Rollo sedang berada di ruang kerjanya ketika salah satu anak buahnya memberitahu jika mobil mereka yang mengiringi Lagertha dan Priskila, istrinya pergi ke pusat perbelanjaan, di cegat ninja. "Och, kalian baik-baik aja?" tanya Rollo sembari membawa Priskila dan Lagertha ke dalam pelukan besarnya, begitu istri dan anaknya tersebut turun dari mobil. "Kami tidak apa-apa. Jordan melumpuhkan mereka semua. Ada di dalam bagasi," sahut Priskila lembut sambil meraba dada Rollo, berusaha meredakan emosi suaminya yang hendak meledak. "Pergilah naik ke kamar. Lagertha, bawa Mamamu istirahat." Rollo berbisik dan meminta Lagertha untuk membawa Priskila naik ke dalam kediaman karena mereka masih berada di halaman depan. Lagertha mengangguk patuh, memegangi tangan Priskila yang akan selalu tersenyum melihat perhatian putrinya tersebut padanya. "Terima kasih, Jordan!" Rollo kemudian menepuk pundak Jordan yang mengangguk hormat dan memandangi semua anak buahnya yang ada di halaman. "Bawa mereka s
"Kamu tidak apa-apa? Apa Papa memarahimu?" tanya Lagertha yang tidak sabar berjalan hilir mudik di lorong kamar untuk menunggu Jordan kembali naik ke lantai kediaman tempat kamar tidur mereka. "Tidak apa-apa. Apakah seharusnya Papamu memarahiku?" Jordan tersenyum lembut dan bertanya menggoda gadis muda yang sedang cemas menunggunya itu. "Tidak! Tidak ada yang boleh memarahimu apalagi menghukummu, meskipun itu Papaku!" sahut Lagertha tegas dengan wajah serius memandang Jordan. "Bagaimana keadaan Mamamu?" Jordan sebenarnya cukup kuatir pada Priskila yang sempat melihatnya menghabisi para ninja. Meskipun ketika berada di dalam mobil, Mamanya Lagertha tersebut terlihat tersenyum lega memandang Jordan, tetapi dia sedang hamil muda. "Mama baik-baik aja. Tapi aku yang masih belum baik-baik aja!" jawab Lagertha dengan bibir seksinya mengerucut maju ke arah Jordan. "Apakah traumamu kembali? Tadi kamu bilang baik-baik aja."Jordan semakin mendekati Lagertha, menatap lekat ke dalam netra
Rollo langsung turun menemui Vincent yang sudah hampir bosan menunggu di ruang tamu, setelah menyenangkan istrinya dan mandi sekejap. Demi sebuah rencana yang ada dalam kepalanya untuk menaklukkan hati Lagertha, Vincent rela menunggu lama dalam ruangan tamu kediaman Rollo Connor tersebut tanpa mengeluh. "Maaf, aku tertidur. Bagaimana kabarmu?" sapa Rollo yang rambutnya masih basah setengah kering di kepalanya. Vincent bangkit mengulurkan tangan pada Rollo sembari tersenyum hangat dan dijabat Papanya Lagertha tersebut erat seakan dirinya menyukai pemuda yang sedang berada di depannya tersebut. "Kabar saya baik. Saya baru pulang tadi pagi dari studi di London, langsung datang ke sini ketika mendengar Lagertha hilang. Bagaimana keadaannya? Apakah dia terluka? Siapa yang berani bermain api mengganggu kalian?" "Lagertha baik, Max menemukannya bertepatan dengan dirinya hampir mengalami pelecehan ..." "Och, Pelecehan? Terkutuk! Apakah kalian sudah mendapatkan pengkhianat itu dan me
