Kali ini, Gisele menangis. Kevan melihatnya. Kevan menahan emosi. Karena bagaimana pun juga, Gisele pernah menyakiti hati Kevan. Jadi, Gisele harus mendapatkan karmanya.Adam celingak-celinguk. Setelah memastikan keadaan aman, dia mendorong Gisele ke dinding kasar yang tidak bercat.Brak!"Ahhh, bajingan!"Gisele berteriak sambil menangis. Dia meringis menahan sakit. Adam mengapit rokoknya di sela-sela jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya. Dia membawa kedua tangan Gisele ke atas. Tenaga Adam yang kuat membuat Gisele pasrah. Dia tidak bisa melawannya."Aku kasih dua opsi buat kamu. Gugurin anak ini dan kita berakhir atau aku bakal nikahin kamu, tapi dengan syarat. Gimana? Mau tau syaratnya, nggak?!"Gisele yang lemah mengangguk. Wajah keduanya begitu dekat hingga Gisele bisa merasakan kehangatan nafas Adam yang memiliki aroma rokok kuat. Sebelum menjawab, Adam menempelkan bibirnya ke bibir Gisele. Dia melumat bibir Gisele dengan kasar dan tanpa ampun. Gisele ingin menolak
"Van, kamu lama banget!" Angga menegur Kevan yang baru datang. Dia berdiri di samping mobil mewah Kevan bersama Ziyad. Wajah kedua orang kepercayaan Kevan itu cemas.Kevan datang sambil menggendong Gisele yang masih menangis di dadanya. Merasa telah terjadi sesuatu yang buruk pada Gisele, Ziyad bertanya, "Nona Gisele kenapa, Tuan?" "Buka pintu mobil!"Angga membuka pintu mobil dalam sekejap. Kevan masuk ke mobil bersama Gisele. "Sekarang jam berapa?"Angga melirik jam tangan pemberian Kevan tadi. "Hampir jam 6 sore," jawabnya. "Oke, masih keburu. Cepet jalan ke Hanindra Orion Hotel sekarang!"Angga dan Ziyad mengangguk. Angga menutup pintu mobil, sedangkan Ziyad berlari memutari mobil menuju kursi sopir.Tidak lama, mobil melaju dengan bebas di jalan raya. Kevan memperhatikan penampilan Gisele yang terlihat berantakan dan menyedihkan."Jangan cengeng!"Kevan menyentil dahi Gisele hingga membuat perempuan hamil itu tersentak. Kevan tertawa melihat ekspresi Gisele."Kaーkamu ...."G
Kevan menatap wajah memohon Gisele. Dia tidak tega, tetapi semua ini dia lakukan demi kebaikan Gisele. "Jangan takut dan jangan cemas sama hal-hal yang belum pasti terjadi! Di masa depan, kamu harus kuat demi bayi!"'Demi bayi? Demi apa Kevan punya pikiran kayak gitu? Bahkan aku aja nggak sampai mikirin ke arah sana!'Itu adalah isi pikiran Gisele. Reputasi Gisele yang dulu sudah berubah. Gisele yang sekarang hanyalah perempuan hamil yang tidak memiliki seorang suami. "Aku terima tawaran kamu, Van. Tapi, apa Nenek bakalan setuju aku ke luar negeri?"Kevan akhirnya tersenyum. Oh, Ziyad dan Angga tahu makna senyuman Kevan. "Kamu ngeraguin kemampuan aku, Gisele?"Kevan melihat senyum tipis mengembang di bibir Gisele. "Pergi ke Pink Beach Island di negara King's Island. Aku ada vila di sana. Kamu dan anakmu bisa tinggal di sana selama yang kamu mau."Kedua mata Gisele melotot sempurna. Wajahnya memerah. Dia duduk tegak menatap Kevan dengan bingung. "Pink Beach Island?! Yang bener, Va
