Satu Minggu telah berlalu, Zeira menjalani hari-harinya seperti biasa. Ia tetap bekerja sebagai OB dan menjadi istri saat di kediaman Wijaya. Setiap hari wanita cantik itu terlihat ceria dan tersenyum saat bertemu dengan orang-orang, namun di dalam sana hatinya sedang hancur berkeping-keping.Bagaimana tidak hancur ? Selama satu Minggu ini Maria tidak mau menerima telepon darinya, ditambah lagi Anjas yang sama sekali tidak memperlakukannya layaknya seorang istri. Mereka sudah satu Minggu menikah tetapi Anjas tidak pernah menyentuhnya.Seperti pagi ini, Zeira sedang sibuk menyiapkan keperluan Anjas. Memang hari ini adalah hari Minggu, tetapi pria tampan itu harus pergi menemui kliennya yang baru tiba dari luar kota."Apa kamu tidak mandi ?" Tanya Anjas sambil merapikan dasi."Iya pak, aku pasti mandi setelah bapak berangkat ke kantor" jawab Zeira dengan hormat. Wanita cantik itu sedang merapikan tempat tidur, sebab Azka baru saja bangun dan pergi ke kamarnya bersama baby sitter untuk m
Zeira menempelkan kunci yang berbentuk kartu yang ada di tangannya ke pintu. Ia masuk ke dalam kamar dan duduk di sisi ranjang. Tetapi matanya mengecil dan keningnya berkerut saat melihat ada satu bungkus rokok di atas meja.Zeira bangkit dari tempatnya, melangkah menuju meja, "ini rokok siapa ? Apa Sarah menginap dengan pria di kamar ini ?" Ucap Zeira bertanya kepada dirinya sendiri."Bukan Sarah, tapi aku Zeira" tiba-tiba terdengar suara dari pintu.Zeira memutar tubuh menghadap arah datangnya suara, "kamu" ucapnya setelah melihat yang berdiri di pintu itu adalah Bella dan Armel."Ya, ada apa ? Apa kamu terkejut ? Atau kamu takut ?" Sahut Bella dengan berbagai pertanyaan.Bella dan Armel melangkah menghampiri Zeira, "akhirnya kamu datang juga" bisik Bella sambil melewati Zeira."Maaf, aku harus pergi" Zeira berusaha melangkah tetapi tangan Armel tiba-tiba menarik tangannya."Tunggu dulu Zeira, kenapa buru-buru" ucap Armel.Zeira berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Armel, "t
"Aku tidak perlu mendengar ucapan kamu Zeira. Aku sudah melihat dengan mataku sendiri !" Bantah Anjas."Kamu harus mendengarkan aku pak, semua yang kamu lihat itu tidak seperti yang kamu bayangkan" Zeira berusaha untuk mengatakan yang sebenarnya, kalau ia dijebak oleh Bella dan Armel. Tetapi Anjas tidak memberinya waktu untuk berbicara.Anjas menundukkan tubuh kekarnya lalu mencengkram kedua pipi Zeira, "dengar baik-baik wanita jalang, jangan pernah berpikir untuk menghancurkan aku, karena aku tidak sebodoh yang kamu bayangkan. Aku tahu kalau kamu dan Armel memiliki hubungan dan sekongkol untuk merusak nama baikku" ucapnya.Zeira menggelengkan kepala untuk membantah ucapan Anjas. Wanita cantik itu hanya bisa menagis dan tidak bisa berbicara karena Anjas mencengkram kedua pipinya dengan kasar."Aku tidak pernah berpikir kalau putraku pewaris Wijaya akan terlahir dari wanita murahan seperti kamu. Tapi untuk itu ! Terima kasih karena kamu sudah melahirkan Azka, dan mulai hari ini kamu ti
