Kota Baubau yang cantik memiliki berjuta kenangan bagi seorang Kevan Hanindra. Diantaranya perubahan karakter Kevan, perubahan statusnya dari pria miskin menjadi pria paling kaya hingga bertemu dengan cinta sejatinya yaitu anak majikannya sendiri.Perjalanan hidup Kevan, awalnya hanyalah seorang laki-laki miskin yang lahir dan besar di kota kumuh negara Nexterra, yaitu kota Tango. Nasibnya beruntung, dia mampu menyelesaikan kuliah dengan mengandalkan beasiswa 50%. Namun siapa sangka, takdir mengungkap bahwa Kevan adalah seorang Cucu pertama keluarga berpengaruh di negara Nexterraーkeluarga Hanindra.Kevan tidak pernah membanggakan statusnya. Karena kedua orang tua Kevan selalu mengajarkan kerja keras dan disiplin. Sampai suatu ketika, ada hal yang bisa dia banggakan terhadap dirinya sendiri. Yaitu meraih sukses tanpa campur tangan siapapun.Keluarga Darwin belum selesai berbincang-bincang di ruang tamu. Kevan menjadi bosan karenanya.Dari teras, Kevan pindah menyendiri di samping mobil
"Mendiang Ayahku pernah ngomong gini, Van," kata Bima mencoba menyemangati Kevan. Bima menyadari bahwa Kevan sedang kehilangan gairah hidup padahal dia sudah mendapatkan Ciara kembali di sisinya."Ada pepatah terkenal bilang, saat kita berada di puncak piramida, pastinya banyak ujian yang dateng. Entah dari keluarga sendiri, pasangan, sahabat, temen satu circle ataupun pesaing."Kevan mengambil dua minuman kaleng dari box penyimpanan di mobilnya. Kemudian, memberikan salah satunya kepada Bima. Dia sendiri membuka miliknya. Lalu meneguknya."Jadi, kamu kudu banyakin sabar aja, Van! Kalo mau sukses kan emang gitu!"Kevan menyeka bibirnya yang basah. Dia melihat Bima menikmati minumannya.Bima menatap Kevan dan bicara lagi. "Apalagi, sekarang ini masa-masa emas kehidupan kamu, Van. Kamu harus bisa kendalikan hidup kamu sebelum kehidupan yang kendalikan kamu!"Kevan tercengang. Kevan baru tahu kalau Bima memiliki pemikiran panjang daripada yang dia kira."Aku salut sama kamu, Bim," ujar
"Ziyad, buka pintunya!"Ziyad melirik Kevan yang baru saja memerintahnya dari kaca depan mobil. Seketika itu juga, dia memberikan instruksi dengan anggukan. Kedua sisi pintu mobil terbuka pada saat bersamaan. Kevan melemparkan senyum kepada Ciara. Lalu, keduanya ke luar bersama. Rafiq beserta tiga staf pelayan wanita dan tiga staf pelayan pria telah berdiri di depan pintu utama dengan posisi yang sama. Yaitu tangan kanan di samping tubuh mereka dan tangan kiri berada di belakang. Kevan berjalan memutari belakang mobil guna menghampiri Ciara. Saat berada di sisi Ciara, Kevan sontak menggandeng tangan gadis itu.Kevan berseru dengan penuh perhatian, "Jalannya pelan-pelan aja!"Ciara membalas dengan anggukan. "Iya, Yang," sahutnya kemudian."Silakan, Tuan Kevan dan Nona Ciara!" Ziyad berjalan lebih dulu, lalu diikuti oleh Kevan dan Ciara.Kevan dan Ciara menaiki tangga bersama dengan senyum sangat tipis. Semua orang di sana terpikat dengan pesona sosok gadis yang digandeng Kevan. Mere
