Keesokan harinya, Claire menjemput Reagan di kontrakan kecilnya, mereka lantas bersama-sama menuju mansion mewah milik keluarga Delaney.Mansion keluarga Delaney terletak di tengah-tengah gunung buatan. Mansion ini memiliki 3 lantai dan dekorasinya sangat mewah.Halamannya sendiri berukuran sebesar lapangan sepak bola Real Madrid. Di kota besar seperti New York, rumah mewah seperti ini cukup lumrah, namun yang memiliki rumah seluas ini mungkin tidak banyak.Dilihat dari sini, jelas, Claire adalah orang kaya.Mobil mendekat dan semakin dekat.“Claire, berhentilah sebentar.” Reagan menghentikan laju mobilnya dan membuat Claire kesal.“Ada apa?” tanya Claire.“Aku lupa membawa hadiah.”“Keluargaku tidak membutuhkan apapun, jika kamu ingin membawa sedikit hadiah, kamu cukup membeli buah-buahan.”“Oh, kalau begitu kita berhenti di mini market sana!” Reagan menunjuk ke arah mini market dekat mansion mewah itu, yang dia tidak tahu bahwa di sebelahnya adalah rumah Claire.Claire tidak banyak
Claire bahkan lebih bahagia, menahan tawanya dan memberikan kode pada Reagan untuk berhenti berakting. Lalu dia maju selangkah dan berkata dengan serius, “Ma, Pa, aku mengenal Reagan di kampus. Kami berada di vakultas yang sama, kami saling jatuh cinta. Reagan memang bukan orang kaya, tapi dia pria yang tulus.”“Claire, apa yang kamu ucapkan?” Nyonya Delanny langsung berteriak, “Jangan berbohong padaku dan papamu. Bahkan jika kamu tidak setuju untuk menikah dengan Elenio, kamu juga tidak bisa sembarangan menarik orang di jalan.”“Ma, kapan kamu pernah mengajarkan aku berbohong. Mama paling tahu aku sejak kecil, apa aku pernah membohongi kalian?”Putri mereka benar-benar sudah gila dan dibutakan cinta, bisa dikatakan dia adalah gadis paling bodoh yang menolak Elenio.“Anak muda, siapa namamu?” tanya tuan Delanny. Karena putrinya mengatakan mereka saling mencintai, paling tidak dia perlu tahu latar belakang Reagan.Reagan menoleh ke arah Claire sebelum menjawab, mungkin gadis cantik itu
Dia lalu menyeret Reagan untuk pergi.Sesampainya di mobil, Reagan melajukan mobil itu dengan tenang.Dia berhenti di sebuah taman, kemudian bertanya lagi pada Claire, “Masalah keluargamu sudah selesai, lalu ada masalah apa lagi yang butuh bantuanku?”Claire terkekeh sinis, sorot matanya menajam, “Kamu serius mau aku jadi kekasihmu? Oke, anggaplah masalah hari ini selesai. Anggap juga aku sudah gila karena menarikmu untuk menjadi pacar pura-pura.”“Lalu, kalau rencana selanjutnya adalah mengambil akta nikah, kamu mau kasih aku makan pakai apa? Pakai uang dari kiriman orang tuamu yang tidak seberapa itu?”Reagan tetap teguh dan tersenyum, “Pertama, yang dikirimkan oleh orang tuaku bukan uang mereka, tapi uangku pribadi. Kedua, aku gak seburuk yang kamu bayangkan.”Claire bertanya lagi dengan ekspresi tak percaya bertanya, “Apa yang membuatmu yakin bahwa aku memang serius mengajakmu mengambil akta nikah? Apa kamu percaya aku akan mengorbankan segalanya untukmu yang miskin dan mempertaru
Melihat ketegangan yang terus terjadi diantara Claire dan gadis itu, Reagan lantas menyeret Claire untuk pergi dari sana.“Siapa dia?” tanya Reagan setelah dia berhasil membawa Claire pergi.“Bukan urusan kamu!” Claire yang duduk di kursi kemudi langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.“Kamu gila? Kita bisa mati kalau kamu ugal-ugalan seperti ini!” seru Reagan dengan nada tinggi.“Sudah tahu rasanya mati?” tanya Claire sembari menurunkan laju mobilnya.“Akta nikah, bagaimana cara menghidupiku. Tuan Reagan harus memikirkan itu sesampainya di rumah.”Claire menurunkan Reagan di depan sebuah kontrakan kumuh, dia bergidik ngeri karena ternyata masih ada tempat seperti ini di New York. Sungguh pemandangan yang kontras dengan hiruk-pikuk kotanya yang ramai dan besar.“Sampai jumpa, Nona Claire,” ucap Reagan sambil memanyunkan bibirnya membentuk tanda kiss.Claire membuang wajahnya jijik, dan itu mampu membuat Reagan tertawa terbahak-bahak.Setelah kepergian Claire, Reagan Kembal