"Tuan, gimana perasaan Anda?" Maudy bertanya. Dia menyadari Kevan tidak nyaman berada di tengah-tengah pesta.Ziyad pun bertanya, "Perut Anda udah nggak mules lagi kan, Tuan?"Kevan berseru menegur Maudy dan Ziyad. "Aissshh! Kalian berdua bisa diem, nggak? Jangan bikin malu Bos kalian yang tampan dan gagah ini!"Maudy dan Ziyad hanya bisa menahan tawa. Sebab mereka tahu, Kevan akan sakit perut jika sedang gelisah dan nervous. Acara penyambutan sudah dimulai. Gemuruh tepuk tangan tamu undangan bergema di dalam ballroom. Christian baru saja turun dari panggung memberikan pidato pembukaan sebagai pemilik HHC. Acara malam ini tidak begitu formal sesuai dengan permintaan Kevan. Durasi pesta pun tidak lama yaitu hanya 2 jam. "Sumpah demi apapun, aku bosen banget," gerutu Kevan dengan tidak sabar.Kevan memegang gelas wine bersama Ziyad. Dia sengaja tidak bergabung dengan Christian maupun anggota keluarga Hanindra lainnya. Karena dia tidak ingin menjadi pusat perhatian.Kevan tidak pernah
Plak!Nacita menampar pipi Nulla hingga wajah mantan pacar Kevan memerah. Nulla menahan malu karena menjadi pusat perhatian. "Nona Nacita, kamu...." Nulla memegangi pipi kirinya. "Kenapa kamu main tangan kayak gitu?"Pada dasarnya, Nacita adalah tipikal wanita pemberani dan berkata apa adanya. Dia tidak pernah mengada-ada. Karena apa yang dia katakan semuanya berdasarkan fakta. "Kenapa? Ada yang salah? Itu tuh pelajaran buat cewek yang doyan ngomong nggak berbobot kayak kamu, Bu Nulla. Aku pikir, kamu udah berubah sejak kejadian di Darwin Group. Nyatanya sama aja!"Ucapan Nacita benar. Karena semua yang dikatakan oleh Nulla hanyalah bualan.Kevan tersenyum miring melihat tingkah Nacita. Dia tidak perlu repot-repot mengurus hal kecil seperti masalahnya dengan Nulla dan Miguel.Bersamaan dengan itu, pembawa acara di atas panggung memanggil nama Kevan. Nacita menoleh kepada Kevan. "Van, cepet naik panggung! Nama kamu udah dipanggil tuh sama MC!"Kevan semakin gugup. Perasaannya kacau
"Tuan Miguel Wijaya!"Seseorang memanggil nama Miguel. Semua orang yang berada di dekat Miguel menoleh dan melihat Kevan datang bersama Angga.Setelah selesai memberikan sambutan singkat, Kevan langsung turun dari atas panggung. Dia tidak bisa berhenti tersenyum kala membayangkan raut wajah Miguel yang menahan malu saat mengetahui identitas asli Kevan.'Aku udah nunggu momen ini,' pikir Kevan. 'Dendamku di hari pertama menginjakkan kaki di kantor Wijaya Corp nggak pernah bisa aku lupain.'Miguel berdiri kaku. Kedua kakinya seolah terpaku pada bumi. "Kenapa?" tanya Miguel mencoba menguasai keadaan.Miguel berusaha untuk tetap bersikap tenang seolah tanpa beban walaupun sebenarnya dia tahu maksudnya Kevan. Dia mengangkat dagu sambil melirik Kevan dengan sinis."Kenapa?" Kevan mengulangi kalimat Miguel. "Ya udah pasti aku mau nagih janji kamu, Tuan Miguel! Cepet cium sepatuku!"Kedua mata Miguel melotot. Sepanjang hidupnya, dia tidak pernah diperlakukan sehina ini. "Sial!" maki Miguel.
