Share

Bab 30

Penulis: Ziach Aprilianty
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pria yang tengah memandangi Rania itu tak lain adalah Reynald. Ya, secara kebetulan pria itu tak sengaja melihat Rania di rumah sakit. Reynald sendiri sedang mengunjungi saudara dari ibunya yang sedang sakit. Namun, pria itu justru malah melihat Rania.

"Ngapain dia di rumah sakit?" batin Reynald bertanya-tanya.

Rania duduk lemas di bangku koridor rumah sakit. Wanita itu membaca satu per satu rincian biaya yang harus ia bayarkan. Total biaya yang harus dikeluarkan Rania cukup besar. Mengingat dirinya belum menerima gaji, jelas Rania tidak akan bisa melunasi biaya rumah sakit itu.

"Aku harus cari uang ke mana?" Rania memijat kepalanya yang pening.

Reynald makin dibuat penasaran saat melihat ekspresi Rania. "Ngapain perempuan itu duduk di situ?"

Tanpa sadar, air mata Rania jatuh dari sudut matanya. Reynald terkejut saat ia tak sengaja memergoki Rania yang sedang menangis.

"Itu cewek ngapain lagi pake acara nangis segala? Kayak gak ada tempat lain aja."

Rania bangkit dari bangkunya, kemu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 31

    Rania sudah siap dimaki-maki oleh Reynald. Jika ujung-ujungnya gajinya harus dipotong pun Rania juga akan terima. Namun, tidak seperti biasanya. Reynald sama sekali tidak berteriak pada Rania yang jelas-jelas sudah melalaikan pekerjaannya. "Kerjain nanti aja kalau gitu! Sekarang kamu temani saya bertemu klien di luar!""Reynald nggak marah? Aku belum ngerjain laporan dan dia nggak marah??" batin Rania keheranan."Buruan siap-siap! Saya kasih waktu kamu 30 menit untuk mempersiapkan berkas yang harus dibawa. Kamu bisa minta salinan file sama Vira. Vira udah nyiapin semuanya.""Baik, Bos!" seru Rania.Tidak hanya Rania saja yang bingung dengan sikap Reynald, Vira dan Listy juga cukup terkejut saat melihat sikap Reynald yang mulai lunak kepada Rania. Biasanya pria itu akan mencari-cari kesalahan Rania. Reynald juga akan mengomel pada Rania, meskipun Rania dapat menyelesaikan semua pekerjaan dengan baik. Namun, hari ini Reynald tampak berbeda."Tumben hari ini kamu nggak dimarahin, Ran? Pa

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 32

    Reynald memberikan permen pada Rania.Rania terpaku beberapa saat, kemudian mengelak dan mengatakan jika dirinya tidak mengantuk. Wanita itu kemudian membuka matanya selebar mungkin hingga membuat wajah Rania terlihat sedikit mengeluarkan di mata Reynald. "Nih, mata saya masih seger kan, Pak! Bapak tenang aja, saya nggak akan mengacaukan meeting hari ini, kok!""Astaga, ini cewek mukanya dibuat serem gitu malah jadi jelek. Matanya sampai mau copot gitu pula," batin Reynald miris melihat tingkah aneh Rania, tetapi pria itu sebenarnya harus menahan tawanya melihat tingkah absurd Rania.Tak Lama kemudian mobil Reynald pun akhirnya sampai di lokasi. Reynald dan Rania segera turun menemui klien untuk mengurus pekerjaan mereka. Untungnya pertemuan mereka berjalan dengan lancar. Meskipun Rania terlihat lelah, tapi wanita itu tetap bisa menjaga profesionalitas kerjanya.Reynald cukup salut dengan kinerja Rania ketika mereka bertemu klien. Pria itu terlalu larut dalam dendam hingga Reynald tid

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 33

    "Maaf saya agak lama di toilet, Pak," ucap Rania tak enak hati."Nggak masalah! Kamu beneran nggak mau makan? Saya udah pesenin banyak makanan buat kamu.”Tak lama kemudian meja Rania dan Reynald pun langsung penuh dengan banyak hidangan. Para pelayan mempersilakan Reynald dan Rania untuk memakan hidangan-hidangan nikmat itu. Karena sudah dipesan, terpaksa Rania pun harus menghargai kebaikan bosnya dengan melahap semua makanan yang dibelikan oleh Reynald."Setelah ini kita kembali ke kantor. Tolong selesaikan revisi yang saya minta tadi!" perintah Reynald."Baik, Bos!" seru Rania sembari menaruh tangan kanannya di kepala sebagai tanda hormat.Usai menyantap hidangan makan siang, Rania pun kembali ke kantor dengan menaiki mobil Reynald. Rania kembali duduk bersama dengan Reynald di bangku belakang seperti saat mereka berangkat tadi.Di dalam mobil, Rania kembali menguap. Meskipun wanita itu tadi sudah membasuh wajahnya dan meminum kopi, tapi nyatanya hal itu tidak mampu mengusir rasa k