“Kamu hanya perlu mengikutinya.”“Siap, Bos!” Erik segera menganggukkan kepala.“Panggil aku Reagan saja, aku tidak suka mengintimidasi orang dan menggunakan kekayaan untuk mendapatkan hal yang tidak tulus.” Reagan berkata.“Baik, Reagan, aku tuangkan lagi teh untukmu.” Erik tersenyum gembira.Tengah malam, Reagan dan Erik pulang ke rumah. Tapi di Tengah jalan, mereka mendengar ada keributan dari salah satu rumah.Reagan masih membawa karakter orang desa-nya, yang selalu peduli pada lingkungan sekitar yang membutuhkan.“Bagaimana kalau kita lihat, barangkali mereka membutuhkan bantuan,” ucap Reagan pada Erik.“Ini kota besar, orang tidak suka jika urusannya dicampuri orang lain, apalagi orang asing seperti kita. Pulang saja!” Erik menarik tangan Reagan.Suara keributan semakin intens terdengar, Reagan tidak bisa pulang begitu saja.Dia semakin mendekat karena rasa penasaran yang membuncah. Saat tiba di depan pintu karena gerbang yang terbuka, Reagan semakin merasa ada yang tidak beres
Mungkin ini hanya perasaannya saja, tapi dia merasa bahwa pria yang datang memiliki aura jahat, dia takut bahwa pria ini datang dengan maksud tidak baik.Reagan membuka pintu dan melirik beberapa pria yang merokok di atas sofa, dia tidak bertele-tele dan bertanya, “Siapa bos kalian?”“Siapa kamu? Untuk apa mencari bos kami?” Seorang pria berdiri tegak.“Aku hanya akan mengatakan sekali, suruh dia keluar!”“Sialan, kamu mau mencari masalah!” Pria itu mengayunkan kakinya ke arah Reagan.Reagan menangkap pergelangan kakinya dan meninju kakinya hingga tulang kaki pria itu patah.Pria berambut panjang itu jatuh ke lantai, dia memegangi kakinya yang sudah berubah bentuk dan menjerit seperti seekor anjing.“Siapa bos kalian?” Ekspresi wajah Reagan tidak berubah, dia meraih orang lain lagi sebagai mangsa jika salah satu dari mereka masih tidak mau bicara.“Aku … tidak … ah …”Reagan mematahkan salah satu jarinya, “Sekarang sudah bisa bicara belum?”“Itu … dia … iya benar dia!” Pria itu langsu
Begitu semua orang keluar, seketika kedua kaki Erik gemetar. Tubuh-tubuh besar dengan tato naga dan hewan buas itu sungguh menakutkan. Siapa pun akan berpikir dua kali untuk berurusan dengan mereka. Entah keberanian apa yang dimiliki ibu Nayla sampai mau meminjam uang pada mereka, tapi seseorang yang sedang terdesak masalah keuangan, pasti akan mengesampingkan rasa takutnya."Reagan, lebih baik kita segera pergi sekarang," bisik Erik, tatapannya tidak lepas dari para pria bertubuh besar itu. "Kamu diam saja di sana. Biar aku yang mengurusnya." Seringai tipis muncul di wajah Reagan."Aku memang akan diam saja, tapi jika kamu mati, apa yang bisa kulakukan di tengah orang-orang menyeramkan ini?" Erik gemetar sampai rasanya tidak sanggup berdiri.Namun, bukannya mengikuti perkataan Erik, Reagan malah mengabaikannya. Dia berjalan mendekati pria yang tubuhnya lebih besar di antara yang lain. Terdapat sebuah tatto naga di lengan kanan dan kirinya. "Reagan," panggil Erik berbisik, set
Reagan memberikan pukulan ke salah satu anak buah si bos ketika mendengar seorang pria yang merupakan adik si bos kredit berkata dengan marah, dia begitu ingin membunuh Reagan dengan tangannya sendiri. Namun, Reagan sama sekali tidak merasa takut. Dia malah tersenyum dan itu semakin membuat adik bos itu marah. "Membunuhku? Kamu yakin bisa membunuhku?" Senyum meledek Reagan adalah provokasi yang berhasil membuat adik bos itu menggeram marah. "Kurang ajar!" Pria gemuk itu beralih pada anak buahnya yang masih tersisa, "Bunuh dia! Jangan biarkan dia hidup setelah hari ini!" perintah adik bos itu, dia kembali mengobarkan semangat membunuh di hati anak buahnya. Matanya menyala-nyala, siap untuk melenyapkan keberadaan Reagan.Erik hanya berharap dirinya bisa menghilang dari tempat itu. Ketegangan masih terasa mencekam. Adik bos itu, dengan mata penuh amarah, bertekad membalaskan dendam kakaknya yang telah dilumpuhkan Reagan.Pertarungan kembali terjadi, mereka menyerang Reagan dengan b