Leon menatap Kevan dengan kening berkedut. Leon merasa tidak senang saat Kevan memerintahnya sesuka hati. Akibatnya, Leon menolak tegas. "Kenapa harus saya, Van? Kan bisa suruh orang lain aja!"Seumur hidupnya, Leon tidak pernah menerima perintah dari siapapun. Apalagi yang memberikan perintah hanyalah seorang Kevan yang dipandang rendah oleh Leon. "Paman, masa gitu aja harus aku jelasin?"Kevan menatap Ziyad sambil menunjuk Leon dengan dagunya. Sikap arogan Kevan membuat Ziyad terheran-heran."Tuan Leon, Anda kan sekarang Presdir Hanindra Orion Dreamland. Anda tau, kan?Perusahaan Wijaya Corp pemasok furniture berbahan kayu. Maka secara otomatis, semua kerja sama yang berkaitan sama Tuan Miguel jadi tanggung jawab Anda langsung."Leon tersentak. Dia teringat rapat dewan komisaris tempo hari. Semua yang dikatakan oleh Ziyad benar adanya.Leon adalah seorang Presiden Direktur Hanindra Orion Dreamland. Di mana dia adalah pemegang tampuk kekuasaan anak perusahaan HHC yang bergerak di bi
Angga datang dengan 6 orang petugas keamanan. Mereka semua menatap Kevan dan menunggu perintahnya."Tuan Muda, semua satpam udah di sini," kata Angga. Kevan mengangguk. Tapi dia tidak memberikan perintah."Aku masih punya hadiah buat mereka berdua. Tunggu sebentar lagi!"Angga dan semua satpam mengerti. Kemudian, terdengar beberapa orang berceloteh."Masa iya sih, Bu Nulla mantan pacar Tuan Muda Kevan?!""Iya, ya ... rasanya aku nggak percaya! Tuan Muda Kevan pasti punya kriteria pacar yang sempurna.""Bu Nulla pasti ngaku-ngaku!""Itu bener. Aku serius. Mana ada sih Tuan Muda yang milih pacar asal-asalan? Nggak cantik, nggak jelas latar belakangnya dan punya skandal panas pula!"Semua itu adalah tanggapan beberapa orang. Semua orang di ballroom tidak percaya dengan ucapan Nulla yang menurut mereka terlalu mengada-ada. Kevan puas mendengarnya. Itu artinya, reputasi Nulla sudah hancur. "Eh, Bu Nulla! Kamu nggak waras, ya? Segitunya mau naik kasta atas sampai buat kebohongan. Apa kamu
Donita menyadari ada yang tidak beres dengan suaminya. "Leon, kamu kenapa?" tanyanya, cemas. Donita bergegas lari ke arah Leon. Tangan Leon bergetar hebat. Setelah melototi dokumen kesehatan Christian di tangannya, sekarang Leon sedang menatap wajah ayahnya yang semakin memucat. Kemudian, dia segera membaca laporan keuangan keluarga.Melihat pemandangan itu, tidak ada seorang pun yang berbicara. Mereka menunggu reaksi Leon. Donita menarik paksa dokumen dari tangan Leon. Beberapa detik kemudian, mulutnya menganga lebar. "Ini nggak mungkin!" teriak Donita. "Ini pasti ada yang salah." Donita melirik Cinta yang duduk tenang memandanginya. "Iya kan, Mama mertua? Ini cuma halusinasi aku aja karena terlalu stres." Donita berkata dengan frustasi.Cinta menggeleng. Sedangkan Leon mematung di tempat. "Paman Leon sama Bibi Donita kaget, ya?" Suara Kevan memecahkan keheningan. "Di rumah ini, cuma keluarga kalian dan anak-anak Paman Ken aja yang belum tau."Hati Leon dan Donita semakin terir
Setelah kesalahpahaman dengan Ciara selesai, Kevan meminta tunangannya pergi ke Pink Beach Island lebih dulu bersama Felicia dan Quden untuk mempersiapkan pernikahan. Sedangkan Kevan kembali ke kota Paloma. Dia ingin menjemput keluarganya sebelum menyusul Ciara. Sehari sebelumnya, Ciara sudah mengetahui rencana pernikahan mereka. Karena keduanya melakukan fitting baju pengantin bersama. "Huhhh!" Kevan menghela napas panjang. Dia baru tiba di rumah besar keluarga Hanindra. Dia berjalan menuju ruang tengah di mana semua orang telah menunggunya."Tuan, Anda harus sabar!" Omar senantiasa mengingatkan Kevan. Kevan tidak menjawab. Dia terus berjalan tanpa menoleh.Setibanya di ruang tengah, semua orang sudah duduk bersama Christian dan Cinta. "Silakan duduk, Tuan!" Rofiq mempersilakan Kevan untuk duduk di sisi kanan Christian. "Malam, Kakek, Nenek," sapa Kevan. Lalu, dia menatap kedua Theo dan Jasmine yang duduk di sebelahnya. Rencana Kevan untuk menyusul Ciara tidak berjalan dengan