Hari berlalu, bulanpun telah berganti. Usia kandungan Priskila, Mama Lagertha sudah memasuki tiga puluh tiga minggu. Rollo sepenuhnya sudah tidak pergi keluar mengontrol bisnis gelapnya ataupun ke perusahaannya. Untuk urusan perusahaan, Rollo menyerahkan pada Wilson yang membawa semua pekerjaan untuk Rollo ke kediaman. Sedangkan bisnis narkotika dipegang oleh Maximus dan bisnis mereka itu kini semakin tumbuh berkembang pesat hingga hampir menguasai wilayah Vegas dan China serta Asia secara keseluruhan. Jordan masih terus berlatih beladiri serta jurus ninja dari dasar-dasar yang diajarkan oleh Maximus dan sesekali Rollo akan melakukan tes kecil pada pemuda tampan yang semakin dia sukai itu. Beberapa kali Vincent akan datang berkunjung ke kediaman Rollo untuk bertemu Lagertha yang tetap masih enggan dan malas-malasan menemuinya. "Ada tamu untukmu," cetus Jordan memberitahu kedatangan Vincent pada Lagertha. Lagertha menarik napas panjang dan menghembuskannya kasar, lalu bangk
"Katakan, siapa perempuan tadi?" tanya Lagertha dengan wajah dingin dan bernada ketus juga sangat tegas menginginkan jawaban pada Jordan, ketika mereka berdua telah berada di dalam mobil pulang, selesai berbelanja."Bukan siapa-siapa. Dia hanya terlihat sedikit mirip dengan orang yang ku kenal." sahut Jordan sembari menahan senyum pada bibirnya yang berkedut melihat Lagertha. "Tatap mataku, Jordan dan ulangi ucapanmu tadi! Aku sedang cemburu, please tolong berikan penjelasan masuk akal dan bujuk aku ...!" "Kamu sangat cantik jika terlihat galak seperti itu." cetus Jordan seraya tersenyum lembut dan tangannya sigap siaga menangkap tubuh Lagertha ketika mobil yang dikemudikan oleh pengawal mereka berbelok tajam menuju jalan pulang ke kediaman Connor. "Apa yang kamu pegang, Jordan?" bisik Lagertha yang langsung merasa enggan bangkit kembali ke tempat duduknya semula di sebelah Jordan. Berada dalam pelukan Jordan lebih hangat dan menyenangkan hati LagerthaJordan langsung melepaskan t
"Aku menyayangimu, Lagertha! Sangat sayang!" bisik Jordan hendak meletakkan tubuh telanjang Lagertha ke atas permukaan ranjang. Tiba-tiba lengan Lagertha melingkari pundak Jordan, tersenyum manja menengadah menatap mata Jordan yang masih menyisakan panik dan kini beralih terkejut memandang gadis manis di pelukannya. "Kamu sungguh menyayangiku, Jordan? Tidak ada wanita lain? Gadis yang di cafe itu?" tanya Lagertha tetap cuek walaupun tubuh polosnya terpampang jelas di depan Jordan. Jordan susah payah mengambil selimut yang telah dia jatuhkan sebelumnya, lalu membungkus tubuh Lagertha asal seperti gulungan kain. "Kamu membuatku sesak napas, Jordan!" pekik Lagertha manja juga tertawa kecil melihat pemuda tampan yang masih sangat panik dan dadanya turun naik dengan sangat jelas. Jordan terbiasa tidur hanya memakai kaos tipis dan celana training dan kini pakaian di tubuhnya telah turut berantakan akibat perbuatan Lagertha yang isengnya tiada ampun. Jordan melonggarkan selimut ya
"Aku dengar, kamu bertemu Yuri?" tanya Maximus setelah dirinya, Jordan dan Rollo selesai menikmati sarapan dan kini mereka bertiga berada di dalam ruangan kerja Rollo. Jordan tahu dirinya tidak akan bisa menutupi jika dirinya telah bertemu Yuri ketika pergi berbelanja bersama Lagertha. Bukan Lagertha yang akan mengadu pada Maximus tetapi pengawal anak buah Rollo yang diam-diam mengamati Jordan dan Lagertha. "Ya." sahut Jordan pendek sambil menatap mata Maximus yang sedang memindainya. "Apakah ada hal yang ku lewatkan?" Maximus kembali bertanya pada Jordan sembari tangannya membelai lehernya sendiri. Jordan tidak menyadari jika lehernya sempat di hisap oleh Lagertha ketika tadi dia panik melihat gadis itu berpolos ria terbaring di sebelahnya. Rollo menendang kaki Maximus di bawah meja agar tidak terlalu menggoda Jordan. Tetapi wajah Rollo tetap tenang seakan tidak terbaca meski dalam hati dia mengomeli putrinya yang pastinya telah menyosor Jordan lebih dulu. "Yuri dan Kalf memang
