Di tempat lain. Jhon berhasil melumpuhkan beberapa anak buah Haiden. Para penghalang itu terkapar kesakitan. Jhon buru-buru melanjutkan langkah kakinya sebelum anak buah Haiden yang lain berdatangan.
Ia dibuat gusar. Semua tempat sudah ia telusuri. Sosok Aleta tidak ada di sana. Jhon berpikir Aleta mungkin telah sampai di garasi. Ia pun memutuskan keluar gedung.
Selain kendaraan, Jhon tidak melihat apapun. Ia juga berlari ke mobilnya. Aleta tidak ada. Kepala Jhon terasa sangat panas. Rasa-rasanya ingin meledak membayangkan sesuatu buruk yang mungkin menimpa Aleta.
Waktu terus berjalan cepat. Jhon hanya punya waktu setengah jam lagi. Sial. Ini benar-benar memuakkan. Jhon pikir, baru beberapa menit di dalam. Ternyata ia telah membuang waktu banyak untuk menyingkirkan para cecunguk itu.
"Markus?"
Sayangnya panggilan telah selesai. Ponsel Jhon dalam keadaan lowbat. Mau tak mau, Jhon kembali masuk.
Selang lima detik setelah Jhon masuk. Dua mobil
"Aleta!"Saat itulah, Jhon melihat wajah Aleta pucat pasi. Bibirnya yang merah terlihat membiru dan membeku. Darah kering menghiasi betisnya yang putih dan mulus. Serta beberapa kotoran yang melekat pada bagian lengan serta kaki miliknya. Bukan hanya itu saja. Lebam biru juga ada di beberapa titik. Seperti kening dan tulang rahangnya. Parahnya lagi ada satu pemandangan yang membuat celana Jhon sesak. Sial. Jhon melihat jelas bentuk segitiga bermuda hitam yang ia kenakan."Bajingan!"Meskipun begitu Jhon teramat kesal karena seseorang telah membuat Aleta kacau.Jhon sangat panik. Otaknya hampir tidak bisa bekerja. Ia menginjak pedal gas mobilnya. Ia pacu mobil itu dengan kecepatan tinggi.Seumur-umur. Setiap Aleta terluka. Entah kecil atau besar. Entah parah atau ringan. Gadis itu tidak pernah datang ke rumah sakit. Ia selalu dibawa ke lab praktek ayahnya. Namun, untuk membawa Aleta ke sana makan waktu cukup lama. Jhon tidak bisa mengambil keputusan
Langit hitam sempurna.Dokter cantik dan seksi itu akhirnya keluar ruangan diikuti perawatnya yang tak kalah seksi dengan balutan seragam nurse ketat seolah sengaja didesain untuk membentuk tubuh sintal miliknya.Jhon bergegas bangun. Ia menyeka buliran hangat diwajahnya. Lalu, bertanya pada sang dokter."Apa dia baik-baik saja?"Dokter cantik mengangguk sambil memperhatikan penampilan Jhon sekilas."Tindakan kriminal telah terjadi. Sebaiknya kau lapor polisi," saran si dokter.Ya meski Jhon tidak memberi dokter itu penjelasan. Dokter cantik itu sendiri pasti paham apa yang telah menimpa Jhon dan Aleta. Terlebih ada luka tembak di kaki Aleta. Mustahil sekali jika luka tembak itu disebabkan oleh security penjaga supermarket."Iya. Aku sudah membuat laporan," jawab Jhon, berbohong. "Kau belum menjawab pertanyaan ku. Keadaan Aleta bagaimana?""Hem, Aleta." Dokter itu malah bergumam. Kemudian tenggelam dalam pikirannya yang meneraw
Aleta tercengang. Bola matanya yang indah membulat sempurna. Tanpa sadar tangan gadis itu mencengkram kuat sprei rumah sakit.Ada kehangatan sekaligus rasa nyaman dalam satu waktu. Aleta tak mampu berkedip. Otaknya mendadak berhenti bekerja. Tapi hatinya banyak berkata-kata."Apa ini? Jhon menciumiku lagi dan lagi, tetapi aku enggan berontak. Kenapa aku malah diam? Bukankah harusnya aku menendang bajingan ini? Hey, ada apa dengan ku? Aku bahkan tidak rela jika Jhon melepaskan bibir ku. Ini sangat nikmat. Tubuh ku juga seolah-olah menjadi lebih bersemangat. Aku ingin sekali membalasnya. Bolehkah? Tidak! Tidak bisa begitu. Aku seorang Aleta Lousion. Tidak mungkin aku takluk oleh seorang Jhon Christy."Cengkraman tangan gadis itu kian erat tatkala tangan kanan Jhon melingkari pinggulnya sementara tangan kirinya merambat ke punggung dan menekan dada Aleta.Tidak ada satu senti pun sekat di antara tubuh keduanya. Mereka benar-benar menyatu.Ceklek
Heyyy, gengsss. Udah lama kita engga ketemu. Ada yang kangen? Duh, engga ada? Sayang banget. Padahal aku kangen kalian, lohhh.Tidak terasa sudah lama sekali othor belum up juga. Tenang, tenang hari ini othor up juga nih. Dan sepertinya sebentar lagi novel ini akan tamat 🥺 tapi jangan khawatir, othor pasti akan kembali lagi dengan cerita yang tak kalah serunya. Idihhh.Cuss langsung.***Rockie bersama teman satu angkatannya saling pandang."Jika tidak ada yang ingin digali, tolong tinggalkan rumah kami."Rockie dan yang lain tidak menemukan bukti apapun yang menguatkan. Mereka tidak bisa main trabas begitu saja tanpa adanya keterangan lanjut. Dengan terpaksa, akhirnya mereka pergi.**Setelah kondisi perlahan membaik. Ava keluar dari rumah. Dari tadi ternyata ia sembunyi di balik pintu. Dalam genggamannya ada kantong besar yang agak basah dan bau anyir.Saat Lousion hendak masuk, Ava pun keluar."Uncle!!"