'Aku yakin, Cia nggak bakalan takut sama Paman Julian dan Bibi Livy. Tapi, kenapa sampai sekarang dia nggak ngomong apa-apa?'Demi menjaga wajah Ciara di depan semua orang, Kevan pasang badan untuknya. Kevan tahu, Ciara sedang memikirkan sesuatu yang berhubungan dengan Julian dan Livy. Karena Kevan bisa membaca tatapan Ciara yang mengarah kepada dua orang itu.Setelah ribut-ribut dengan pikirannya, Kevan langsung bertindak. "Apa Paman Julian mau ngomong sesuatu?"Kevan tidak menatap Julian ketika berbicara. Dia justru menggenggam tangan kanan Ciara. Wajah Julian berubah pucat pasi. Kedua tangannya gemetar. Dia melirik Livy yang masih berwajah angkuh.Ciara memamerkan senyumnya yang menawan. Semua orang terpana, termasuk Berto dan Daniel Hanindra."Aku pikir, pacar kamu di sosmed pakai filter, Van," celetuk Berto. "Aku pernah liat waktu Nona Ciara live streaming. Ada beberapa akun yang minta dia nggak pakai filter. Tapi, Nona Ciara membalas dengan santai dan bilang kalo dia nggak pak
Julian dan Livy telah berdiri di sisi kiri Ciara. Semua orang di sana kesulitan bernapas. "Kak!" panggil Ciara sedikit berjinjit. Dia berbisik, "Mereka mau ngapain? Aku nggak mau deket-deket sama mereka." "Serahin ke aku, Yang!" Setelah mendapatkan jawaban dari Kevan, Ciara berdiri seperti posisi semula. Sikapnya jauh lebih tenang. Julian melirik Christian yang tampak tenang menikmati hidangan makan malam. Begitu juga dengan Cinta yang sama tenangnya. Mereka berdua seolah tidak memedulikan Julian dan bahkan keduanya tidak ingin terlibat. Melihat hal tersebut, Julian memutuskan untuk menyelesaikan masalah dengan mandiri. Jika biasanya Cinta akan ikut campur setiap masalah yang terjadi di dalam keluarga Hanindra, kini wanita elegan itu justru cuci tangan terhadap masalah yang menimpa Julian dan istrinya. Karena Julian tidak ingin bernasib sama seperti Ken dan Jessy, maka dia akan mengupayakan segala cara untuk memperbaiki kesalahan dia dan Livy. Julian membuka mulutnya.
Tidak ada yang menyangka Kevan akan membanggakan dirinya dengan berkata seperti itu. Bagi orang-orang yang belum tahu, mereka akan beranggapan Kevan terlalu sombong. Brak!Leon Hanindra menggebrak meja makan. Darahnya mendidih ketika mendengar ucapan Kevan yang terkesan berlebihan.Semua orang menatap Leon. Tidak ada seorang pun yang berusaha menghentikannya. Karena sejujurnya, mereka juga membenci Kevan yang selalu dilindungi Christian dan Cinta. Maka setiap ada kesempatan, seluruh anggota keluarga Hanindra akan bersatu untuk menyingkirkan Kevan.Leon berdiri. "Jangan sombong kamu, Kevan! Kamu itu cuma seonggok kotoran sapi yang dipungut Papa dan dibawa ke sini supaya sedikit berguna."Kevan memeluk Ciara karena gadis itu terkejut dengan sikap kasar Leon. Perbuatan Leon tersebut masuk ke dalam perhitungan Kevan.'Kalo sampai Cia kenapa-kenapa, aku pasti bales tindakan Paman Leon yang gebrak meja makan tadi!' ancam Kevan dalam hati.Kedua mata Leon tampak berapi-api. Dia kembali berk
Bukan! Kevan bukan tidak memiliki rencana untuk membalas semua perilaku anggota keluarga Hanindra. Dia hanya menunggu emosinya mereda. Karena dia tahu, menyelesaikan masalah dengan emosi tidak akan memberikan hasil yang baik. Ziyad melakukan pekerjaannya dengan mudah. Dia mendekati Kevan, lalu menunjukkan gambar pada tablet canggihnya. Kevan mengangguk. "Lakuin sekarang!" perintah Kevan dingin. Saat Ziyad sibuk mempersiapkan tablet, Kevan mulai melancarkan serangan balasan untuk seluruh anggota keluarga Hanindra. Dia berjalan menghampiri Ciara sambil berbicara. "Pernikahan di kalangan atas, nggak ada pasangan Suami Istri yang saling cinta secara tulus. Ya, bisa dibilang jarang banget." Kedua tangan Kevan memegangi kursi Ciara. Lalu, tangan kanannya mengelus lengan sang pacar. Kevan membungkuk. "Jangan takut! Aku di sini sama kamu," bisiknya lembut. Kemudian, Kevan berdiri tegak memperlihatkan wajah angkuhnya. Gengsinya sebagai laki-laki sejati tidak akan melunturkan
