan yang jatuh melewati dedaunan lebat di atasnya. Hujan lebat kembali mereda berganti gerimis. Namun Jordan belum ingin bangkit dari posisi tidur telentangnya. Beberapa burung sudah keluar berkicau dan tupai serta monyet bersenda gurau di atas pepohonan. Jordan memperhatikan semuanya. Ia juga merasakan pil yang dijejali Zero masuk ke dalam mulutnya sudah mulai bekerja dari dalam, membuat pernapasan jadi teratur pun peredaran darahnya semakin lancar. "Pejamkan matamu, tebaslah titik-titik air tanpa membasahi tangan!" terngiang dalam kepala Jordan arahan dari Keigo, Papa kandungnya sewaktu ia masih dalam penjara tengah pulau. Jordan juga teringat ketika tadi Zero mengatakan, ""Latih fokusmu menebas titik-titik air hujan! JIka tidak, kau tak pantas mendapatkan istri cantik seperti Lagertha Connor!" Pria bertopeng itu juga menyebut Jordan, lamban, lemah dan tatapan kedua matanya terlihat sangat meremehkan Jordan. Perlahan
Hujan masih gerimis besar-besar yang bisa membuat tubuh seseorang basah kuyup jika lima menit saja berada di luar ruangan. "Aku akan siapkan sarapan untukmu," ucap Lagertha pada Jordan, telah berganti pakaian dengan sangat cepat setelah bercinta dan mereka mandi bersama membersihkan diri. "Nanti saja. Aku belum lapar." tolak Jordan seraya menyambar cepat pinggang ramping Lagertha untuk ia ciumi samping lehernya sambil mengendus aroma wangi tubuh istrinya itu. Lagertha sudah sangat paham kebiasaan Jordan yang akan mengendusnya jika ingin minta sesuatu. "Katakan, kamu mau apa dan kemana? Bersama siapa?" Lagertha meraih dan menangkup wajah berbulu maskulin Jordan untuk ia bawa menatapnya. Maximus sedang pergi mengontrol pengiriman 'paket-paket' dari organisasi mafia yang juga mereka sebut organisasi Jola. Sedangkan Marco setiap pagi hingga siang atau sore hari akan menghandel pekerjaan di perusahaan dan Jasper melakukan inspeksi lokasi untuk mendirikan pabrik di wilayah Asia bersama
Jordan mengerjakan dan memantau pekerjaannya dari kediaman. Ia semakin giat berlatih dan membuat tubuhnya bugar selalu. Ini adalah hari ke tujuh sejak pertemuan Jordan dan Zero di dalam hutan, belum ada tanda-tanda Zero datang berkunjung lagi. Pagi ini hujan turun cukup deras, namun tidak mengurungkan niat Jordan untuk melakukan inspeksi rutin setiap hari dengan waktu tak menentu memeriksa sekeliling kediaman. "Aku sudah siapkan air hangat untukmu berendam," Lagertha langsung menyambut Jordan di depan pintu belakang kediaman dengan jubah handuk di tangannya. Jordan menerima jubah handuk untuk ia lilitkan ke tubuh basahnya seraya memberikan kecupan ke pipi Lagertha yang berjingkat meringis karena merasakan dingin dari bibir Jordan sementara pria itu terkekeh rendah. "Dimana Joshua?" "Tidur lagi dengan Vanessa setelah sarapan." Lagertha menjawab sambil mengikuti langkah kaki Jordan menaiki tangga menuju lorong kamar. Jordan mampir ke kamar Joshua yang hanya digunakan di waktu sia
Jordan tiba-tiba terbangun dari tidur, mendapati Lagertha masih terlelap dalam dekapannya. Jordan bangkit perlahan, memindai sekelilingnya yang sinar lampu sangat temaram,, celingukan mencari Joshua yang ia lupa jika bayi tampan itu tidur bersama Samantha. Seakan terhubung dengan Jordan, Joshua terdengar merengek manja ikut terbangun di kamar Samantha. Jordan sudah berjalan ke depan pintu kamar Samantha terbangun oleng berusaha membujuk Joshua yang sedikit rewel. "Berikan padaku," Jordan sudah membuka pelan pintu kamar Samantha. Joshua di gendongan Samantha langsung mengulurkan lengan gempalnya ke arah Jordan yang tersenyum lembut meraih bayi tampan itu dan menghapus jejak airmatanya. "Dia belum terbiasa tidur berpisah dengan kami, aku akan membuatkannya susu dan membawanya tidur ke kamar." tutur Jordan yang akhirnya dianggukkan Samantha. "Terima kasih, Jordan." Samantha tetap merasa perlu berterima kasih pada suami keponakannya yang begitu sangat bertanggung jawab juga lembut dal