"Nona Nacita, aku nggak sangka kamu serendah itu! Orang-orang pasti tertipu sama penampilan kamu." Kata-kata kasar itu terucap dari mulut Donita. Dia terus mengolok-olok Nacita. "Penampilannya jadi daya tarik Nacita untuk menggaet Suami-suami orang. Hemm, emang sih ... bodynya seksi. Mukanya cantik dan kulitnya terawat. Suami mana ya nggak terpikat sama dia?"Donita terus merendahkan Nacita hingga membuat Julian muak."Udahlah, nggak usah ikut campur urusan rumah tangga Ken! Kita boleh nasehatin Ken, tapi ya ... cuma sekedar nasehatin aja. Nggak usah ikut campur urusan Nacita!"Pemikiran Julian jauh lebih dewasa dan pastinya akan menjadi nilai plus di mata Kevan. Memang sebenarnya, itulah tujuan Julian. Yaitu merebut hati Kevan.Kevan melihat Cinta duduk lesu. Cinta sesekali memijit keningnya yang berdenyut. Di sisi lain, Kevan juga melihat Christian menggenggam erat tangan sang istri."Saya nggak tau, kenapa Kevan bawa Nacita ke sini!" seru Ken. "Karena saya udah lama mutusin Nacita
"Aku bukan pengemis."Nacita menatap Jessy dalam-dalam. Dia berusaha membuat Jessy dan semua orang merasakan kemarahannya.Semua orang tercengang mendengar perkataan Nacita, terlebih lagi Ken. Karena yang Ken ingat, Nacita adalah perempuan lemah lembut dan penurut. Dia tidak mungkin melontarkan kata-kata kasar, rendahan dan kotor. Hal yang paling penting bagi Ken adalah Nacita bukan seorang perempuan pembangkang."Aku nggak suka ngemis cinta, uang, kekuasaan atau apapun itu."Ken shock. Dia tidak puas dan tidak senang dengan karakter Nacita yang sekarang. 'Kenapa Nacita berubah? Nggak ada lagi kesan penurut dan manis di dirinya. aku nggak bisa lagi monopoli dia.'Ken memutar otaknya untuk menghentikan Nacita. Ken tidak ingin sesuatu yang lebih buruk menimpa dia dan keluarganya. 'Padahal kalo ada kesempatan, aku mau balik lagi sama dia. Aku kangen banget pingin gagahin dia. Liat body-nya yang aduhai, makin buatku nggak nahan!'Saat mengutarakan isi hatinya, Ken melirik Jessy. Lalu, m
"Cinta, lihat!"Christian berseru sambil memperlihatkan dua buah dokumen kepada istrinya."Akta kelahiran Egi Erlangga?" Cinta mengambil dokumen itu dari tangan Christian.Semua orang terkejut mendengar ucapan Cinta. Mereka menunggu tanggapan sepasang suami istri tersebut.Ken mendadak salah tingkah. Dia beberapa kali melirik Jessy yang sedang menggigit bibirnya."Iーini?! Iーini?!"Cinta kehilangan kata-kata. Dia bingung. Dia langsung menangis sesegukan begitu melihat dokumen selanjutnya. Julian tidak sanggup melihat Cinta menangis. "Pa, kenapa?" Julian berdiri, lalu berjalan menuju Cinta. Dia meraih dokumen di tangan Cinta. Lalu, Julian pun dibuat terkejut. Kedua mata Julian membaca dengan cepat dokumen tersebut. Wajahnya tampak memperlihatkan sikap waspada dan tegang.Bagaimana pun juga, ini adalah berita besar. Benar! Berita besar bagi keluarga Hanindra yang terhormat di kota Paloma.Livy memanggil nama suaminya. "Julian? Itu dokumen apa?" Dia merasa ada yang tidak beres dengan
"Brengsek!" maki Jessy. Dia berbicara dengan nada rendah bahkan tidak terdengar oleh Ken yang berada di sebelahnya.Jessy yang semula marah karena perselingkuhan Ken dan Nacita, mendadak berubah ketakutan saat melihat Adnan. Jessy dan Adnan bermain mata. Kemudian, Jessy menunjuk pintu ruang makan dengan dagunya berharap Adnan akan pergi sesuai kehendaknya. Namun, Adnan tidak beranjak selangkah pun. Jessy semakin ketakutan. Dia juga panik. "Sialan! Mau apa sih dia?!""Anak kandung?" Christian kebingungan. Lalu, dia menatap Cinta. Cinta sama bingungnya seperti Christian. Dia menggeleng."Bener, Tuan Christian. Saya ke sini mau lihat anak saya. Apa dia tumbuh dengan baik? Apa Ibunya memperlakukan dia dengan baik? Karena Ibunya halangi untuk ketemu sama saya."Wajah Adnan tampak serius dengan kedua mata melotot. Dia memang berbicara dengan Christian, tetapi matanya tertuju pada Jessy seorang."Saya juga penasaran. Apa Ayah sambungnya tau jati diri dia sebenernya? Tapi, saya rasa ... si