"Besok pagi, ikut bersamaku hadir dalam meeting perusahaan." ucap Rollo setelah dia membaca laporan perusahaan yang diberikan Jordan kepadanya. Sudah sebulan terakhir, sejak Priskila melahirkan Joshua, Rollo mengajarkan Jordan cara mengelola perusahaannya. Di sela-sela waktu luang mereka, Rollo akan mengajarkan Jordan ilmu beladirinya secara langsung serta bagaimana cara menembak menggunakan pistol ataupun senapan laras panjang.Rollo benar-benar seperti mempersiapkan Jordan untuk menjadi penggantinya memimpin organisasi mafianya dan juga memberitahu semua aset perusahaan Rollo yang banyak di klaim oleh kelompok Ben Horik. Ussy beberapa kali berusaha mendekati Jordan dan Rollo dengan datang membawakan minuman atau camilan yang tujuannya adalah untuk Jordan. Rollo memperhatikan Ussy, pelayan kediamannya yang masih muda itu meletakkan cangkir kopi untuk Jordan. Mata Rollo juga melirik Jordan untuk melihat reaksi pria muda yang disukai oleh putrinya tersebut, tetap cuek dan santai sep
Mister Bough mengamuk murka. membanting semua benda di atas meja kerjanya berantakan jatuh ke lantai, begitu melihat tayangan video yang dikirimkan oleh seseorang ke ponselnya.Dua orang anak buahnya yang menyeret tubuh Kaye ke dalam danau, terlihat beberapa kali mengikuti Ben Horik berpergian. Hal tersebut jelas mengindikasikan jika kedua anak buahnya tersebut selama ini membelot pada pihak Ben Horik. "Beraninya pria terkutuk itu menyusupkan mata-mata di sekitarku!" Mister Bough mendengkus geram memukul meja kerjanya dengan telapak tangan terkepal kuat. "Tiger, bawa semua anggota keluarga kedua orang itu ke hadapanku dan ..." "Permisi, Sir." terdengar suara ketukan pada daun pintu ruang kerja, "Ada Zero ingin bertemu Anda, membawa oleh-oleh." penjaga di depan pintu berteriak nyaring memberitahukan kedatangan Zero sehingga memotong perkataan Mister Bough yang ia tujukan untuk Tiger, asisten pribadinya. "Masuk!" Zero melangkahkan kakiinya memasuki ruangan kerja Mister Bough yang b
Entah sudah berapa jam Zetha merawat tubuh besar Maximus yang ia buat tetap tertidur pulas selama diberikan perawatan dan pengobatan, Luciano Sky selalu sigap luar biasa mendampingi, menyiapkan segala sesuatunya memudahkan pekerjaan Zetha. Dari menyodorkan jepitan sedotan ke sela bibir Zetha ketika mendengar hembusan napas pelan istri cantiknya itu, mengelap keringat, juga menyingsingkan lengan bajunya sampai ke turut serta menggunting benang begitu Zetha selesai membuat simpul dari menjahit bagian-bagian tubuh Maximus yang terbuka. Luciano dan Zetha benar-benar pasangan yang seiring senapas. Luciano selalu tahu apa yang harus dia lakukan dan diinginkan oleh Zetha tanpa istrinya itu berkata mengungkapkannya.Pun sebaliknya, Zetha akan selalu tahu saat Luciano menahan napas ketika tanpa sengaja jemari tangannya menyentuh tangan Marco Ilso yang ia genggam secara refleks. Zetha akan mendekatkan posisi tubuh serta kepala ke depan bibir Luciano agar suaminya itu bisa mengecup atau menciu