"Tunggu di sini! Aku punya kejutan buat kamu, Ciul nakal!" Kevan berbisik dengan lembut. Dia melihat wajah Ciara tersipu malu. Sejak menyematkan cincin berlian di jari Ciara, sikap Kevan berubah jauh lebih lembut daripada sebelumnya. Dia selalu memperlakukan Ciara dengan istimewa. "Iya," sahut Ciara. Ciara bertanya-tanya, 'Kak Kevan mau ngapain lagi?' Meskipun penasaran, Ciara tetap duduk dengan patuh. Suasana di ruang makan pun semakin menegang. Semua orang mengabaikan hidangan makan malam lezat yang tersedia di atas meja. "Tuan Kevan, ini majalahnya." Angga memberikan sebuah majalah kepada Kevan. Setelah mengambil majalah tersebut, Kevan berjalan ke tengah meja makan. Kemudian, dia melemparkannya. Brak! Suara benturan majalah dengan meja makan lumayan nyaring. Gisele yang berada di dekat majalah tersebut nyaris pingsan. Gisele bertanya dengan kedua mata melotot, "Van, iーini ... pria yang di cover depan majalah Fortunes ini kamu?!" "Seriously?!" teriak Magenta. Dia melem
Donita menyadari ada yang tidak beres dengan suaminya. "Leon, kamu kenapa?" tanyanya, cemas. Donita bergegas lari ke arah Leon. Tangan Leon bergetar hebat. Setelah melototi dokumen kesehatan Christian di tangannya, sekarang Leon sedang menatap wajah ayahnya yang semakin memucat. Kemudian, dia segera membaca laporan keuangan keluarga.Melihat pemandangan itu, tidak ada seorang pun yang berbicara. Mereka menunggu reaksi Leon. Donita menarik paksa dokumen dari tangan Leon. Beberapa detik kemudian, mulutnya menganga lebar. "Ini nggak mungkin!" teriak Donita. "Ini pasti ada yang salah." Donita melirik Cinta yang duduk tenang memandanginya. "Iya kan, Mama mertua? Ini cuma halusinasi aku aja karena terlalu stres." Donita berkata dengan frustasi.Cinta menggeleng. Sedangkan Leon mematung di tempat. "Paman Leon sama Bibi Donita kaget, ya?" Suara Kevan memecahkan keheningan. "Di rumah ini, cuma keluarga kalian dan anak-anak Paman Ken aja yang belum tau."Hati Leon dan Donita semakin terir
Setelah kesalahpahaman dengan Ciara selesai, Kevan meminta tunangannya pergi ke Pink Beach Island lebih dulu bersama Felicia dan Quden untuk mempersiapkan pernikahan. Sedangkan Kevan kembali ke kota Paloma. Dia ingin menjemput keluarganya sebelum menyusul Ciara. Sehari sebelumnya, Ciara sudah mengetahui rencana pernikahan mereka. Karena keduanya melakukan fitting baju pengantin bersama. "Huhhh!" Kevan menghela napas panjang. Dia baru tiba di rumah besar keluarga Hanindra. Dia berjalan menuju ruang tengah di mana semua orang telah menunggunya."Tuan, Anda harus sabar!" Omar senantiasa mengingatkan Kevan. Kevan tidak menjawab. Dia terus berjalan tanpa menoleh.Setibanya di ruang tengah, semua orang sudah duduk bersama Christian dan Cinta. "Silakan duduk, Tuan!" Rofiq mempersilakan Kevan untuk duduk di sisi kanan Christian. "Malam, Kakek, Nenek," sapa Kevan. Lalu, dia menatap kedua Theo dan Jasmine yang duduk di sebelahnya. Rencana Kevan untuk menyusul Ciara tidak berjalan dengan