"Apa?! Anak kandung Kak Kevan?!"Ciara mengulangi kata-kata Nulla. Dia merasa hal itu sangat mustahil. Tapi jika dipikir-pikir, tidak ada hal mustahil di dunia ini kan? Bagaimana bisa, Kevan yang begitu bucin kepada Ciara menghamili wanita lain? Apalagi wanita itu adalah Nulla yang notabenenya mantan pacar sekaligus cinta pertama Kevan. Namun, jika sudah berurusan dengan nafsu, apapun bisa saja terjadi, kan?Kevan menghela napas kasar. Dia menatap Nulla yang sedang tersenyum lebar. Kevan beranjak pergi menghampiri Ciara. "Yang, jangan dengerin Nulla!"Ciara menghempas tangan Kevan. Dia memandangi Kevan dan Nulla bergantian. "Kamu belum bisa move on dari Cinta pertama kamu ya, Kak?" Wajah Ciara masam. "Kalo kamu belum selesai sama masa lalu, jangan berani-beraninya mulai sama orang baru."Usai mengatakan hal itu, Ciara pergi. Dia mengambil langkah cepat seolah tidak peduli dengan jantungnya yang terasa sakit. "Eh, Van! Kamu mau ke mana?" Nulla berteriak. Dia mencoba menghalangi Ke
"Masuk, Van!"Nulla membuka pintu kamar apartemen nomor 303. Namun, Kevan tidak langsung masuk. Merasa tidak ada pergerakan dari Kevan, Nulla menoleh ke belakang. "Kenapa? Ayo masuk!" ajaknya lagi. Nulla baru selesai mandi. Rambutnya basah dan dia masih memakai jubah mandi. Kevan tidak bodoh. Nulla pasti sedang merencanakan sesuatu. Bisa jadi firasat Omar tadi benar. Untuk sesaat, Nulla sibuk dengan ponselnya. Dia sedang mengetik pesan singkat untuk seseorang.Nulla: Nona Ciara, cepetan dateng ke Grand Hyeth Apartment nomor 303. Kamu pasti penasaran aku dan tunangan kamu ngapain aja, kan?Nulla tidak berniat menunggu pesan balasan Ciara. Dia kembali menatap Kevan. "Ada perlu apa?" tanya Kevan dengan tatapan sinis. "Di sini aja ngomongnya!"Kevan enggan masuk. Dia tidak ingin menimbulkan kecurigaan."Aku mau ngomongin tentang Miguel. Kamu yakin mau ngomong di depan pintu? Kamu nggak takut kalo ada yang nguping?"Nulla berdiri di ambang pintu, lalu celingukan. Sepi. Suasana di kori
Sesampainya di rumah, Kevan melihat Ciara murung. Ciara berbaring lesu di kamarnya. Dia bahkan tidak menyadari kehadiran Kevan dan Felicia. Felicia menghampiri anak satu-satunya. "Cia!" Ciara terkejut. Dia segera bangun. "Mama kapan pulang?" Sore hari yang redup ini sepertinya kota Baubau akan diguyur hujan. Suasana hati Kevan sedang tidak baik, sama seperti Ciara. Kevan mendekati Quden yang berdiri di dekat pintu. "Apa seharian ini Cia cuma tiduran aja?" tanyanya, penasaran. "Dia nggak bales chat aku sama sekali. Gimana nafsu makannya hari ini?"Quden adalah seorang yang jujur. Dia pun menjawab apa adanya. "Nona sama sekali nggak mau makan. Dia cuma minum susu aja, Bos." Kevan menatap Ciara yang sedang berbicara dengan Felicia. Wajah keduanya sedih. "Seharian ini, Nona Ciara habisin waktu di depan laptop baca-baca berita keluarga Darwin. Jadi, apa rencana Bos selanjutnya? Ngomong-ngomong, Pak Omar ke mana?""Omar masih di pengadilan. Aku balik sama Angga." Kevan terlihat benar-