"Kan kamu yang memintaku datang kemari" jawab Bella.Anjas menggelengkan kepala, "kapan aku memintamu datang kemari ?" Ucapnya."Coba lihat ponsel kamu" Bella meraih ponsel dari atas meja kecil yang ada di samping tempat tidur, lalu menyodorkannya kepada Anjas. "Ini, coba lihat ! Kamu ada gak menghubungi aku"Anjas mengusap layar ponselnya dan melihat ada 2 panggilan ke luar yaitu ke nomor Bella. "Aku ke kamar mandi dulu" Anjas bangkit dari ranjang melangkah menuju kamar mandi.Sementara Bella hanya tersenyum melihat Anjas menghilang di balik pintu. Wajah wanita cantik itu terlihat bersinar karena bahagia. Bagaimana Bella tidak bahagia ? Apa yang ia rencanakan dengan Armel dan Riana berjalan dengan sempurna. Ditambah lagi dengan kondisi Anjas mabuk parah yang membuat semuanya semakin mudah.Setelah Anjas ke luar dari kamar mandi, pria tampan itu melangkah menuju meja makan. Kaki jenjangnya melangkah menuruni anak tangga dan matanya tertuju ke depan, tetapi otaknya memikirkan apa yang
"Ow..... ternyata kamu sudah mulai bermain-main" ucap Bella sambil menatap layar ponsel Indri."Ada apa sih ?" Armel mendekati Bella untuk melihat apa yang ada di layar ponsel Indri.Tanpa berbicara, Armel langsung mencengkeram lengan Indri dengan kasar, "aku akan mematahkan tanganmu jika kamu berani membuka mulut" ucapnya dengan tegas."Jika Anjas sampai mengetahuinya ! Itu sudah pasti ulah kamu. Dan siap-siaplah untuk menjadi santapan binatang buas" lanjut Armel mengancam Indri."Maaf, maaf tuan" mohon Indri sambil meneteskan air mata."Hancurkan ponselnya" perintah Riana setelah melihat rekaman video yang ada di ponsel Indri."Itu sudah pasti mah" sahut Bella."Jangan nyonya, tolong jangan hancurkan ponselku" protes Indri sambil memohon. "Silahkan jika nyonya menghapus videonya, tapi tolong jangan menghancurkan ponselnya"Riana mencengkram kedua pipi Indri, "berani sekali kamu mematai aku. Apa kamu tidak ingin lagi melihat ibu dan anak-anakmu ?" "Jangan, jangan nyonya. Mereka tida
Tok....tok....tok... Suara ketukan pintu membangunkan Anjas di pagi hari."Siapa sih" gerutu Anjas. Ia turun dari ranjang melangkah untuk membuka pintu."Permisi tuan" ucap Asep dari balik pintu."Hm...ada apa ?""Di luar banyak karangan bunga pak ?" Jawab Asep.Anjas mengerutkan kening, "karangan bunga ?" Ucapnya sambil bertanya."Iya tuan"Anjas memutar tubuh, ia melangkah menuju balkon. Dari sana pria tampan itu melihat karangan bunga berbaris sepanjang jalan. Rasa kesal dan penasaran membuat Anjas ke luar dari kamar untuk melihat karangan bunga itu lebih dekat."Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya ibu Maria Selena. Dari perusahaan Tiga Putra" ucap Anjas sambil membaca tulisan papan bunga yang ada di hadapannya."Apa-apaan ini ? Apa mereka sudah gila mengirim karangan bunga ke tempat ini ?" Kesal Anjas.Wajar saja Anjas berkata seperti itu, sebab sampai saat ini ia tidak tahu siapa nama ibu Zeira atau ibu mertuanya. Anjas berpikir kalau orang yang mengirimkan
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Zeira bangkit dari tempatnya. Ia mengajak Azka masuk ke dalam mobil.Asep yang melihat wajah Anjas kesal ! Langsung bergegas menghampiri pria tampan itu. "Tuan harus sabar. Nyonya saat ini masih syok menghadapi kenyataan ini. Siapa yang tidak hancur saat ibunya pergi meninggalkannya untuk selamanya" ucap Asep untuk menenangkan Anjas."Hm... Kamu memang pintar berceramah, kenapa kamu tidak jadi ustad saja sejak dulu" geram Anjas. Pria tampan itu melangkah mengikuti Zeira menuju mobil, sedangkan Asep hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.....................Tiga hari telah berlalu, selama 3 hari ini Anjas bolak balik Jakarta Bandung, karena Zeira dan Azka masih menginap di sana untuk mengikuti acara doa untuk almarhum Maria.Walaupun Zeira bersikap acuh dan tidak memedulikan Anjas ! Tetapi pria tampan itu selalu datang dan menginap di sana. Anjas bukan turut prihatin dengan Zeira, tetapi ia takut jika Zeira membawa Azka kabur."Selamat sore pak
