"Pamit?! Ngapain?!"Kevan tahu, Christian pasti sudah menghubungi Ziyad dan mengatakan semuanya. Tapi, Kevan tidak akan menyerah pada Christian. "Bukannya Tuan Christian nyuruh Anda pulang ke Orion?" tanya Ziyad. "Tuan Dabin udah telpon saya ngasih kabar."Kevan tersenyum sinis. "Apa kalian berdua pikir, aku mau nyerah dan nurutin semua kemauan Kakek?! Hah?!"Kevan masih bersandar sambil mengangkat kaki kanannya ke dinding. "Apa Kakek pikir, dia bisa bebas nyetir hidupku?" Kevan berdiri tegak. Kedua tangannya masuk ke saku jaket. "Ini hidupku. Jadi, nggak ada seorangpun yang bisa ngatur. Paham?"Tatapan Kevan menyalak ketika dia mengingat Christian. Lalu, ponsel lamanya bergetar. Dia merogoh saku celana dan mengambilnya."Hemm? Siapa ini yang telpon aku?"Ada nomor asing tertera di ponsel butut Kevan. Semula dia ragu ingin menerima panggilan telepon masuk itu. Namun, Ziyad terkejut saat melihatnya."TuーTuan, apa Anda berhubungan dengan sebuah bank internasional?" tanya Ziyad dengan
"Hanya 2 miliar? Hemm, lumayan!" seru Kevan sedikit bangga dengan pencapaiannya di tahun pertama. "Terus, gimana di tahun ke-2 dan ke-3?"Henry tersenyum. "Setiap bulannya, Anda selalu menambah modal saham hingga mencapai Rp. 148 juta. Apa Anda ingat?"Kevan menggeleng. Dia tidak ingat sama sekali dengan kejadian 3 tahun lalu. "Kenapa aku nggak ingat apa-apa, ya?" Kevan kebingungan. Bagaimana pun juga, dia masih tidak menduga-duga hari keberuntungan ini datang padanya. "Ternyata Anda punya banyak duit, Tuan," ucap Ziyad keceplosan. "Mungkin Anda bisa periksa semua email yang masuk, Tuan. Di sana pasti ada email pemberitahuannya."Kevan mengangguk. Sepertinya memang tidak ada cara lain lagi untuk mengingat masa lalunya. "Di tahun ke-2, harga tembakau masih berada di puncak. Anda mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 4,7 triliun dan tahun ke-3 mencapai Rp. 101,53 triliun."Kevan menahan napasnya. Dia tidak menyangka memiliki uang sebanyak itu. Ziyad menutup mulut karena terkejut. Sedang
"Ishhhhhh! Nyebelin!"Ciara mengepalkan tangan kanan, lalu memukul-mukul pinggiran kursi roda. Tanpa terduga, dia bangun. "Aarrggghhh! Sakit! Sakit!"Kevan meringis kesakitan karena mendapatkan pukulan bertubi-tubi dari Ciara. "Nggak ada Alpha sekuat Damien! Dia itu Alpha kawanan werewolf terhebat yang pernah aku baca."Ciara mengeluarkan unek-unek sambil memukuli dada dan perut Kevan. "Stop, Ciul! Sakit! Sakit!" Kevan teriak berulang kali. Ciara menyeringai. "Habisnya kamu terlalu pede danー""Cia!" Seseorang memanggil nama Ciara. Dia adalah Felicia. "Kamu udah bisa berdiri, Sayang?" Ciara terkejut hingga wajahnya memerah. Dia kehilangan keseimbangan. Akhirnya, Kevan memeluk Ciara agar tetap berdiri dan tidak terjatuh.Ciara memeluk Kevan erat. Begitu juga sebaliknya.Felicia datang bersama Rudi, Bima, Erisa dan Li. Mereka melihat Kevan memeluk Ciara. Kevan mengusap lembut rambut Ciara. Dia berbisik, "It's okay! Itu Mami kamu, Cia."Felicia hampir menangis. Dia tahu, dia sudah
"Nona Cia!" panggil Kevan. "Cia! Ciara Darwin!"Kevan memanggil nama Ciara berulang kali karena gadis itu tiba-tiba diam. Ciara tidak menyahut. Dia tidak bereaksi apa-apa, selain memegangi dadanya. Wajah Ciara berubah pucat. Bibirnya terkelupas, bahkan sebagian mengeluarkan darah. Kali ini, Kevan mengguncang tubuh Ciara sambil memanggil-manggil Ciara."Cia! Kamu kenapa? Jawab aku!""Kakak, aku ... aku ...." Suara Ciara bergetar seperti sedang menahan sakit.Sekarang, hidung Ciara mengeluarkan darah. Ciara mengusap darah yang mengalir dengan ujung-ujung jarinya. "Ya Tuhan!"Kevan melihat dengan mata kepala sendiri proses terjadinya pendarahan pada hidung dan bibir Ciara. Kevan berjongkok membelakangi Ciara. Gadis itu menatap Kevan aneh. "Ngapain?" tanya Ciara pelan."Cepat naik!" perintahnya."Nggak," tolak Ciara cepat-cepat."Naik ke punggung aku sekarang! Kamu itu mimisan. Kamu barus dapet pertolongan pertama, Ciul!"Karena desakan Kevan, akhirnya Ciara naik ke punggung Kevan."K