"Huh!" Kevan melirik Felicia sedang menghela napas berat. Sejak tadi, Kevan berusaha menguatkan hati calon ibu mertuanya. Kevan memberikan botol air mineral kepada Felicia. "Ma, minum dulu!" Kevan lega. Karena setidaknya, Felicia masih mau minum di tengah ketegangan suasana ruang sidang. Dua hari lalu, Ciara sudah membereskan para pemegang saham yang ingin mundur dari Darwin Group. Ciara mentransfer uang sebanyak Rp 10 triliun sebagai ganti saham mereka. Tidak hanya itu, sehari sebelum sidang perdata digelar, keluarga Darwin sudah mengumumkan kebangkrutan mereka. Kini, Darwin Group telah diakuisisi oleh K.C Tobacco milik Kevan. Dengan cara itu, sudah sangat jelas bahwa K.C Tobacco ingin mengambil alih penuh tanpa melibatkan pemegang saham lama dalam struktur kepemilikan baru. Akuisisi ini memang menyakitkan bagi Ciara dan Felicia. Namun, mereka tidak memiliki cara lain. Selain itu, mereka berdua masih memiliki saham di K.C Tobacco. Tentu saja, Miguel tidak tahu hal itu. Denga
Pukul 9:00 malam waktu kota Baubau. Kevan dan Ciara sudah kembali ke rumah 1 jam yang lalu. Ciara tampak kelelahan. Mereka duduk di ruang tamu.Kevan duduk di sofa single menghadap ke pintu utama. Sedangkan Ciara dan Felicia duduk di sofa panjang bersama Arkan. Omar dan Angga berdiri di belakang Kevan. "Cia, kamu hebat. Kamu kuat menghadapi orang-orang. Aku salut sama keberanian kamu." Arkan tidak berhenti membanggakan Ciara. Namun, Kevan berwajah masam saat mendengarnya. Pintu pun terbuka. Quden berdiri di ambang pintu. Dia menatap Kevan. "Tuan, ada jajaran eksekutif di luar mau ketemu Anda dan Nona Ciara." Quden memberitahu. Sorot matanya tajam penuh dengan ancaman."Suruh masuk aja!" perintah Kevan. Kevan menatap Ciara dan Felicia. Lalu, mengangguk kepada Quden."Baik," sahut Quden. Tidak lama, dia menghilang di balik pintu. "Mama sama Cia inget kan rencana kita? Sekarang udah waktunya eksekusi."Kevan melihat Felicia tersenyum dengan paksa. Dia juga melihat sorot mata Felic
Rapat mendadak dengan jajaran eksekutif sudah selesai. Sekarang, Ciara sedang rapat bersama tim public relation dan tim kuasa hukum perusahaan di ruangan yang sama. Kevan tidak beranjak dari kursinya. Dia dengan setia menunggu Ciara menyelesaikan rapat. Di samping Kevan, Arkan duduk dengan tenang. Dia ingin melihat kepiawaian Ciara memimpin rapat.Di ruang rapat, Ciara berbicara. “Kita harus mengambil langkah-langkah yang sudah aku rencanakan untuk memulihkan kepercayaan dan memastikan Darwin Group tetap menjadi perusahaan yang dihormati,” katanya, antusias. Semua orang mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa ini adalah tantangan besar, tapi dengan strategi yang tepat, mereka bisa mengatasi dampak negatif dan membangun kembali reputasi perusahaan."Siapa ketua tim public relation di sini?" tanya Ciara. Seorang wanita berambut pirang sebahu mengangkat tangan. "Saya, Nona. Nama saya Susan Arardjo.""Oke, Susan. Pertama-tama, aku mau hari ini kamu buat agenda transparansi dan komunikasi
Hari berikutnya, Ciara dan Kevan kembali ke pulau Pearl. Pagi ini, Ciara akan mengadakan rapat darurat dengan para eksekutif perusahaan Darwin Group. Kevan dan Ciara kembali bersama Arkan yang sekarang sedang rapat bersama pengacara yang dia bawa dan tim pengacara perusahaan di ruangan berbeda. Di ruang rapat Darwin Group, Ciara berbicara kepada tim manajemen. “Kita harus bekerja keras untuk memulihkan reputasi perusahaan. Aku tau, ini nggak akan mudah. Tapi dengan kerja sama dan dedikasi, aku yakin kita bisa mengatasi tantangan ini,” katanya dengan penuh semangat.Tim manajemen mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa ini adalah saat yang sulit. Tapi, mereka bertekad untuk membawa Darwin Group kembali ke jalur yang benar. Mereka akan memastikan perusahaan ini tetap menjadi simbol integritas dan kepercayaan.Ciara menatap sekretarisnya. "Sarah, bagiin sekarang!""Baik, Nona." Sarah berdiri. Dia membagikan satu lembar kertas kepada tim manajemen. Kevan dan para jajaran direksi hanya te