"Oh, iーitu ...."Ziyad tidak sanggup berkata-kata. Selain takut salah bicara, dia juga tidak ingin membuat Ciara semakin geram. "Apa?! Kamu mau kasih alasan apa?!"Seolah menantang, Ciara membuat Ziyad kehabisan kata-kata. "Ha! Ha! Ha!" Semua orang terkejut mendengar suara tawa Kevan. Dia membuka matanya. "Ishhh! Kamu cuma pura-pura tidur, ya?!" Ciara kembali tersulut emosi. Dia memukul-mukul lengan Kevan. "Sakit! Sakit!" teriak Kevan menahan sakit. "Kamu nggak sadar udah ganggu tidur aku? Suara kamu tuh berisik banget."Ziyad lega karena Kevan sudah bangun. Sebab jika tidak, mungkin saja Ciara tidak akan berhenti mencaci-maki dirinya. "Makanya kamu tuhー"Kaki Kevan menginjak tanah. Dia menarik tubuh Ciara. Lalu, menutup mulut Ciara dengan bibirnya. "Ummpphh ....""Ah, sial si Kevan!" gerutu Bima.Bima pergi cepat-cepat dari sana. Begitu juga dengan Ziyad. Tubuh Ciara yang semula menegang, kini rileks. Dia membiarkan Kevan menciumnya. Tidak lama, Kevan melepaskan ciumannya.
"Coba lihat baik-baik, Pak! Bener nggak dia Luna? Aku udah kirim fotonya via chat."Hening hingga beberapa saat. Kevan tidak lagi mendengar suara Hamdi. "Van, ini di mana? Kok kayak di panggung?""Jawab aja! Dia Luna atau bukan?"Kevan mengulangi lagi pertanyaannya. Kali ini, Hamdi menjawab."Iya. Dia Luna. Kamu ketemu dia di mana? Saya ke sana sekarang."Dia benar-benar Luna. Kevan lega mengetahuinya."Aku di Hanindra Orion Hotel. Aku lagi liat pemilihan brand ambassador. Dan, Luna salah satu pelamar."Hamdi terkejut. "Apa?!" teriaknya.Kevan terpaksa menjauhi ponsel dari daun telinganya. Teriakan Hamdi membuat Kevan merasa tidak nyaman."Jadi, tebakanku bener? Pak Hamdi nggak tau masalah ini?""Luna tertutup. Dia nggak mau ngomong apa-apa sama saya, Van." Hamdi membeberkan alasan.Kevan mendengarkan dengan seksama. Dia tahu kekhawatiran yang dirasakan Hamdi. "Kamu bisa nggak tahan Luna? Saya ke sana sekarang. Jarak dari rumah ke hotel kamu nggak jauh. Ya, cuma 20 menit kalo nggak
"Pak Hamdi, aku udah lihat bakat modelling Luna sejak lama. Tapi, Nyonya ngelarang keras Luna terjun ke dunia modelling."Kevan berada di ballroom. Kevan duduk di belakang deretan kursi juri. Di sisi kanan Kevan, Hamdi duduk dengan wajah tegang. Sedangkan di sisi kirinya, Ziyad menatap panggung dengan antusias. "Jangan panggil dia Nyonya lagi! Dia itu cuma jalang yang aku pungut dari rumah bordil.""Apapun latar belakangnya, Pak Hamdi dan dia pernah jalani kehidupan rumah tangga bersama. Jangan lupa, kamu punya keturunan dari dia, Pak!"Hamdi mengepalkan kedua tangannya di atas paha. Kevan menyadari hal itu. Namun, dia tidak peduli. "Kamu cerdas. Dari dulu, saya selalu kalah lawan kamu, Van. Saya mau nyusul Luna sekarang."Luna sudah selesai audisi. Hamdi bangkit dari duduknya. Hamdi berjalan menuju sisi kanan panggung. Dia berniat menyambut Luna dengan buket bunga di tangannya."Anda nggak ikut Pak Hamdi, Tuan?" tanya Ziyad keheranan."Nggak. Ini momen yang pas buat Hamdi perbaiki h
"Halo, Mr. KidOO?"Usai berpikir sejenak, Ziyad memutuskan untuk menerima panggilan telepon dari Mr. KidOO. "Kamu bukan Tuan Kevan. Siapa kamu? Di mana Tuan Kevan? Kenapa HP Tuan Kevan ada sama kamu? Apa kamu Ziyad?"Nada suara tidak bersahabat. Ziyad mengelus dada. Dia berusaha meyakinkan Mr. KidOO."Iya, saya Ziyad. Tuan Kevan lagi tidur. Dia kecapekan."Ziyad mengingat penilaian Kevan tentang Mr. KidOO tempo hari. Yang Ziyad tahu, penilaian Kevan selama ini tidak pernah salah.'Mr. KidOO susah dideketin. Dia susah percaya sama orang lain. Dia selalu waspada sama siapa aja.'Semua itu pemikiran Ziyad. Apa kali ini Mr. KidOO juga tidak akan mempercayainya?"Apa ada hal yang urgent di kantor cabang H.O Airways? Anda bisa ngomong sama saya. Nanti saya akan sampaikan ke Tuan Kevan."Tidak ada satu detik, Mr. KidOO membalas, "Apa wewenang kamu nyuruh ngomong urusan saya dan Tuan Kevan?!"Nada bicara tidak bersahabat kembali berdengung di gendang telinga Ziyad. "Anda lupa? Saya ini Asis
