“Rektor?”
“Rektor!”
Beberapa mahasiswa menunduk hormat dengan berbagai ekspresi rumit di wajahnya, pun dengan Nayla dan Delia, kaki Nayla seperti sudah enggan untuk berpijak. Wajahnya pucat pasi, namun harga diri terakhirnya masih tidak bisa dibiarkan jatuh.
“Rektor, ada keperluan apa Anda menghampiri kami?” tanya Delia penuh hormat.
“Aku ingin menjemput mahasiswa baru, Reagan Prince Maverik,” jawab pria dengan rambut yang sudah memutih itu.
“Saya, saya orangnya!” jawab Reagan sambil tersenyum menatap Nayla yang masih berdiri mematung.
“Tidak mungkin, ini tidak mungkin, kan?” Nayla menggunjang tubuh Delia, “Delia, tolong katakan padaku bahwa ini tidak benar, tolong katakan bahwa aku sedang bermimpi!”
Plaakkk!
Sebuah tamparan mendarat di wajah Nayla. “Sekarang kamu merasa sakit, kan? Kamu percaya kan bahwa kamu tidak sedang bermimpi?” ujar gadis itu lagi.
“Nona, urusan kita belum selesai. Aku akan menemuimu nanti siang.” Reagan berkata penuh seringai licik, sementara Nayla langsung membayangkan bagaimana bibir Reagan akan menyesap bibirnya, memberikan lumatan kecil di dalam sana. Nayla langsung bergidik ngeri dan ingin menangis.
Tubuh Reagan menghilang dibalik eskalator yang dinaikinya bersama sang rektor.
“Apa kamu mengenal mahasiswa itu?” tanya sang rektor pada Reagan.
“Tidak, baru kenal hari ini.”
“Apa mereka mempersulitmu?” tanya pria itu lagi.
“Tidak, mereka cukup baik.”
“Reagan, ini adalah kota besar, dan ini adalah kampus ternama. Di luar sana, saya harap kamu bisa menjaga nama baik kampus dan dirimu sendiri.”
“Baik, rektor Alex,” ucap Reagan mengangguk.
Ya, Georgia University adalah salah satu universitas swasta terbesar di New York berdasarkan jumlah pendaftaran, dengan total 51.848 mahasiswa terdaftar pada tahun ini. Dan Georgia University adalah salah satu sekolah dengan jumlah pelamar terbanyak di negara ini dan penerimaannya dianggap selektif melalui jalur prestasi.
Maka dari itu, Reagan yang merupakan mahasiswa berprestasi dan memiliki keahlian di bidang informatika dengan pengalaman kerja di perusahaan-perusahaan besar, membuat dia diundang secara langsung oleh rektor kampus.
Reagan berada di ruangan rektorat cukup lama, hingga mata kuliah pertama selesai. Reagan keluar dari ruang rektorat, pada saat yang sama, seorang mahasiswa berjalan keluar dari ruang perpustakaan.
Dalam sekejap dia menjadi fokus para mahasiswa yang berjejer di lorong. Riasan yang tipis, dalam sekejap tampak seperti bidadari yang cantik.
Reagan tidak asing dengan gadis itu, dia adalah Claire, gadis yang memeluknya di stasiun tadi pagi. Reagan berjalan untuk menyapanya, namun baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba seorang pria dengan hodie lebih dulu menghampiri Claire.
“Claire, kenapa kamu tiba-tiba kabur dari pertemuan keluarga? Kedua orang tua kita sudah sepakat untuk membicarakan pertunangan, harusnya kamu bersikap sedikit koperatif.” Elenio Filips berkata dengan penuh penekanan.
“Pria yang baik tidak akan pernah memaksa wanita untuk mencintainya. Menyingkirlah! Kalau tidak, aku tidak akan segan-segan padamu!” Claire memelototinya dengan jijik.
“Claire, tolong beri aku kesempatan. Aku pasti akan mencintaimu dengan tulus.” Elenio berkata dengan penuh kasih sayang.
“Aku tidak ingin mengulangi perkataanku untuk kedua kalinya!” Claire menatap pria itu dengan perasaan marah.