Di sisi lain.Jhon dan Aleta telah sampai di Moskow. Sekarang mereka berada di tempat tinggal Jhon ditemani Erik.Ketiganya duduk melingkar. Di hadapan mereka lembaran peta Moskow terbentang. Tatapan mereka serempak ke arah peta itu. Memperhatikan setiap jalur mobil, yang jarang sekali dipilih sebagai sarana menuju bandara."Ini," tunjuk Jhon.Kemudian Erik menggeleng. "Tidak. Jalur di sana lumayan sepi juga sedikit rumit jadi sering dimanfaatkan para pelaku kriminal."Aleta yang tidak tau apapun hanya diam tapi ikut-ikutan memperhatikan seolah ia tau seluk beluk kota Moskow. Padahal jika keluar terlalu jauh dan lama pun ayahnya pasti langsung mengerahkan anak buah untuk mencari gadis itu.Jhon bergeming sambil berpikir."Bagaimana jika aku yang mengantar kalian ke bandara?" tawar Erik.Jhon menimbang-nimbang. Sesekali ia melirik ke arah Aleta. Sayangnya, Aleta tak membalas lirikan Jhon. Tampak dalam kerutan di kening gadis itu
Tidak sulit bagi Sky untuk mencari tau rumah lama Jhon. Dan tidak butuh waktu berjam-jam, mereka sampai di komplek kelas menengah yang dipenuhi rumah-rumah penduduk.Louison menurunkan kaca mata hitamnya. Netranya yang tajam mengedar ke setiap sudut. Tak ia sangka, seorang Jhon Christy dulu tinggal di tempat yang terpencil.BukkkSky berhasil menyeret nona Maria. Wanita setengah baya itu didorong ke hadapan Lousion hingga tersungkur."Katakan!" Bentak Sky.Keringat dingin memenuhi kening wanita itu. Perlahan ia mendongak. Ia dibuat bergidik acap kali matanya bertemu dengan mata Lousion, yang garang bagai raja hutan."Katakan ke mana Jhon pergi!!" bentak Sky lagi seraya menendang punggung wanita itu.Tubuh nona Maria bergetar. Ia meihat ke sekelilingnya seolah meminta bantuan, tetapi orang-orang di sekitar mereka tak berani mendekat. Jangankan mendekat, tak sengaja menatap pun mereka akan langsung lari terbirit-birit."Dasar jal
"Jhon, I need you."Sial.Tiga kata itu berhasil menepis semua kegundahan dalam diri Jhon. Juniornya terus mendesak. Ia tak tahan lagi. Segera ia lepas jas hitam miliknya. Ia lempar secara asal. Kemudian ia tanggalkan satu persatu kancing kemejanya sambil mendekat ke arah Aleta."Kau pandai memancing birahi ku," kata Jhon, menatap sayu.Aleta tersenyum miring. Caranya membalas tatapan Jhon sangat menggoda. Membuat birahi pria itu semakin memuncak.Langkah Jhon kian dekat, dekat, bertambah dekat. Lalu, diraihnya tengkuk gadis itu hingga membuatnya menggelinjang geli.Tanpa komando. Jhon menyanbar bibirnya yang merah segar. Ia lumat lembut penuh perasaan.Reflek Aleta mencengkram sprei kasur hotel itu. Kelopak matanya mengatup. Menikmati setiap sensasi lembut yang Jhon salurkan."Awh!!"Seketika Aleta terbelalak tatkala daging merah segar miliknya Jhon gigit. Dengan kesal Aleta mendorong dada pria itu. Menjauhkan dirinya dari wajah Aleta. K
BukkkBukkkBukkkKeluar dari bandara kemarahan Lousion benar-benar memuncak. Tanpa ampun, ia memukuli anak buahnya yang ia anggap salah, karena terlalu lambat memberikan informasi.Meski wajah sudah bonyok, tetapi anak buahnya itu tak mengerang kesakitan atau sekedar menepis pukulan Lousion. Ia hanya diam, diam dan diam."Ayah, enough!" Sky segera menahan sang ayah. Ia merangkulnya ke belakang.Lousion melepaskan diri. Berbalik mengusap kasar wajahnya dengan raut cemas tiada tanding."Tidak mungkin mereka sudah melakukan penerbangan. Pasti mereka masih di negara ini," ujar Sky.Otak Lousion sangat panas. Ia nyaris tidak bisa berpikir. Keras-keras, ia menghantam badan mobilnya. Lalu, menempelkan kening di permukaan mobil."Di mana bocah itu," batin Lousion.Sky menghubungi kontak Jhon kembali. Dan jawaban yang didapat tidak berubah.Sejujurnya, Sky juga sangat marah. Bahkan mungkin lebih marah daripada Lousion.