"Apa?! Anak kandung Kak Kevan?!"Ciara mengulangi kata-kata Nulla. Dia merasa hal itu sangat mustahil. Tapi jika dipikir-pikir, tidak ada hal mustahil di dunia ini kan? Bagaimana bisa, Kevan yang begitu bucin kepada Ciara menghamili wanita lain? Apalagi wanita itu adalah Nulla yang notabenenya mantan pacar sekaligus cinta pertama Kevan. Namun, jika sudah berurusan dengan nafsu, apapun bisa saja terjadi, kan?Kevan menghela napas kasar. Dia menatap Nulla yang sedang tersenyum lebar. Kevan beranjak pergi menghampiri Ciara. "Yang, jangan dengerin Nulla!"Ciara menghempas tangan Kevan. Dia memandangi Kevan dan Nulla bergantian. "Kamu belum bisa move on dari Cinta pertama kamu ya, Kak?" Wajah Ciara masam. "Kalo kamu belum selesai sama masa lalu, jangan berani-beraninya mulai sama orang baru."Usai mengatakan hal itu, Ciara pergi. Dia mengambil langkah cepat seolah tidak peduli dengan jantungnya yang terasa sakit. "Eh, Van! Kamu mau ke mana?" Nulla berteriak. Dia mencoba menghalangi Ke
"Masuk, Van!"Nulla membuka pintu kamar apartemen nomor 303. Namun, Kevan tidak langsung masuk. Merasa tidak ada pergerakan dari Kevan, Nulla menoleh ke belakang. "Kenapa? Ayo masuk!" ajaknya lagi. Nulla baru selesai mandi. Rambutnya basah dan dia masih memakai jubah mandi. Kevan tidak bodoh. Nulla pasti sedang merencanakan sesuatu. Bisa jadi firasat Omar tadi benar. Untuk sesaat, Nulla sibuk dengan ponselnya. Dia sedang mengetik pesan singkat untuk seseorang.Nulla: Nona Ciara, cepetan dateng ke Grand Hyeth Apartment nomor 303. Kamu pasti penasaran aku dan tunangan kamu ngapain aja, kan?Nulla tidak berniat menunggu pesan balasan Ciara. Dia kembali menatap Kevan. "Ada perlu apa?" tanya Kevan dengan tatapan sinis. "Di sini aja ngomongnya!"Kevan enggan masuk. Dia tidak ingin menimbulkan kecurigaan."Aku mau ngomongin tentang Miguel. Kamu yakin mau ngomong di depan pintu? Kamu nggak takut kalo ada yang nguping?"Nulla berdiri di ambang pintu, lalu celingukan. Sepi. Suasana di kori
Sesampainya di rumah, Kevan melihat Ciara murung. Ciara berbaring lesu di kamarnya. Dia bahkan tidak menyadari kehadiran Kevan dan Felicia. Felicia menghampiri anak satu-satunya. "Cia!" Ciara terkejut. Dia segera bangun. "Mama kapan pulang?" Sore hari yang redup ini sepertinya kota Baubau akan diguyur hujan. Suasana hati Kevan sedang tidak baik, sama seperti Ciara. Kevan mendekati Quden yang berdiri di dekat pintu. "Apa seharian ini Cia cuma tiduran aja?" tanyanya, penasaran. "Dia nggak bales chat aku sama sekali. Gimana nafsu makannya hari ini?"Quden adalah seorang yang jujur. Dia pun menjawab apa adanya. "Nona sama sekali nggak mau makan. Dia cuma minum susu aja, Bos." Kevan menatap Ciara yang sedang berbicara dengan Felicia. Wajah keduanya sedih. "Seharian ini, Nona Ciara habisin waktu di depan laptop baca-baca berita keluarga Darwin. Jadi, apa rencana Bos selanjutnya? Ngomong-ngomong, Pak Omar ke mana?""Omar masih di pengadilan. Aku balik sama Angga." Kevan terlihat benar-
"Huh!" Kevan melirik Felicia sedang menghela napas berat. Sejak tadi, Kevan berusaha menguatkan hati calon ibu mertuanya. Kevan memberikan botol air mineral kepada Felicia. "Ma, minum dulu!" Kevan lega. Karena setidaknya, Felicia masih mau minum di tengah ketegangan suasana ruang sidang. Dua hari lalu, Ciara sudah membereskan para pemegang saham yang ingin mundur dari Darwin Group. Ciara mentransfer uang sebanyak Rp 10 triliun sebagai ganti saham mereka. Tidak hanya itu, sehari sebelum sidang perdata digelar, keluarga Darwin sudah mengumumkan kebangkrutan mereka. Kini, Darwin Group telah diakuisisi oleh K.C Tobacco milik Kevan. Dengan cara itu, sudah sangat jelas bahwa K.C Tobacco ingin mengambil alih penuh tanpa melibatkan pemegang saham lama dalam struktur kepemilikan baru. Akuisisi ini memang menyakitkan bagi Ciara dan Felicia. Namun, mereka tidak memiliki cara lain. Selain itu, mereka berdua masih memiliki saham di K.C Tobacco. Tentu saja, Miguel tidak tahu hal itu. Denga