“Claire, kamu berkata seperti itu, tidak takut menyakitiku kah?” Pria itu terus berjalan untuk membujuk Claire, tapi Claire terus berjalan menjauh dengan jijik.
Tiba-tiba tubuhnya menabrak tubuh Reagan, dada bidang Reagan memantul pada dada Claire yang besar dan montok. Reagan merasakan sentuhan itu sembari tangannya menangkap tubuh Claire dengan sempurna.
“Jangan sentuh dia, dasar pria sialan!” Elenio berteriak dengan marah, hilang sudah wajah sempurna yang selama ini dia tunjukkan di depan Claire.
“Kenapa tidak bisa? Kamu tahu tidak siapa dia?” tanya Claire pada Elenio.
“Si ... siapa?”
“Dia kekasihku! Pria yang aku cintai, aku hanya akan menikah dengannya.”
Claire bahkan tidak meliriknya, setelah melepaskan pelukan Reagan, dia menarik Reagan untuk pergi. Tapi Elenio masih keras kepala dan berjalan dengan cepat mengejarnya.
Namun Reagan secara sengaja menendangnya dari depan, dia menjulurkan kakinya ke belakang dan tepat mengenai benda kecil di tubuh Elenio.
Elenio jatuh dan tersungkur di lantai, “Sialan kamu!”
Elenio berniat melawan Reagan, namun Reagan yang pandai bela diri tentu saja Elenio yang seorang anak mami tidak bisa mengalahkannya.
“Kamu kira dengan dirimu yang merupakan orang kaya bisa bertindak semaunya?”
“Hanya mengandalkan uang, apa kamu pikir kamu sudah hebat?”
Suara penonton disekitar menjadi semakin riuh, suara mereka semakin keras dan saling bersahutan.
Elenio berusaha bangkit berdiri, dan berteriak pada mahasiswa yang menontonnya layaknya seorang badut yang lucu.
“Kalian, mau mati ya?”
Para mahasiswa langsung bubar, tidak ingin menimbulkan masalah di ruang rektor. Tapi yang ingin mereka pertanyakan, ada hubungan apa pria kumuh itu dengan Claire? Si idola kampus yang terkenal.
“Terima kasih hari ini telah membantuku lagi,” ucap Claire pada Reagan sebelum mereka berpisah di depan lobi.
“Ah, apa?” Reagan tidak sempat berpikir, dia pikir hari ini bisa ikut makan dengan wanita cantik di depannya, minimal sedikit ungkapan terima kasih.
Tapi sayangnya Claire justru menunjukkan gestur perpisahan pada Reagan, seolah tidak ingin pria itu mengikutinya.
“Jika kita bertemu lagi untuk ketiga kalinya, aku anggap kita berjodoh.” Claire berkata pada Reagan.
“Tapi, bagaimana aku tahu namamu, Nona cantik?”
“Claire, panggil saja Claire.” Kemudian gadis itu berlalu meninggalkannya.
Reagan diam-diam merasa bahagia, dia tidak menyangka gadis itu semakin dilihat semakin cantik. Mata besar yang indah, kulit putih seperti salju, rambut selembut sutra yang terbang tertiup angin.
Kemeja yang dikenakannya juga mengembang dengan sempurna dibagian dadanya, menunjukkan ukuran 36C. Di bawah rok yang dia kenakan terdapat kaki yang ramping dan indah tanpa lemak.
Reagan berpikir dalam hati, hidup dengan gadis cantik seperti Claire, bahkan dia ingin menghabiskan seumur hidupnya.
Tiba-tiba ingatannya kembali pada gadis di lobi tadi, iya, kalau tidak salah namanya Nayla. Reagan memutar tubuhnya, matanya sibuk mengelilingi sekitar lantai satu, namun dia sama sekali tidak menemukan sosok gadis keras kepala itu.
Saat Reagan ingin mengalihkan pandangannya dan menyerah untuk menemukan Nayla, langsung saja Delia memanggilnya.