"Apa Tunangan Nona Cia nggak ke sini, Tuan?" tanya Kevan. Dia sama sekali tidak mendengar kabar tentang Miguel.Kevan dan Rudi sedang bercakap-cakap di ruang keluarga tepat di dalam kamar rawat inap Ciara. Sedangkan Bima menemani Felicia di kamar Ciara.Rudi menyudah sibuk dengan ponselnya. Dia menoleh ke arah Kevan. "Nggak, Van. Telpon saya aja enggak," balas Rudi dengan kecewa. "Saya juga males banget telpon dia."'Kurang ajar!' maki Kevan kesal. 'Dia bener-bener nggak peduli sama Cia.'"Dia mungkin masih marah sama saya, Van." Rudi meletakkan ponsel di atas meja. "Gara-gara saham tambang emas itu, Tuan?" "Iya, Van. Dia ingin kuasai saham perusahaan saya setengahnya."Rudi tidak tahu bahwa Kevan sedang mengepalkan tangannya. Dia menahan emosi agar tidak meledak di depan Rudi."Kalau boleh tahu, apa alasannya?" Kevan tidak pernah kehabisan pertanyaan tentang Miguel. Karena dia ingin menyingkirkan pria itu. "Jujur aja, semua itu karena keluarganya udah banyak bantu pengobatan Cia,
"Lagi pula, aku udah biasa ngurus dokumen waktu magang di Hotel Orion kota Baubau. Jadi, tanda tangan digital bukan hal baru bagiku."Ziyad lupa kalau Kevan pernah magang di kantor Hotel Orion. Dia pun malu. "Astaga! Maaf, Tuan Kevan," ucap Ziyad seraya membungkuk. Omar sejak tadi diam saja. Dia tidak berani memberikan komentar apapun tentang Kevan. Karena ternyata Kevan lebih cerdas dan berpengalaman dari yang dia duga. "Mereka udah kirim email kayaknya," kata Kevan begitu merasakan ponsel canggihnya bergetar. Kevan mengaktifkan ponsel barunya. Dia membaca pesan masuk dari Bank Commonwealth Internasional. "Hah? Ini apa?!" Jantung Kevan terkejut. Ya, sangat-sangat terkejut dengan pesan yang masuk!(031) 33377: Selamat kartu Bank Commonwealth Internasional Anda telah berhasil upgrade ke Kartu Hitam Exclusive. (031) 33377: Kartu hitam exclusive ini hanya dimiliki oleh satu orang terkaya di negara Nexterra. Yaitu AndaーTuan Kevan Hanindra. (031) 33377: Sebagai informasi, Kartu Hita
Brak!Kevan duduk tegak, lalu memukul meja di depannya sambil berseru memaki Ziyad dan Omar. "Kurang ajar! Kalian berdua bener-bener kurang ajar!"Lalu, Kevan tersenyum sinis sambil menatap kedua anak buahnya."Anak orang jangan cuma dikawinin, tapi nikahin juga, oiiiiiii!"Ziyad dan Omar saling pandang. Mereka tertawa. "Ha! Ha! Ha! Itu mah pasti, Tuan," jawab Omar malu-malu. "Tapi ngomong-ngomong, ternyata Anda tahu juga bedanya kawin dan nikah!""Ha! Ha! Ha! Tapi, DP dulu kan nggak apa-apa, Tuan! Ya, nyicipin rasanya surga dunia dulu gitu loh!""Sialan! Kalian bedua lupa, aku tumbuh besar di mana?!" tanya Kevan. "Aku tumbuh besar di jalanan. Hidupku udah keras sejak kecil.""Maafin kita berdua, Tuan," ucap Omar. "Tapi, saya seneng banget karakter Anda nggak gampang baper." Kevan yang santai, menanggapi pernyataan Omar dengan senyum tipis. Kevan buru-buru berpegangan erat pada kanan dan kirinya saat mendengar pilot berkata pesawat jet pribadinya akan lepas landas. Ini adalah satu
"Van, kurir pertama udah jalan nih. Kamu siap-siap, ya!"Kevan menerima panggilan telepon dari Deyan. Kevan bangun lebih awal. Dia sudah tidak sabar melihat pertunjukan pagi ini yang akan penuh kejutan. "Oke," sahut Kevan. "Thanks."Kevan sudah rapi. Senyumnya merekah. Dia berdiri di depan cermin besar. "Tamat riwayat kamu, Gibran! Tamat riwayat kamu, Paman Ken!"Tok! Tok! Tok! "Tuan Kevan, apa Anda udah rapi?" Suara Ziyad membuat Kevan tambah semangat. Dia berjalan dengan cepat menuju pintu kamarnya. "Ayo, Ziyad! Jangan sampai telat."Ziyad memicingkan mata. "Anda tampak beda pagi ini, Tuan.""Nggak. Sama aja, Combro," balas Kevan. Mereka berjalan menuju tangga. Kevan bersiul sepanjang jalan menuju ruang makan. "Tuan, jangan kayak gitu! Nanti mereka curiga."Kevan senyum-senyum. "Aku tahu," jawabnya. "Selamat pagi, Tuan Kevan," sapa Rafiq begitu Kevan tiba di ruang makan. Kevan mengangguk begitu Rafiq membungkuk di hadapannya. Seperti biasa, dia tidak berkata apapun.Semua o