Berita tentang pernikahan Claire dengan Reagan, serta tentang skandal panas itu masih menjadi tren topik pembicaraan warganet. Hal itu juga berpengaruh terhadap menurunnya harga saham Croma Tech belakangan ini. Berita beredar bahwa kini, perusahaan tambang itu sudah berada diambang kebangkrutan. Para investor menarik semua dana investasi mereka dari sana, hingga salah satu perusahaan yang dinobatkan sebagai perusahaan tambang batu bara terbesar itu, mulai goyah. Erik membaca setiap berita bisnis di ponselnya dengan seksama, sedangkan di sebelahnya, Reagan diam mematung. Dia menatap wanita yang berlalu lalang, sesekali mereka menggoda dan memuja tampang Regan kemudian menjadi semakin gila. “Kamu tampan, tapi kenapa kamu hanya datang berdua dengan pria ini?” ucap salah satu wanita yang kini berdiri di samping Reagan. Dia menunjuk Erik dengan ekspresi yang sulit diartikan.Dia memakai dres ketat dari bahan beludru warna marun. Polos tanpa hiasan apapun. Alih-alih menambah kesan seksi,
Keputusan yang baru saja Reagan dengar bagaikan sebuah petir yang menghantamnya di siang bolong. Hal yang paling Reagan hindari kini mengancamnya di depan mata. Dia melihat Claire yang mengeluarkan pakaiannya dari lemari beserta sebuah koper besar. “Claire, kita bisa bicarakan ini baik-baik. Aku bisa menjelaskannya. Tapi, tolong dengarkan aku dan jangan pergi.” Reagan berusaha menahan langkah sang istri, tetapi, Claire cukup keras kepala. Dia enyahkan seluruh sentuhan Reagan dengan kasar. Perlakuan itu nyaris membuat mental Reagan jatuh. “Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, semuanya sudah jelas aku lihat. Minggir!” Setelah memastikan semua barangnya masuk ke dalm koper, Claire melangkah menuju pintu utama. “Claire, kumohon. Kita baru saja membangun rumah tangga ini bersama, tolong jangan pergi.” Claire mendengus kesal. Kesabarannya bena-benar diuji oleh sikap Reagan. Dia berbalik, menghadap Reagan untuk terakhir kalinya. Suaminya kinni terlihat begitu menyedihkan. Matanya merah
“Ternyata kamu di sini? Apa yang sedang kamu lakukan?” Reagan menoleh ketika mendengar suara Erik mengisi lorong kosong tempatnya berdiri sejak tadi. Ekspresi Reagan benar-benar tegang. Dia seperti menyimpan api bara yang siap berkobar di kepalanya. Ketika menatap Erik, pandangannya meneduh. “Aku baru selesai mengenyahkan sampah. Ayo, kita pulang.” Reagan melangkah mendekati Erik, membiarkan sahabatnya itu tenggelam dalam berbagai pertanyaan di benaknya. Ketika sampai di parkiran, Reagan tidak menemukan mobil mewah yang ditumpangi Theodore di sana. Dia pun kembali berkata pada Erik, “Apa mereka sudah pulang?” Erik mengangguk. “Ya, semuanya berakhir sesuai dengan dugaan kita.” Mereka berdua masuk ke dalam mobil dengan Erik yang bertugas untuk mengendara. Sedangkan Reagan, dia mengambil sebuah obat merah dari dalam dashboard. Erik melirik sekilas apa yang Reagan lakukan kemudian ternganga. “Kamu terluka?! Apa yang sebenarnya terjadi selama aku tidak ada?” “Hanya hal kecil. Sampah
“Reagan! Kamu mau kemana? Hei!”Setelah Reagan menghilang dari pandangan, hanya ada Erik yang diam mematung di tempatnya sekarang. .Disaat yang sama, pintu ruang VIP terbuka. Theodore dan Pricilla keluar dari sana, dengan gestur yang berbeda. Erik kembali ke mejanya, saat ini posisi duduknya membelakangi dua orang itu. Dari pantulan layar laptop yang gelap, Erik memantau setiap pergerakan Theodore dan Pricilla. “Terima kasih sudah mengundangku, Tuan Theo. Sebuah kehormatan bagiku bisa makan siang denganmu.” Suara Pricilla terdengar. Disusul tawa berwibawa dari Theodore. “Nona Pricilla, jangan sungkan seperti itu. Bagaimanapun kita adalah relasi bisnis. Sudah sepantasnya aku menjamu dengan baik.” Pricilla menyunggingkan senyum tipis. Dari sorot matanya jelas Erik bisa melihat ada ketertarikan yang begitu besar di sana terhadap Theodore. “Selain pembelot, mereka juga pandai berakting,” gerutu Erik di depan layar laptopnya. Dia masih ingat jelas, adegan panas mereka yang desahann