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 34

    Reynald hanya bisa menghela nafas saat melihat Rania yang terus-terusan mengoceh tanpa memberikan kesempatan padanya untuk berbicara. Setelah Rania puas meminta maaf, Reynald pun meminta Rania untuk kembali bekerja tanpa membahas mengenai Rania yang tertidur di bahunya."Kamu pasti udah gila, Ran! Bisa-bisanya kamu ketiduran di mobil dan nyender di pundaknya Pak Reynald!" Rania membasuh wajahnya berulang-ulang untuk menyadarkan dirinya dari rasa kantuk.Lagi-lagi wanita itu dapat meloloskan diri dari kemarahan Reynald. Rania pikir dia akan kembali mendapatkan caci maki dari bosnya, tapi ternyata Reynald justru memperlihatkan sikap di luar dugaannya."Untung aja Bos nggak marah. Apa si Bos beneran sudah berubah?"Rania kembali ke mejanya, kemudian menatap ke arah ruang kerja Reynald tanpa berkedip. Wanita itu mengingat-ingat kembali semua hal yang dilakukan oleh Reynald hari ini. Meski ia merasa tidak nyaman dengan perubahan sikap Reynald, tapi Rania juga berharap jika ini bisa menjadi

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 35

    Ketiga orang itu pun berjalan bersama keluar dari kantor, kemudian mencari tempat untuk berbincang sebelum pulang. Bima terlihat bersemangat saat membahas tentang Rania bersama dengan Listy dan Vira. Pria yang sudah jatuh cinta pada pandangan pertama pada Rania itu benar-benar sudah bertekad ingin mendekati Rania dan menjadikan wanita itu sebagai kekasihnya."Kalian udah kenal dekat sama Rania, kan? Menurut kalian Rania itu orangnya gimana?" tanya Bima penasaran.Vira dan Listy saling pandang satu sama lain. Mereka memang belum lama mengenal Rania, tapi mereka yakin Rania adalah wanita yang baik."Rania orangnya ramah. Dia juga supel dan gampang bergaul," ungkap Listy."Rania itu pokoknya orangnya baik. Dia juga rajin dan nggak suka ngegosip kayak yang lain," imbuh Vira."Apalagi yang kalian tahu soal Rania?" tanya Bima. Pria itu ingin mengorek informasi sebanyak mungkin dari Vira dan Listy yang sudah lebih dulu mengenal Rania dibanding dirinya."Daripada kamu tanya sama kita, mendinga

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 36

    Mirna tidak bisa banyak membantu. Wanita tua itu tak memiliki pilihan lain selain menjual cincin pernikahannya. Hanya cincin itulah yang mereka miliki."Ran, cincin ini cuma benda mati. Dibandingkan sama ayah kamu, tentu ayah kamu jauh lebih berharga dari cincin ini," tegas Mirna.Wanita paruh baya itu melepas cincin yang melingkar di jari manisnya, kemudian memberikannya pada Rania. "Cepat kamu jual cincin ini! Ibu akan coba cari pinjaman sama tetangga."Rania hampir menangis. Di situasi terjepit seperti ini Rania tak tahu lagi harus meminta bantuan pada siapa."Maafin aku, Bu," ucap Rania. Tanpa sadar, air mata mulai menetes membasahi pipi Rania."Buat apa minta maaf? Ini bukan salah kamu. Ini salah Ibu sama Ayah. Ibu sama Ayah yang sudah menyusahkan kamu," sahut Mirna.Ibu dan anak itu menangis. Di masa-masa sulit seperti ini, mereka harus saling menguatkan satu sama lain."Maaf, aku belum bisa membahagiakan Ayah sama Ibu," ungkap Rania sesenggukan."Ibu sama Ayah yang udah gagal,