“Reagan, apa urusanmu dengan rektor sudah selesai?” tanya Delia sambil tersenyum, nada suaranya sama seperti tadi.
“Hallo, Nona Nayla. Hallo, Nona Delia?” sapa Reagan dengan seringai licik.
“Cuuiihhh!” Nayla membuang mukanya dan masih mengerucutkan mulutnya.
“Nona, bagaimana kamu begitu kasar pada pria? Terlebih sebentar lagi kita akan berciuman.” Reagan mengerjapkan matanya, hasrat ingin menggoda gadis itu semakin besar.
“Huh, siapa juga yang akan berciuman denganmu. Kita tidak mengenal satu sama lain, jadi menjauhlah dari hidupku!” Nayla membuang mukanya ke sisi lain.
“Lagian kamu tidak ada bukti, kan?” Nayla tersenyum sinis.
“Bagaimana kamu tahu kalau aku tidak punya bukti? Reagan memutar matanya lalu tersenyum licik.
“Kalau begitu ambil buktinya!” Nayla berpikir jika Delia tidak mungkin akan mengkhianatinya.“Bukti apa lagi yang kamu punya, hah?” Nayla kembali menantang.“Aku dari awal sudah menebak bahwa kamu akan mengelak dan menjadikanku kambing hitam. Jadi ….” Reagan mengeluarkan benda usang yang luarnya sudah berkarat. Ternyata itu adalah alat perekam berbentuk bolpoin.Sungguh, tampilannya saja sudah menjijikkan. Namun, tak ada yang tahu bahwa benda itu mampu merekam percakapan dalam radius 500 meter. Reagan biasanya menggunakan alat itu untuk merekam percakapan lawan dari klien-kliennya.Reagan kemudian menyambungkan alat perekam itu pada ponselnya, dan apa yang terjadi? Suara Nayla jelas terdengar di sana, tidak hanya suara Nayla, bahkan suara Delia yang berusaha mencegah Nayla pun terdengar nyaring.Setelah rekaman suara selesai berputar, Reagan lantas maju selangkah dan kini dia berdiri tepat di depan wanita itu.“Nona manis, sudah waktunya kamu mengakuinya, kan?” Reagan berkata sambil t
Delia merasa bingung, tidak bisa hanya menonton dan menunggu, dia lalu berkata pada Reagan, “Minumanku sudah habis, bisakah aku meminta minumanmu?”“Oh, sure, ambillah!” ucap Reagan tanpa pinggir panjang.Delia mengangkat tangannya dan menuangkan susu milik Reagan ke dalam gelasnya. Dan apa yang terjadi? Susu itu terasa menyengat di tenggorokannya, tidak hanya itu, perutnya sudah mulas dan tidak bisa tertahankan.Ekspresi Delia sangat lucu sekali, dan Reagan tidak bisa menahan senyum liciknya.“Delia, ada apa denganmu?” Reagan berpura-pura terkejut, padahal dalam hati dia sudah bisa menebak hasilnya.Sejak tadi perutnya juga ingin meledak, tidak hanya itu, rasa panas menjalar ke seluruh tubuhnya. Namun Reagan menahannya sejak tadi, hanya agar Delia beranggapan bahwa rencananya telah gagal.“Reagan, Reagan, apa kamu baik-baik saja?” tanya Delia sambil meringis.“Kenapa? Aku baik-baik saja, apa yang bisa terjadi padaku?”“Kamu! Kamu! Pergilah!” Delia langsung berlari meninggalkan Reagan
“Ahhh! Sungguh melelahkan!” Reagan turun dari kereta cepat yang dia tumpangi, meregangkan pinggangnya untuk memulai hari barunya di kota besar New York.Setelah mengatur perasaannya, Reagan bersiap untuk pergi meninggalkan stasiun. Namun, betapa kagetnya karena tiba-tiba pinggangnya dipeluk oleh seorang wanita.Yang pertama dia lihat adalah dada yang besar, pantat yang montok, wajah oval yang imut dan menarik, serta rambut pirang khas gadis Eropa.Prince Reagan Maverick, pria 20 tahun yang sudah menginjak dewasa, tentu saja merasa pemandangan di depannya cukup menarik.