Anjas yang sudah dipengaruhi nafsu dan gairah, tidak sabar lagi untuk segera melepaskan benda berbentuk segi tiga yang menutup intim Zeira. Hanya dalam sekejap mata, benda itu sudah terlempar ke lantai. Anjas melebarkan kedua paha mulus istrinya lalu membenamkan wajahnya dikedua pangkal paha Zeira."Ow...ah...um..." Beberapa desahan ke luar dari mulut Zeira. Ia benar-benar tidak kuat untuk menahan, sebab lidah Anjas begitu liar dan nakal bermain di bawah sana."Su....su....sudah mas" ucap Zeira dengan nada mendesah."Resapi dan nikmati saja" sahut Anjas dari bawah sana. Pria tampan itu kembali membenamkan wajahnya, tampan rasa jijik ia menyedot semua cairan kental yang ke luar dari lobang surga dunia itu.Par....... tiba-tiba terdengar suara pecahan dari luar.Anjas mengangkat kepala, dan Zeira refleks merapatkan kedua pahanya."Apa itu ?" Tanya Anjas."Aku tidak tahu" Zeira bangkit dari tempat tidur, ia mengutip pakaiannya yang berceceran di lantai lalu memakainya."He...kamu mau ke
Zeira mengerutkan kening, ia bingung kenapa Anjas memanggil wanita itu, Bella. Sedangkan selma ini Zeira mengenalnya sebagai imel."Apa kabar Nyonya Zeira?" sapa Mark, sambil menyodorkan tangannya."Saya baik, bagaimana dengan bapak?" Zeira menjabat tangan Mark, ia juga balik bertanya."Saya baik," balas Mark.Setelah melepaskan tangannya dari Mark, Zeira menyodorkan tangannya kepada Bella. Namun Bella tidur menyambut tangan Zeira, ia justru menarik tangan wanita cantik itu, lalu memeluknya sambil menangis."Maafkan aku Zeira, aku benar-benar minta maaf," ucap Bella di sela-sela tangisan.Zeira melepaskan pelukannya dari Bella, "Hey, kamu kenapa minta maaf?" ucapnya.Tentu Zeira bertanya demikian! Menurutnya, ia tidak pernah ada masalah dengan wanita yang ada di hadapannya saat ini. Karena Zeira tidak tahu, kalau wanita itu adalah Bella. Sebab Bella sudah mengubah seluruh wajahnya dengan melakukan operasi plastik."Aku mohon maafkan aku Zeira, aku telah banyak melakukan kesalahan terh
"Hentikan." Sentak Zeira dengan nada yang lebih tinggi.Ia berusaha mendorong tubuh Saddam sekuat tenaga. Tetapi apalah daya, tubuhnya jauh lebih kecil daripada Saddam."Diam Zeira." Geram Saddam.Ia mulai kesal dengan sikap Zeira yang berontak, dengan kasar tangannya mencengkram kedua pipi Zeira."Kamu adalah istriku, sudah kewajibanmu untuk melayaniku," ucap Saddam dengan tegas. "Jadi, biarkan aku menikmati tu....." Tiba-tiba seseorang menarik Saddam dari belakang, sehingga pria tampan itu tidak melanjutkan kata-katanya.Pak....puk...pak... Beberapa pukulan mendarat di wajah Saddam."Aku yang akan menikmati tubuhmu pengkhianat." Suara bariton itu membuat Zeira berhenti menagis. Tadinya ia meringkuk di atas tempat tidur sambil berurai air mata, tapi kini kepalanya terangkat setelah mendengar suara yang tidak asing di telinganya."Ma....ma...mas Anjas," ucapnya dengan bibir gemetar.Zeira sama sekali tidak bergerak dari tempat tidur, ia mengucek mata untuk memperjelas penglihatannya