Jordan dengan Lagertha duduk pada kursi penumpang, mengemudikan mobil sport yang Lagertha curi, sangat cepat mengikuti mobil di depan mereka yang dikemudikan oleh anak buah Jasper melaju kencang membawa Maximus, Marco dan Kai ke landasan pacu helikopter. Maximus terluka parah, pun juga Kai mengalami cidera tusukan pisau pada perutnya. Mereka benar-benar seperti berlomba dengan waktu. Marco sudah menghubungi dokter terbaik untuk Maximus dan Kai sebelum diperintahkan oleh Jordan. Marco sangat paham seperti apa peran Maximus bagi Jordan dan Lagertha.Iringan mobil anak buah Jasper dan Jordan yang seolah membelah pekatnya jalanan daerah perbatasan, berpapasan dengan rombongan mobil pasukan keluarga Bough. Mister Bough yang turut serta berada dalam mobil anak buahnya, menolehkan kepalanya sejenak memandangi bagian belakang mobil sport yang dikemudikan Jordan.Alis pria tua tersebut terlihat sedikit bertaut, tetapi belum sempat bibirnya memberikan perintah pada sopirnya untuk berbalik, k
Jordan menyambar jubah dari tubuh mayat yang memiliki ukuran paling besar, melingkupkannya ke Maximus yang menyeringaikan sudut bibir tersenyum getir. "Aku tidak mengijinkanmu mati, Max! Jadi bertahanlah dan akan ku cari dokter terbaik untuk mengobatimu." bisik Jordan lembut tetapi setiap suku katanya penuh penekanan akan perasaan terdalamnya. "Kai, Lagertha ...!" Jordan berseru memanggil Lagertha dan Kai yang berlari meloncat bergegas mendekat. Malang bagi Kai yang sangat terburu-buru, ia justru berhadapan dengan Kaye yang masih menggenggam pisau di tangannya. Atau mungkinkah takdir untuk Kai? "Kai ...!" Maximus berusaha memanggil lirih untuk memperingatkan pemuda itu akan Kaye yang pandai ilmu beladiri. "Aku melihat ada mobil sport di samping rumah, cepatlah bawa Max ke sana. Segera aku akan menyusul." Jordan berbisik pada Lagertha yang tatapan matanya ragu, tetapi ia tetap menganggukkan kepala. "Kaye itu licik. bantu Kai ..." Maximus berkata sangat pelan yang langsung dimenge
Bagian depan pintu masuk gelap. Percikan cahaya terlihat jauh di dalam ruangan yang sepertinya itu adalah cahaya lilin.Jordan memberi kode untuk ia masuk lebih dulu ke dalam rumah, Lagertha di tengah dan bagian belakang Kai yang waspada akan sekelilingnya.Baru saja Jordan masuk ke dalam ruangan, wajahnya langsung terteleng ke samping. sebuah tinju dengan tenaga besar sangat kuat menghantam rahangnya hingga berderak.Perkelahian tidak dapat dielakkan. Jordan menutup pintu di belakangnya agar Lagertha tidak masuk dulu bersama Kai.Sang pria di dalam rumah kembali melayangkan pukulan ke arah Jordan, tetapi pemuda itu telah merunduk dan needle di tangannya dengan cepat menusuk perut sang pria yang ia gerakkan ke samping untuk merobek tanpa ampun.Mereka harus cepat, Jordan tidak memiliki waktu untuk bermain-main. Ia menarik needle dari perut sang pria yang terduduk menekuk lutut di lantai setelah memburai isi dalam perutnya ke
Jordan masih terbaring menengadah, melihat titik-titik air hujan yang jatuh melewati dedaunan lebat di atasnya. Hujan lebat kembali mereda berganti gerimis. Namun Jordan belum ingin bangkit dari posisi tidur telentangnya. Beberapa burung sudah keluar berkicau dan tupai serta monyet bersenda gurau di atas pepohonan. Jordan memperhatikan semuanya. Ia juga merasakan pil yang dijejali Zero masuk ke dalam mulutnya sudah mulai bekerja dari dalam, membuat pernapasan jadi teratur pun peredaran darahnya semakin lancar. "Pejamkan matamu, tebaslah titik-titik air tanpa membasahi tangan!" terngiang dalam kepala Jordan arahan dari Keigo, Papa kandungnya sewaktu ia masih dalam penjara tengah pulau. Jordan juga teringat ketika tadi Zero mengatakan, ""Latih fokusmu menebas titik-titik air hujan! JIka tidak, kau tak pantas mendapatkan istri cantik seperti Lagertha Connor!" Pria bertopeng itu juga menyebut Jordan, lamban, lemah dan tatapan kedua matanya terlihat sangat meremehkan Jordan. Perlahan