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 37

    "Ibu juga bingung. Siapa aja orang yang tahu kalau ayah kamu di rumah sakit? Cuma Paman sama bibi kamu aja yang tahu, ‘kan?"Rania mengangguk. Wanita itu tidak menceritakan kondisi ayahnya pada banyak orang. Rania hanya memberi kabar pada kerabat dan juga teman-temannya yang ia pinjami uang. Selain itu, tidak ada lagi orang yang tahu mengenai kondisi ayah Rania saat ini."Padahal biaya operasi Ayah kan lumayan mahal. Belum lagi orang itu juga udah nambah deposit untuk biaya rawat inap. Jumlahnya cukup besar kan, Bu? Kenapa ada orang yang mau merelakan uang sebanyak itu buat pengobatan Ayah?"Rania cukup lega karena masalah biaya rumah sakit dapat diselesaikan dengan baik. Wanita itu juga tidak perlu mencari pinjaman dan menjual cincin pernikahan milik orang tuanya, tapi tetap saja Rania tidak bisa tenang jika ia belum menemukan orang yang sudah membantunya. Bagaimanapun juga Rania akan menganggap bantuan ini sebagai pinjaman, dan akan mengembalikan uang tersebut pada sang pemilik."Ki

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 38

    Secara tidak langsung, Vira dan Listy sedang berusaha membantu Bima untuk mencari tahu tentang pacar Rania. Rania yang tidak tahan karena terus digoda oleh teman-temannya itu pun akhirnya menyangkal dan menegaskan kalau dirinya tidak mempunyai pacar, apalagi calon suami."Kalian ngomong apa, sih? Siapa yang udah mau nikah coba? Aku belum punya pacar kok!" seru Rania terkekeh."Yang benar? Padahal kamu cantik loh, Ran. Nggak mungkin kamu belum punya pacar," sahut Listy."Buat apa juga aku bohong ke kalian? Kalau aku udah mau nikah, aku pasti udah nyebar undangan ke kalian," tukas Rania sembari menggelengkan kepalanya.Vira menoleh ke arah Bima, kemudian mengedipkan matanya. Kini, Bima sudah memastikan kalau Rania memang benar-benar jomblo. Setelah tahu kalau Rania ternyata tidak mempunyai kekasih, Bima makin membulatkan tekadnya untuk mengejar Rania dan menjadikan wanita itu sebagai calon istrinya."Ternyata Rania belum punya pacar. Itu artinya aku masih punya kesempatan, ‘kan?" batin

Bab terbaru

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 67

    Rania yang terkejut mendengar suara beling pecah pun lantas menoleh ke arah bosnya dan melihat telapak tangan Reynald yang mengeluarkan darah.Rania lantas bergegas mengambil sapu tangan di tasnya dan berlari ke meja Reynald. Mengelap telapak tangan Reynald yang penuh dengan darah. “Ya ampun, Pak! Kenapa bisa gini?” panik Rania. Namun, Reynald hanya diam membisu dengan tatapan kosongnya. Terlihat jelas mata pria itu yang tenah memancarkan emosi.Rania kemudian berlari mengambil betadine dan kain kasa guna membelitkan luka di tangan Reynald. Dengan pelan dan telaten, Rania mengobati luka itu. Setelah selesai mengobati tangan Reynald, Rania segera membersihkan beling-beling yang berceceran di lantai.Tatapan Reynald masih terpaku pada pikirannya. Pria itu bahkan tak sadar jika Rania sudah mengobati luka di tangannya, dan Rania juga yang membersihkan pecahan-pecahan beling itu.Rania lantas kembali ke mejanya setelah selesai membersihkan pecahan-pecahan gelas kaca itu. Namun, belum sampa

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 66

    “Udah lama kerja sama Reynald?” tanya Irene seraya berdiri di samping Rania dan merapikan penampilannya.“Lumayan, Mbak!” jawab Rania. Wanita itu terpaksa harus berbohong sebab Rania melihat Irene ini agak sedikit sombong.“Oh.” Hanya itu yang keluar dari mulut Irene.“Mbaknya udah kenal sama Pak Reynald?” tanya Rania yang sengaja memancing Irene.“Ya. Kami sudah kenal cukup lama. Sangat lama, dan sangat kenal,” jawab Irene sombong.“Oh.” Rania mengangguk.“Reynald belum punya pacar, kan?” tanya Irene.“Kalau itu saya tidak tahu, Mbak. Karena itu bukan wewenang saya untuk mengurus hidup orang lain,” ujar Rania yang mampu merubah ekspresi wajah Irene.Wanita itu tampak kesal mendengar jawaban dari mulut Rania. Rania seolah seperti sedang menyindir Irene. Rania kemudian pamit untuk kembali ke ruangan Indira, sedangkan Irene justru mengepalkan tangannya seraya menatap punggung Rania yang semakin menjauh.***Setelah dari toilet Reynald memutuskan untuk kembali ke kantor bersama Rania. Pr