Mark melangkah mendekati Bella, "Maaf, tapi saya tidak mengenal anda." Wajah Bella terlihat sedih, bahkan kedua sudut matanya mengeluarkan cairan bening. Kondisinya saat ini membuatnya tidak bisa melakukan apapun. .......................Satu bulan telah berlalu, kondisi Bella kini semakin membaik. Terapi yang ia lakukan setiap hari membuat jari tangannya sudah bisa bergerak.Begitu juga dengan Mark, pria keturunan Jerman itu selalu datang menemui Anjas. Ia berusaha mengingatkan Anjas tentang masa lalunya, bahkan ia memberikan apartemennya untuk tempat tinggal Anjas dan Bella, selama mereka di sana. Mark sebenarnya ingin sekali terbang ke Indonesia untuk menemui Zeira lagi, tetapi pekerjaannya yang begitu penting tidak bisa ia tinggalkan. "Um...hum..." Bella menggumam saat melihat Mark muncul dari pintu.Mark yang mengerti maksud Bella, lantas menghampirinya, sedangkan Anjas bergegas menuju kamar."Ada apa Bella? apa kamu inginkan sesuatu?" Tanya Mark.Bella mengangguk, matanya ia
Mark sudah memohon, tetapi security tidak juga mengizinkannya untuk masuk. Akhirnya Mark kembali ke hotel."Saya terima nikahnya dan kawinnya Zeira Kirana binti Barata, dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai." "Sah...sah...sah..."Kini Zeira resmi menjadi istri Saddam, ia hanya menjabat tangan suaminya tanpa menciumnya. Begitu juga dengan sebaliknya, Saddam tidak mencium kening Zeira, sebab istrinya itu menghindar.Air mata tidak berhenti ke luar dari matanya, begitu juga dengan Susan. Ia sangat mengerti bagaimana perasaan kakaknya saat ini. Tetapi walaupun demikian, Susan tetap mengucapkan selamat dan mendoakan semoga rumah tangga kakaknya bahagia dan harmonis.Waktu menunjukkan pukul 5 sore, saat Saddam masuk ke kamar. Ia melihat Zeira duduk di kursi sambil menghadap ke arah kolam renang melalui jendela."Hem..." Saddam sengaja berdehem agar Zeira menyadari kedatangannya.Namun Zeira sama sekali tidak merespon, tatapan wanita cantik itu tetap saja tertuju ke arah kolam renang
"Selamat pagi." Suara dari seberang sana."Selamat pagi, apa ini dengan kantor Wijaya Grup?" Ucap Mark."Iya, ini dengan kantor Wijaya Grup. Saya bicara dengan siapa?" Tanya dari seberang sana."Ini saya Mark, klien pak Anjas. Apa saya bisa bicara dengan Ibu Zeira?""Maaf pak, ibu Zeira tidak ada di kantor." Balas dari seberang."Kalau begitu apa saya bisa meminta nomor ponselnya? ada yang ingin saya sampaikan tentang pak Anjas." "Tu....tu....tu...tu...." Tiba-tiba panggilan terputus. Mark mencoba menghubunginya kembali, namun tidak bisa terhubung."Pasti ada yang tidak beres," ucap Mark. Ia bangkit dari kursi dan pergi meninggalkan rumah sakit.Sementara di tempat lain, Saddam langsung melakukan tindakan agar Mark tidak bisa menghubungi nomor kantor. Ia juga berusaha menghubungi nomor Bella untuk memberitahu tentang Mark. Tetapi sayang, panggilnya tidak terhubung. Bagaimana terhubung, Bella saat ini sedang koma di rumah sakit, sedangkan ponselnya tinggal di hotel.Tepat pukul 5 sor
Keputusan Zeira untuk menikah dengan Saddam sudah bulat. Namun ia meminta pernikahan mereka hanya di laksanakan di kantor KUA tanpa adanya resepsi."Kak, apa kamu sudah yakin?" Tanya Susan.Saat ini kedua wanita cantik itu sedang duduk di taman sambil menemani Azka bermain."Sudah." Jawab singkat Zeira.Susan menarik napas dalam-dalam. "Jika kakak belum yakin! kakak berhak untuk menolaknya. Cobalah bicara dengan papah." "Tidak Susan, aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk kepada papah." Bantah Zeira."Kakak, jangan memaksakan diri hanya untuk sesuatu. Aku tahu kamu sangat menyayangi papah, itu sebabnya kamu setuju untuk menikah dengan Saddam. Tapi percayalah kak, pernikahan kamu dan Saddam tidak ada hubungannya dengan penyakit papah.""Tapi San.....""Tidak ada tapi-tapian, berpikirlah karena masih ada waktu satu bulan lagi." Setelah mengatakan itu, Susan langsung pergi.Sementara di tempat lain, Bella dan Anjas sudah berada di dalam pesawat. Keduanya terbang menuju Inggris untuk m