Hujan masih gerimis besar-besar yang bisa membuat tubuh seseorang basah kuyup jika lima menit saja berada di luar ruangan. "Aku akan siapkan sarapan untukmu," ucap Lagertha pada Jordan, telah berganti pakaian dengan sangat cepat setelah bercinta dan mereka mandi bersama membersihkan diri. "Nanti saja. Aku belum lapar." tolak Jordan seraya menyambar cepat pinggang ramping Lagertha untuk ia ciumi samping lehernya sambil mengendus aroma wangi tubuh istrinya itu. Lagertha sudah sangat paham kebiasaan Jordan yang akan mengendusnya jika ingin minta sesuatu. "Katakan, kamu mau apa dan kemana? Bersama siapa?" Lagertha meraih dan menangkup wajah berbulu maskulin Jordan untuk ia bawa menatapnya. Maximus sedang pergi mengontrol pengiriman 'paket-paket' dari organisasi mafia yang juga mereka sebut organisasi Jola. Sedangkan Marco setiap pagi hingga siang atau sore hari akan menghandel pekerjaan di perusahaan dan Jasper melakukan inspeksi lokasi untuk mendirikan pabrik di wilayah Asia bersama
Jordan mengerjakan dan memantau pekerjaannya dari kediaman. Ia semakin giat berlatih dan membuat tubuhnya bugar selalu. Ini adalah hari ke tujuh sejak pertemuan Jordan dan Zero di dalam hutan, belum ada tanda-tanda Zero datang berkunjung lagi. Pagi ini hujan turun cukup deras, namun tidak mengurungkan niat Jordan untuk melakukan inspeksi rutin setiap hari dengan waktu tak menentu memeriksa sekeliling kediaman. "Aku sudah siapkan air hangat untukmu berendam," Lagertha langsung menyambut Jordan di depan pintu belakang kediaman dengan jubah handuk di tangannya. Jordan menerima jubah handuk untuk ia lilitkan ke tubuh basahnya seraya memberikan kecupan ke pipi Lagertha yang berjingkat meringis karena merasakan dingin dari bibir Jordan sementara pria itu terkekeh rendah. "Dimana Joshua?" "Tidur lagi dengan Vanessa setelah sarapan." Lagertha menjawab sambil mengikuti langkah kaki Jordan menaiki tangga menuju lorong kamar. Jordan mampir ke kamar Joshua yang hanya digunakan di waktu sia
Jordan tiba-tiba terbangun dari tidur, mendapati Lagertha masih terlelap dalam dekapannya. Jordan bangkit perlahan, memindai sekelilingnya yang sinar lampu sangat temaram,, celingukan mencari Joshua yang ia lupa jika bayi tampan itu tidur bersama Samantha. Seakan terhubung dengan Jordan, Joshua terdengar merengek manja ikut terbangun di kamar Samantha. Jordan sudah berjalan ke depan pintu kamar Samantha terbangun oleng berusaha membujuk Joshua yang sedikit rewel. "Berikan padaku," Jordan sudah membuka pelan pintu kamar Samantha. Joshua di gendongan Samantha langsung mengulurkan lengan gempalnya ke arah Jordan yang tersenyum lembut meraih bayi tampan itu dan menghapus jejak airmatanya. "Dia belum terbiasa tidur berpisah dengan kami, aku akan membuatkannya susu dan membawanya tidur ke kamar." tutur Jordan yang akhirnya dianggukkan Samantha. "Terima kasih, Jordan." Samantha tetap merasa perlu berterima kasih pada suami keponakannya yang begitu sangat bertanggung jawab juga lembut dal