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 65

    Saat ketiga orang itu sedang fokus membicarakan perkembangan bisnis kain di perusahaan Reynald, tiba-tiba seorang wanita misterius datang dan mengetuk pintu ruangan Indira.“Masuk!” seru Indira mempersilakan.Wanita misterius itu pun masuk ke dalam ruangan Indira dengan langkah percaya dirinya bersama dengan seorang office girl yang kebetulan juga berada di depan pintu ruangan Indira. Rania menoleh sesaat untuk melihat orang yang datang tersebut, kemudian kembali fokus pada percakapan antara Reynald dan Indira.Wanita misterius itu tampak berjalan beriringan bersama dengan office girl tersebut, kemudian office girl itu meletakkan kopi yang ia buat di meja yang ada di depan ketiga orang itu, sedangkan Irene berdiri di samping office girl itu.Pembicaraan spontan terhenti saat office girl tersebut mempersilakan para tamu untuk meminum kopi yang telah ia buat. “Silakan diminum, Pak, Bu!” ucap office girl itu dengan ramah.Reynold menoleh menatap depan. Di mana office girl itu berdiri dan

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 64

    Sesampainya di tempat yang telah ditentukan, Reynald dan Rania segera turun dari mobil. Keduanya berjalan beriringan menuju meja tempat bertemu dengan klien. Baru saja keduanya duduk di bangku yang telah dipesan oleh Reynald, klien itu datang. Reynald dan Rania sontak kembali berdiri dan menyambut klien mereka. “Selamat pagi, Pak Reynald. Bagaimana kabarnya?” sapa klien Reynald.“Baik. Sangat baik. Silakan duduk, Pak.” “Ini sekretaris barunya atau calon Pak Reynald, nih?” tanya klien itu saat bersalaman dengan Rania.Rania yang mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh klien itu pun mencoba menyanggahnya. Takut jika Reynald tersinggung. “Ah, saya–” Belum selesai Rania berbicara, Reynald lebih dulu memotongnya. “Dia sekretaris pribadi saya,” ucap Reynald tersenyum.“Oh, pantes. Hahahaha. Ya ya ya, saya mengerti.” Klien itu spontan tertawa. Mengerti maksud dari ucapan Reynald, sedangkan Rania justru mengerutkan keningnya merasa bingung kenapa orang itu tertawa.****“Udah dari tadi

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 63

    Tak lama mobil Reynald berhenti di sebuah toko. Reynald segera keluar dari mobilnya, sedangkan Rania yang bingung pun hanya diam membeku di dalam mobil. Reynald yang melihat Rania hanya diam pun memberikan kode lewat gerakan kepalanya agar Rania keluar dari kendaraan itu.“Pilihkan sepatu yang bagus untuk dia,” titah Reynald seraya menunjuk Rania yang masih berada di belakangnya. “Baik, Pak!” patuh pelayan itu.“Ukuran sepatunya nomor berapa, Kak?” tanya pelayan itu pada Rania yang kini menatapnya bingung.“Hah? Saya?” tanya Rania bingung.“Iya, Kak. Ukuran kaki kakak nomor berapa?” “Tiga puluh delapan. Kenapa, Mbak?”“Tidak apa-apa, Kak. Sebentar ya, saya carikan dulu,” ujar pelayan itu yang kemudian mengambil beberapa wedges dan high heels yang bagus dan cocok untuk Rania.Rania hanya diam berdiri menatap bos dan pelayan toko itu dengan bingung. Beberapa saat kemudian pelayan toko itu pun datang dengan membawa beberapa kardus yang isi di dalamnya adalah model sandal dan sepatu yan