Satu bulan telah berlalu, hingga saat ini Zeira belum menerima permintaan ayahnya untuk menikah. Bahkan selama satu bulan ini, ia lebih sering mengurung diri di dalam kamar.Tok....tok....tok... Suara ketukan pintu menyadarkan Zeira dari khayalan.Ia bangkit dari kursi, melangkah untuk membuka pintu. Wajahnya sedikit kesal saat melihat ayahnya berdiri di sana. Zeira tahu tujuan ayahnya datang menemuinya, pasti untuk membujuknya agar menikah dengan Saddam."Apa papah boleh masuk?" Tanya Barata sambil tersenyum."Hm..." Sahut Zeira seiring dengan anggukan kepala."Apa papah datang kemari untuk membahas tentang pernikahan?" Todong Zeira setelah mereka duduk di sofa.Barata menggelengkan kepala, ia menatap Zeira sambil tersenyum. "Tidak sayang, papah datang kemari untuk mengajakmu menemani papah ke rumah sakit.""Apa papah sakit?" Zeira terlihat panik dan khawatir."Tidak sayang, papah hanya ingin cek. Soalnya akhir-akhir ini jantung papah sering berdegup kencang." Zeira bangkit dari tem
Semenjak melihat raut wajah Saddam yang begitu tegang! Susan merasa ada sesuatu yang aneh dengan pria tampan itu."Kak, kamu lihat gak wajah Saddam?" Tanya Susan kepada Zeira."Enggak, kenapa?" Zeira balik bertanya."Aku merasa ada yang aneh deh." "Aneh bagaimana? kakak rasa gak ada yang aneh." Bantah Zeira."Aku merasa wajah Saddam sedikit tegang, saat kakak mengatakan bertemu dengan pria yang mirip dengan kak Anjas." "Masa sih?" Ucap Zeira."Iya, aku enggak bohong kak." Susan mengangkat dua jari tangannya sebagai tanda serius.Zeira tersenyum tipis, "Mungkin Saddam merasa lelah, karena akhir-akhir sering lembur. Jadi wajar kalau wajahnya terlihat tegang atau pucat." Zeira berpikir positif, walupun ia tidak nyaman dengan keberadaan Saddam di rumah itu! tapi Zeira sama sekali tidak pernah berpikir buruk terhadapnya....................Pukul 6 pagi, Saddam sudah meninggalkan kediaman Wijaya. Pria tampan itu mengemudi mobilnya sendiri tanpa sopir pribadi.Biasanya setiap hari Minggu
Enam bulan telah berlalu, kenyataan pahit itu masih menyelimuti kediaman Wijaya. Terutama Zeira dan kedua anaknya, bahkan sampai saat ini Azka masih sering menagis mencari ayahnya.Seperti pagi ini, Zeira harus berusaha keras membujuk putranya."Sayang, kamu harus makan, katanya mau jadi anak pintar! kalau gak mau makan, gimana mau pintar," ucap Zeira untuk membujuk putranya."Aku rindu papah." Sahut Azka.Zeira menaruh piring yang ada ditangannya ke atas meja. Lalu memeluk Azka dengan erat dan penuh kasih sayang."Mamah juga rindu papah sayang." Balas Zeira.Keduanya saling berpelukan dan menumpahkan air mata."Jangan sedih dong, aunty jadi ikut sedih," ucap Susan."Kakek juga ikut sedih." Timpal Barata. Pria paruh baya itu sudah kembali dari Singapura, setelah mendengar kabar kematian menantunya. Lagipula kondisi Barata sudah sembuh 80 persen. Jadi ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan menghentikan pengobatannya. Ia ingin menjaga dan menemani kedua putrinya.Azka melepaskan