“Nona, apakah kamu ingin memelukku seperti ini terus?” tanya Reagan penuh seringai jahat.Claire Cecilia Delaney, memandang Reagan dengan tatapan menjijikkan. Selain tampan, bahkan tidak ada yang menarik dari penampilan pria itu.Eeemmm ... selain tampan, tubuhnya juga kekar dan berotot, itu bisa Claire rasakan saat memeluk tubuh Reagan tadi.Sayangnya, pakaian lusuh yang Reagan kenakan, menandakan dia tidak berasal dar
Suara tamparan dan teriakan wanita itu menimbulkan kegaduhan di sekitar lobi lantai 1, seorang pria bergegas menghampiri wanita itu dan bertanya, “Nay, apa yang terjadi?”“Orang ini, dia ingin bersikap kurang ajar padaku!” seru wanita itu sambil menunjuk ke arah Reagan.“Nona, sejak tadi aku hanya diam dan bertanya ruangan rektor padamu. Kamu bukannya memberitahuku tapi malah menuduhku yang tidak-tidak.” Reagan menaikkan kedua alisnya.Seorang wanita pun maju selangkah dan bertanya pada Reagan, “Tuan, kamu mahasiswa baru? Kebetulan Nayla juga mahasiswa baru di sini, jadi dia masih belum tahu ruang rektor.”Wanita itu berkata sambil tersenyum, dia hanya memakai riasan tipis. Dia cantik secara alami, senyumnya membuat orang merasa betah.“Aku akan mengantarmu ke sana,” tambah wanita itu lagi.Namun, detik berikutnya, Reagan berkata, “Tidak usah, aku akan menghubunginya untuk datang menjemputku.”“Apa menjemputmu?” Wanita itu terkejut ketika mendengar Reagan menyuruh rektor kampus ternam
Delia merasa bingung, tidak bisa hanya menonton dan menunggu, dia lalu berkata pada Reagan, “Minumanku sudah habis, bisakah aku meminta minumanmu?”“Oh, sure, ambillah!” ucap Reagan tanpa pinggir panjang.Delia mengangkat tangannya dan menuangkan susu milik Reagan ke dalam gelasnya. Dan apa yang terjadi? Susu itu terasa menyengat di tenggorokannya, tidak hanya itu, perutnya sudah mulas dan tidak bisa tertahankan.Ekspresi Delia sangat lucu sekali, dan Reagan tidak bisa menahan senyum liciknya.“Delia, ada apa denganmu?” Reagan berpura-pura terkejut, padahal dalam hati dia sudah bisa menebak hasilnya.Sejak tadi perutnya juga ingin meledak, tidak hanya itu, rasa panas menjalar ke seluruh tubuhnya. Namun Reagan menahannya sejak tadi, hanya agar Delia beranggapan bahwa rencananya telah gagal.“Reagan, Reagan, apa kamu baik-baik saja?” tanya Delia sambil meringis.“Kenapa? Aku baik-baik saja, apa yang bisa terjadi padaku?”“Kamu! Kamu! Pergilah!” Delia langsung berlari meninggalkan Reagan
“Kalau begitu ambil buktinya!” Nayla berpikir jika Delia tidak mungkin akan mengkhianatinya.“Bukti apa lagi yang kamu punya, hah?” Nayla kembali menantang.“Aku dari awal sudah menebak bahwa kamu akan mengelak dan menjadikanku kambing hitam. Jadi ….” Reagan mengeluarkan benda usang yang luarnya sudah berkarat. Ternyata itu adalah alat perekam berbentuk bolpoin.Sungguh, tampilannya saja sudah menjijikkan. Namun, tak ada yang tahu bahwa benda itu mampu merekam percakapan dalam radius 500 meter. Reagan biasanya menggunakan alat itu untuk merekam percakapan lawan dari klien-kliennya.Reagan kemudian menyambungkan alat perekam itu pada ponselnya, dan apa yang terjadi? Suara Nayla jelas terdengar di sana, tidak hanya suara Nayla, bahkan suara Delia yang berusaha mencegah Nayla pun terdengar nyaring.Setelah rekaman suara selesai berputar, Reagan lantas maju selangkah dan kini dia berdiri tepat di depan wanita itu.“Nona manis, sudah waktunya kamu mengakuinya, kan?” Reagan berkata sambil t