Pukul 9:00 malam waktu kota Baubau. Kevan dan Ciara sudah kembali ke rumah 1 jam yang lalu. Ciara tampak kelelahan. Mereka duduk di ruang tamu.Kevan duduk di sofa single menghadap ke pintu utama. Sedangkan Ciara dan Felicia duduk di sofa panjang bersama Arkan. Omar dan Angga berdiri di belakang Kevan. "Cia, kamu hebat. Kamu kuat menghadapi orang-orang. Aku salut sama keberanian kamu." Arkan tidak berhenti membanggakan Ciara. Namun, Kevan berwajah masam saat mendengarnya. Pintu pun terbuka. Quden berdiri di ambang pintu. Dia menatap Kevan. "Tuan, ada jajaran eksekutif di luar mau ketemu Anda dan Nona Ciara." Quden memberitahu. Sorot matanya tajam penuh dengan ancaman."Suruh masuk aja!" perintah Kevan. Kevan menatap Ciara dan Felicia. Lalu, mengangguk kepada Quden."Baik," sahut Quden. Tidak lama, dia menghilang di balik pintu. "Mama sama Cia inget kan rencana kita? Sekarang udah waktunya eksekusi."Kevan melihat Felicia tersenyum dengan paksa. Dia juga melihat sorot mata Felic
Rapat mendadak dengan jajaran eksekutif sudah selesai. Sekarang, Ciara sedang rapat bersama tim public relation dan tim kuasa hukum perusahaan di ruangan yang sama. Kevan tidak beranjak dari kursinya. Dia dengan setia menunggu Ciara menyelesaikan rapat. Di samping Kevan, Arkan duduk dengan tenang. Dia ingin melihat kepiawaian Ciara memimpin rapat.Di ruang rapat, Ciara berbicara. “Kita harus mengambil langkah-langkah yang sudah aku rencanakan untuk memulihkan kepercayaan dan memastikan Darwin Group tetap menjadi perusahaan yang dihormati,” katanya, antusias. Semua orang mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa ini adalah tantangan besar, tapi dengan strategi yang tepat, mereka bisa mengatasi dampak negatif dan membangun kembali reputasi perusahaan."Siapa ketua tim public relation di sini?" tanya Ciara. Seorang wanita berambut pirang sebahu mengangkat tangan. "Saya, Nona. Nama saya Susan Arardjo.""Oke, Susan. Pertama-tama, aku mau hari ini kamu buat agenda transparansi dan komunikasi
Hari berikutnya, Ciara dan Kevan kembali ke pulau Pearl. Pagi ini, Ciara akan mengadakan rapat darurat dengan para eksekutif perusahaan Darwin Group. Kevan dan Ciara kembali bersama Arkan yang sekarang sedang rapat bersama pengacara yang dia bawa dan tim pengacara perusahaan di ruangan berbeda. Di ruang rapat Darwin Group, Ciara berbicara kepada tim manajemen. “Kita harus bekerja keras untuk memulihkan reputasi perusahaan. Aku tau, ini nggak akan mudah. Tapi dengan kerja sama dan dedikasi, aku yakin kita bisa mengatasi tantangan ini,” katanya dengan penuh semangat.Tim manajemen mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa ini adalah saat yang sulit. Tapi, mereka bertekad untuk membawa Darwin Group kembali ke jalur yang benar. Mereka akan memastikan perusahaan ini tetap menjadi simbol integritas dan kepercayaan.Ciara menatap sekretarisnya. "Sarah, bagiin sekarang!""Baik, Nona." Sarah berdiri. Dia membagikan satu lembar kertas kepada tim manajemen. Kevan dan para jajaran direksi hanya te