Adnan sukses menyebutkan nama Azraf Hanindra. Dia tersenyum miring saat Jessy menatapnya dengan penuh kebencian.Jessy mengumpulkan sisa tenaga. Dia berteriak, "Pergi dari sini kamu, Adnan! Kamu diharamkan dateng ke sini!"Adnan mengabaikan Jessy. Sekarang, dia dan Kevan menunggu reaksi semua orang."Nggak mungkin!" seru Christian. Dia menyandarkan tubuhnya.Cinta melirik Azraf. Dia terkejut, lalu berseru, "Apa?! Azraf?! Ini nggak lucu! Jangan bercanda keterlaluan, Pak Adnan!"Itulah reaksi sepasang suami istri pemilik mansion indah Hanindra. Cinta kembali memijit keningnya. Sedangkan Christian mencoba tenang.Dabin mengambil tindakan. Dia mendekati Christian. Dia berbisik, "Tuan, tenanglah! Jangan sampai emosi menguras energi Anda!" Donita menutup mulutnya karena terkejut. Dia menatap Leon. "Aku nggak percaya, Leon. Gimana sama kamu? Apa kamu percaya?""Di dunia ini nggak ada yang mustahil, Donita. Bukti udah ada di depan mata. Kita tunggu aja bukti selanjutnya!"Jessy menatap wajah
Sementara itu di ruang makan keluarga Hanindra. Tidak seorangpun berbicara. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Hanya Adnan dan Nacita yang terlihat mengobrol."Christian, gimana cara kamu selesaikan masalah ini?" tanya Cinta memecahkan keheningan. Christian masih memikirkan solusi untuk permasalahan rumah tangga Ken dan Jessy. Sesekali dia melirik Adnan yang sedang mengobrol dengan Nacita.Dabin bertindak. Dia mendekati Christian. "Tuan, saya tau Anda masih ragu. Gimana kalo Anda gali informasi lebih banyak dari Pak Adnan? Mungkin Anda nanti bisa ambil keputusan setelah denger penjelasannya.""Mau tanya apalagi, Dabin? Semua udah jelas. Dia dan Jessy selingkuh saat Ken nggak ada." Christian tampak frustasi. Dabin mendengus. "Kita nggak punya banyak data tentang dia. Kalo gitu, biarin saya yang tanya-tanya dia. Gimana pendapat Anda?"Christian mengangguk setuju. Dabin kembali berdiri tegak di belakang kursi Christian. Dia menatap semua orang yang masih berada di ruang maka
"Apa?! Pak Adnan mau bawa Azraf pergi?! Apa Jessy bakalan ngasih izin?! Karena seorang Ibu punya hak asuh penuh atas anak-anaknya." Itu adalah respon Donita yang senantiasa memecah belah dan memperkeruh suasana. Kevan menatap Donita dari kursinya sambil menggeleng.Donita lanjut berbicara. "Tapi, ada baiknya juga sih kalo dia ikut Pak Adnan."Baru beberapa detik lalu Donita membela Jessy dan Azraf agar tetap tinggal di rumah keluarga Hanindra. Namun pada detik berikutnya, Donita langsung menjatuhkan Azraf. Dia memang seorang jenius yang mampu memainkan perasaan seseorang.Kafa yang sejak tadi hanya memperhatikan pun ikut bicara. Dia bertanya, "Kenapa begitu, Ma? Apa nggak masalah kalo Azraf pergi?" Kafa memberikan satu pertanyaan. Namun, Adnan tidak meresponnya, justru Cinta dan Christian menatapnya tajam.Cinta menegur Kafa. "Perhatikan kata-kata kamu, Kafa!" Menyadari posisinya tidak aman, Kafa segera meralat kalimatnya. "Maーmaafin Kafa, Nek! Maksudku gini ... selama ini kan Azr
"Azraf, kamu nggak harus bawa semua barang di sini," kata Kevan. "Aku bisa sewa orang untuk mengemasnya dan kirim ke apartemen Pak Adnan."Sekarang, Kevan berada di kamar Azraf bersama Adnan. Ziyad dan Angga mengawasi Nacita dan anaknya yang sedang berada di ruang keluarga."Nggak apa-apa, Kak. Aku cuma bawa baju dan perlengkapan kuliah aja kok."Azraf tidak ingin siapapun membantunya berkemas-kemas. Sesuai dengan permintaannya, Azraf memutuskan untuk tinggal bersama Adnan di apartemen. Keputusan ini tentu saja mengejutkan banyak orang. Di ruang makan tadi, Cinta tidak berhenti menangis. Dia berusaha membujuk Azraf agar tidak pergi. Namun dengan bantuan Kevan, Cinta berusaha tegar mengikhlaskan Azraf bersama ayah kandungnya. Ketika Azraf selesai, Adnan menatapnya sebentar.Adnan berdiri berhadapan dengan Azraf. Dia bertanya, "Azraf, boleh Ayah peluk kamu?" Kedua matanya berkaca-kaca. Azraf mengangguk. Kemudian, Adnan memeluk anaknya. Air mata mantan kapten pasukan khusus itu berjat