“Rektor?”“Rektor!”Beberapa mahasiswa menunduk hormat dengan berbagai ekspresi rumit di wajahnya, pun dengan Nayla dan Delia, kaki Nayla seperti sudah enggan untuk berpijak. Wajahnya pucat pasi, namun harga diri terakhirnya masih tidak bisa dibiarkan jatuh.“Rektor, ada keperluan apa Anda menghampiri kami?” tanya Delia penuh hormat.“Aku ingin menjemput mahasiswa baru, Reagan Prince Maverik,” jawab pria dengan rambut yang sudah memutih itu.“Saya, saya orangnya!” jawab Reagan sambil tersenyum menatap Nayla yang masih berdiri mematung.“Tidak mungkin, ini tidak mungkin, kan?” Nayla menggunjang tubuh Delia, “Delia, tolong katakan padaku bahwa ini tidak benar, tolong katakan bahwa aku sedang bermimpi!”Plaakkk!Sebuah tamparan mendarat di wajah Nayla. “Sekarang kamu merasa sakit, kan? Kamu percaya kan bahwa kamu tidak sedang bermimpi?” ujar gadis itu lagi.“Nona, urusan kita belum selesai. Aku akan menemuimu nanti siang.” Reagan berkata penuh seringai licik, sementara Nayla langsung mem
Suara tamparan dan teriakan wanita itu menimbulkan kegaduhan di sekitar lobi lantai 1, seorang pria bergegas menghampiri wanita itu dan bertanya, “Nay, apa yang terjadi?”“Orang ini, dia ingin bersikap kurang ajar padaku!” seru wanita itu sambil menunjuk ke arah Reagan.“Nona, sejak tadi aku hanya diam dan bertanya ruangan rektor padamu. Kamu bukannya memberitahuku tapi malah menuduhku yang tidak-tidak.” Reagan menaikkan kedua alisnya.Seorang wanita pun maju selangkah dan bertanya pada Reagan, “Tuan, kamu mahasiswa baru? Kebetulan Nayla juga mahasiswa baru di sini, jadi dia masih belum tahu ruang rektor.”Wanita itu berkata sambil tersenyum, dia hanya memakai riasan tipis. Dia cantik secara alami, senyumnya membuat orang merasa betah.“Aku akan mengantarmu ke sana,” tambah wanita itu lagi.Namun, detik berikutnya, Reagan berkata, “Tidak usah, aku akan menghubunginya untuk datang menjemputku.”“Apa menjemputmu?” Wanita itu terkejut ketika mendengar Reagan menyuruh rektor kampus ternam
“Ahhh! Sungguh melelahkan!” Reagan turun dari kereta cepat yang dia tumpangi, meregangkan pinggangnya untuk memulai hari barunya di kota besar New York.Setelah mengatur perasaannya, Reagan bersiap untuk pergi meninggalkan stasiun. Namun, betapa kagetnya karena tiba-tiba pinggangnya dipeluk oleh seorang wanita.Yang pertama dia lihat adalah dada yang besar, pantat yang montok, wajah oval yang imut dan menarik, serta rambut pirang khas gadis Eropa.Prince Reagan Maverick, pria 20 tahun yang sudah menginjak dewasa, tentu saja merasa pemandangan di depannya cukup menarik.“Nona, apakah kamu ingin memelukku seperti ini terus?” tanya Reagan penuh seringai jahat.Claire Cecilia Delaney, memandang Reagan dengan tatapan menjijikkan. Selain tampan, bahkan tidak ada yang menarik dari penampilan pria itu.Eeemmm ... selain tampan, tubuhnya juga kekar dan berotot, itu bisa Claire rasakan saat memeluk tubuh Reagan tadi.Sayangnya, pakaian lusuh yang Reagan kenakan, menandakan dia tidak berasal dar