"Aku nggak apa-apa," jawab Kevan begitu dia berhasil menguasai diri. Kevan memeriksa semua gambar yang dikirim Mr. KidOO. Gambar-gambar itu adalah laporan grafik saham tembakau terkini.'Aku akan periksa saldo rekening.'Kevan dengan sigap membuka aplikasi Bank Commonwealth Internasional. Dia begitu menggebu-gebu menatap layar ponsel canggihnya.'Jika grafik tembakau ini menggambarkan harga saham terus meroket, harusnya sih saldo rekening aku juga ikut bertambah.'Hari itu ketika bersama Mr. KidOO, Kevan memang berniat ingin menjadikannya sebagai penasehat keuangan K.C Tobacco. Karena keahlian Mr. KidOO membaca grafik saham tidak pernah gagal.Namun setelah dipikir-pikir, Kevan ingin menarik Mr. KidOO ke kantor pusat HHC menggantikan posisi Gibran Hanindra yang masih kosong."Hemmm?!"Perubahan ekspresi wajah Kevan membuat Ziyad berpikir bahwa telah terjadi sesuatu yang buruk. Dia tidak berani bertanya apapun. 'Kayaknya lebih baik aku nunggu Tuan Kevan ngomong aja. Aku nggak mau nge
"Udah selesai."Kevan berdiri menatap si wanita. Dia diam-diam memperhatikan wajah oriental wanita di hadapannya.'Nacita cantik. Ras putih Tionghoa gini sama persis kayak JessyーIstrinya Ken Hanindra. Tapi, kenapa dia masih single? Apa dia trauma jalin hubungan cinta?' Kevan memiliki banyak pertanyaan di dalam benaknya.Ya. Wanita itu adalah Nacita Erlangga. Sesuai dengan arahan kedua pemegang saham Darwin Group malam itu, Kevan bertekad mendekati Nacita. Beberapa alasan kuat membuat Kevan tertarik pada Nacita. Diantaranya karena Nacita memiliki lebih banyak saham daripada Senopati, Hamdi dan Rinanto."Makasih," ucap si Nacita. Kemudian, dia pergi begitu saja."Dih, cuma makasih doang gitu?" Kevan berusaha mencuri perhatian Nacita.Kevan melihat Nacita kesal. Nacita berbalik. Nacita menghela napas panjang. "Terus?!" tanyanya dengan emosi."Kamu nggak bisa ikat tali sepatu. Tapi, aku udah bantuin kamu. Masa sekarang harus aku juga yang kasih inisiatif, sih? Emangnya kamu nggak ada i
"Aku nggak tau, kamu kenapa? Tapi aku minta maaf kalo udah buat kamu nangis, Nacita."Kevan dan Nacita duduk di taman. Orang-orang yang berada sana menatap mereka. Namun, tidak ada yang menegur."Kita baru kenal. Aku sama sekali nggak ngerti, kenapa cewek hatinya sensitif banget!"Kevan berusaha berempati. Dia ingin tahu Nacita lebih banyak lagi. "Nggak. Kamu nggak salah, Van. Aku yang salah. Aku ... aku ...."Nacita ragu. Kevan tahu itu. Sebagai pria sejati, Kevan akan bertindak sebagai mestinya."Jangan ngomong apa-apa ke orang asing! Lagian, aku juga nggak maksa kamu buat cerita kalo nggak mau."Nacita menatap Kevan dengan wajah memelas. "Kamu baik, beda banget sama anggota keluarga Hanindra yang aku kenal."Nacita menangis lagi. Kali ini, tangisannya lebih kencang dari sebelumnya.Jantung Kevan berdebar kencang. Hatinya terasa seperti terkena busur panah api."Boleh aku pinjem bahu kamu?" Kevan tidak menjawab pertanyaan Nacita. Tapi tanpa sungkan, wanita bermata sipit itu menyan
"Egi, sini!"Rumah mewah Nacita. Kevan sedang berada di rumah mewah Nacita. Rumah 2 lantai dengan desain modern berdinding putih membuat Kevan merasa seperti di rumahnya sendiri.'Kayaknya aku kangen rumah. Aku mau cepet-cepet pulang dan lihat Cia,' ungkap hati kecil Kevan. "Iya Mom."Bocah laki-laki berwajah tampan dengan alis dan bibir tebal menghampiri Nacita. Dia adalah buah cinta Nacita dan Ken Hanindra.Nacita memeluk anaknya. "Kenalin, dia Kevan."Bocah itu mengulurkan tangan kepada Kevan dengan patuh. "Egi Erlangga." Bocah laki-laki itu memperkenalkan diri. Dia menatap Kevan seolah menemukan kesamaan dengan dirinya.Kevan sedikit terkejut. "Aku Kevan. Senang kenalan sama kamu."Egi tidak membalas. Dia menatap Nacita. "Udah kan, Mom? Aku mau lanjut main game."Nacita mengangguk. "Iya."Egi pergi tanpa menghiraukan Kevan. "Duduk, Van! Jangan berdiri terus nanti tambah tinggi!"Nacita mengajak Kevan duduk di ruang tamu. Kevan yang semula canggung, kini mulai membiasakan diri