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 62

    “Pagi, Pak!” sapa Rania pada satpam penjaga kantor.“Pagi juga, Bu Rania,” balas satpam tersebut.Rania melangkah masuk ke dalam kantor. Tak lama disusul oleh seorang pria berbadan tegap yang juga baru datang.“Pagi, Pak!” siapa para satpam pada Reynald.“Pagi,” jawab Reynald.Rania yang sedang menatap layar teleponnya sedikit terkejut saat tiba-tiba ada seseorang yang berjalan di sampingnya. Wanita itu sontak menoleh dan melihat siapa orang yang berada di sampingnya. Ternyata orang itu adalah bosnya.“Eh, Bapak,” nyengir Rania. “Pagi, Pak!” sambung wanita itu.“Segera bersiap. Sebentar lagi kita berangkat,” ujar Reynald tanpa menjawab sapaan dari Rania.“Baik, Pak.” Keduanya lantas menuju ke meja kerja mereka masing-masing. Namun, tiba-tiba Reynald memanggil Rania.***Seorang wanita memasuki gedung perusahaan besar dengan langkah anggun bak model ternama papan atas. Kacamata yang bertengger di hidungnya ia naikkan hingga di atas kepala. Semua mata tertuju padanya. Dengan angkuhnya

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 61

    Reynald menoleh menatap ibunya yang ternyata juga sedang menatapnya dengan senyum yang begitu manis. Pria berusia 30 tahun itu mengerutkan keningnya melihat sikap sang ibu yang tampaknya sangat menyukai Rania. Padahal mereka baru bertemu satu kali.“Tidak. Dia dekil. Nyebelin. Keras kepala, dan–,” ucap Reynald menggantung.“Dan?” tuntut Bella agar Reynald melanjutkan ucapannya.“Ngangenin.” ***Rania berjalan ke ruang makan dengan langkah yang dihentakkan. Wanita itu kesal karena penampilannya selalu dinilai buruk oleh orang lain. Padahal menurutnya penampilan dirinya sudah kece dan cukup cantik, tetapi kenapa orang lain selalu tak suka melihatnya? Entahlah, Rania bingung.Wanita itu melahap sarapannya dengan diam. Tak ada percakapan antara dirinya dengan orang tuanya. Bagas yang melihat anak dan istrinya hanya diam membisu pun menatap mereka satu per satu. Keduanya tampak sedang fokus menyantap sarapannya. Terlihat jelas raut kesal di wajah Rania, sedangkan wajah Mirna tampak acuh

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 60

    "Sudah siap!" Rania menatap pantulan dirinya di depan cermin besar yang ada di dalam kamarnya. Pagi-pagi sekali wanita itu sudah mandi dan bersiap dengan pakaian yang rapi dan cantik. Namun, sayangnya tampak seoerti ada yang kurang. Baju pemberian Reynald yang telah Rania pakai memang sudah menunjang penampilannya, tapi sayangnya wajah Rania tanpa polesan make up. Wanita itu hanya memakai lip tint berwarna merah di bibirnya. Ditambah lagi Rania tetap mengenakan sepatu kumal yang selalu ia pakai setiap harinya. Benar-benar tak habis pikir.Mirna, ibu dari Rania itu sontak menoleh saat melihat putrinya sudah keluar dengan berpakaian rapi, lalu menghampiri putrinya."Kamu udah mau berangkat, Ran?" tanya Mirna."Iya, Ma. Rania mau berangkat lebih awal," jawab Rania.Mirna memandang putrinya dari ujung kaki hingga sampai kepala Rania dengan dahi yang berkerut. Wanita paruh baya itu benar-benar tak habis pikir dengan penampilan putrinya yang terlihat aneh. Bagaimana tidak? Pasalnya Rania

  • Bos Killer itu Pacar Rahasiaku    Bab 59

    “Sebenarnya dia itu orang yang juga sudah membantu membiayai pengobatan Ayah saat operasi kemarin,” ungkap Rania.Dengan terpaksa gadis itu harus berkata jujur pada orang tuanya, siapa orang yang telah membelikan baju-baju mahal pada dirinya agar kedua orang tuanya tidak salah paham.“Hah? Serius kamu, Ran? Kamu udah nemuin orang yang bantu biaya pengobatan Ayah?” Mirna terkejut setengah mati saat mendengar ucapan anaknya.“Iya, Bu. Rania udah tahu siapa orangnya.”“Siapa itu, Ran? Ayah mau ketemu sama dia, dong!” Bagas benar-benar penasaran dengan orang yang telah membantu menolong dirinya untuk biaya operasi di rumah sakit.“Jadi, ternyata orang yang udah bantu bayarin pengobatan Ayah itu adalah Bos di kantor Rania. Mungkin karena dia kasihan ngelihat Rania kesusahan cari pinjaman atau gimana, akhirnya dia mau bantuin Rania buat bayar biata tagihan rumah sakit kita.”“Oh jadi yang bayarin biaya rumah sakit Ayah itu bos kamu?” Mirna benar-benar tidak menyangka jika bos di tempat kerj

DMCA.com Protection Status