“Ah, Theo… Lebih dalam lagi..”“Kamu sungguh nikmat, Cilla.”Meski tatapan mata Reagan tertuju pada layar laptop milik Erik, diam-diam dia menelan ludah berat.“Apakah kita datang kemari untuk memergoki dua orang yang bersenggama?” cibir Reagan. Akibat mendengar desahan itu, sudah sepuluh menit lamanya tubuh Reagan menegang.“Kamu pikir, ini bagian dari rencanaku, huh?” balas Erik sengit. Dia merasa tersudutkan.“Mana aku tahu kalau dua orang itu memiliki hubungan khusus.”“Aku sudah menyuruhmu un
Claire berdiri di lobi dengan wajah tercengang. Sedang Reagan baru saja turun dari mobilnya dengan senyum hangat menyambut Claire. Dia melangkah menghampiri istrinya, meraih tangan mulus itu kemudian mencium punggung tangan Claire. Wanita di depan Reagan kini terperangah tak percaya melihat sepuluh orang pengawal dalam balutan jas serba hitam, kacamata yang dilengkapi kamera pengintai canggih, dan headphone radio yang melingkar di bagian belakang leher mereka, berdiri mengelilingi mobil Reagan. Mata Claire mengerjap, otaknya mendadak buntu. “Kenapa ada banyak sekali pengawal, Reagan?” tanyanya. “Mereka akan menjaga kita dari media, dan orang-orang yang berniat untuk meneror kamu lagi,” jawab Reagan. Senyumnya begitu tenang, tetapi dalam diam Reagan memantau setiap hal yang menyangkut keselamatan Claire. Reagan menarik tubuh Claire, posesif. Matanya awas mengintai. Disaat yang bersamaan, dia melihat satu sosok pria berdiri tak jauh dari area lobi, dengan kamera di tangannya. Papa
Di dalam kamar itu, dua orang pria sedang menatap layar besar di depan mereka dengan serius. Reagan adalah yang paling fokus mengamati setiap detail pergerakan sistem operasi ponsel Pricilla yang diretas.Semua aktivitas benda itu, terpampang di layar. Termasuk percakapan rahasia antara wanita itu dengan Theodore Philips. Sosok yang sudah Reagan selidiki sebelumnya.“Apa kamu yakin Pricilla menjadi bagian dari mereka?” tanya Erik. Instingnya sebagai peretas belum setajam Reagan. Hingga mulutnya tidak berhenti bertanya ini dan itu.“Semua orang yang ada di sekeliling Theodore bisa menjadi orang-orang yang dicurigai terlibat dalam kasus ini. Aku harus mencari tahu motif mereka mempekerjakan kita.”
Ketika Reagan sampai di unit penthousenya, dia menemukan Claire sudah duduk berhadapan dengan Tuan Delanney. Dua orang itu menoleh bersamaan.“Paman? Sejak kapan Paman sampai di sini?” tanya Reagan, dia mendekat, duduk di sofa tepat di samping Claire.Reagan tidak berharap mendapat sambutan ramah dari sang mertua, dia hanya berusaha menghormati paruh baya itu.Wajah Tuan Delanney tidak ada ramah-ramahnya. Tetapi, dia juga tidak menunjukkan amarah yang intens.“Aku datang kemari butuh penjelasan dari kalian berdua,” ucapnya. “Bagaimana bisa pernikahan kalian sampai tersebar di media?”Saat ini
Ekspresi Jonas saat ini sulit untuk digambarkan setelah Reagan membisikkan sebuah permintaan di telinganya. Dia mematung seperti bongkahan es. Tidak berkedip, pun mengatupkan mulutnya yang terbuka lebar. Reagan tersenyum miring, “Aku tahu ini akan sulit bagimu. Tapi, permintaan yang aku ajukan adalah bayaran paling rumah untuk misi ini,” ucap Reagan santai. Dia mengemas barang-barangnya ke dalam tas sambil kembali berkata, “Aku akan memberimu waktu dua hari untuk memutuskan. Jika kamu setuju, kita akan langsung eksekusi misi ini.” Tubuh Reagan kini menjulang tinggi di samping Jonas. Dalam posisi ini, Jonas terlihat seperti seorang kurcaci yang meringkuk penuh penderitaan. Reagan tidak bermaksud menambah beban Jonas, tetapi setiap misi apapun yang Reagan bereskan memiliki resiko yang teramat besar. “Kabari aku apapun keputusanmu. Aku pergi dulu.” Dirasa tidak ada hal penting lainnya yang harus dibahas, Reagan memutuskan pergi dari hadapan Jonas. Membiarkan teman barunya itu memutus