"Jennian Ludrick..."
Jenn berhenti saat melewati Lyl yang di kerumuni anak-anak perempuan di meja depan. "Anak baru kau memanggil namaku?" Sahut Jenn.
"Ah, ya... Hai" Kata Lyl
"Hmm..." Jenn berjalan ke bangkunya.
"Senang sekelas denganmu..." Lyl tersenyum. Jenn merasa ada sesuatu dibalik senyuman itu yang membuatnya tidak nyaman.
"Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaa... Lyl kau manis sekali..."
"...selain tampan kau juga ramah"
"Hey, bukankah bagus kalau Lyl dan Jenn akrab? Dua cowok ganteng di kelas kita"
"Lyl lebih manis..."
"Jenn juga sangat mempesona"
Kyaaaaaaaaaaaaa
Anak-anak perempuan yang mengerumuni Lyl histeris dengan khayalannya. Kehadiran Lyl seolah melenyapkan pembicaraan tentang peristiwa pembunuhan di sekolah itu.
"Sebentar lagi Mr. Claire datang aku kembali ke bangkuku dulu ya..." Lyl beranjak dari tempat dia di kerumuni.
"Padahal kami masih ingin berlama - lama ngobrol denganmu"
"...Eh, Siapa Mr. Claire?"
"Wali kelas kita kan?" Jawab Lyl.
"Oh maksudmu, Pak Clarey..." Kata seorang gadis yang sedari tadi setia dalam kerumunan di depan Lyl.
"Kuharap Mr. Claire tak datang hari ini" Sahut gadis lain.
"Mr. Claire ya? Lumayan juga panggilan Lyl ke wali kelas kita..." Gadis lain menimpali.
Obrolan para murid perempuan masih berlanjut sampai wali kelas masuk.
*************************************************************
Di sebuah lorong antara bangunan-bangunan tinggi yang menjulang ke langit, nampak sosok hitam tengah terduduk di atas tumpukan sampah. Bukan! bukan sampah melainkan manusia dengan pakaian compang-camping.
"Berterima kasihlah, ku akhiri penderitaanmu di dunia ini, manusia tidak berguna." Ucap sosok hitam itu, yang tak lain adalah Rue.
Sejak dia merasakan kenikmatan membunuh korban pertamanya, seolah rasa lapar menggerogoti dirinya. Dalam beberapa jam sudah lebih dari sepuluh orang menjadi korbannya.
Sesaat setelah membunuh korban terakhirnya, perlahan kabut hitam memenuhi lorong itu.
Rue, beranjak dari atas tubuh korbannya, berdiri melihat sekelilingnya. Kabut itu semakin pekat dan tebal.
Kabut pekat itu seakan menyelimuti tubuh Rue, benar saja kabut itu memang tergulung di tubuh Rue.
Masih tak paham apa yang terjadi, Rue mencoba melepas lilitan kabut yang mulai menebal itu.
"Sialan mahluk apa ini?" Rue tampak kebingungan. "Asap sialan, kenapa bisa sekuat ini?"
Semakin lama kabut itu semakin kuat, tubuh Rue seakan tergenggam oleh tangan besar yang sangat kuat.
Rue mencoba melawan dengan kekuatan yang dimilikinya, namun sekuat apapun Rue mencoba, kabut itu lebih kuat menggenggam tubuhnya.
Hingga akhirnya Rue lemas dan tergulung oleh kabut itu.
Sosok hitam Rue dan kabut itu lenyap begitu saja.
*************************************************************
"Yo...anak muda" Sapa Lyl dengan sosok aslinya.
Rue terbangun dari tidurnya dengan peluh membasahi keningnya. "Aku bermimpi...buruk sekali..." katanya.
"Mimpi?" Lyl menatap manusia berdarah dingin di depannya itu.
"Ya, aku membunuh beberapa orang dalam mimpiku, dan rasanya..." Rue ragu melanjutkan kata-katanya.
"Menyenangkan?" Tanya Lyl dalam wujudnya yang hitam besar dengan wajah pucat dan mata merahnya itu.
Rue menghela napas, seakan mengiyakan perkataan Lyl.
"Itulah sebenarnya dirimu, di dunia manusia di sebut psycho kan?" kata Lyl.
"Kau!" Rue mengepalkan tinjunya "...ini semua pasti karena kekuatan bodoh yang kau tanam di tubuhku shinigami sialan!" Dia tak mau mengakui dirinya psycho.
"Ini semua tak ada hubungannya dengan kekuatan yang ku berikan padamu, sudahlah akui saja semua ini memang keinginanmu sendiri." kata Lyl "...coba kau ingat berapa lama kau muak dengan manusia-manusia lain di sekitarmu? Sebelum kekuatan yang kau miliki itu, kau sudah berpikir semua manusia hanya seonggok sampah di matamu."
Rue terdiam, dia sadar bahwa sebenarnya dia tidak pernah menyukai orang-orang di sekitarnya bahkan hampir membenci semua orang. Sebelum memiliki kekuatan dari shinigami, dia hanyalah bocah yang lemah dan pesimis. Hanya saja saat Lyl mengatakan dia Psycho, sifat manusianya masih belum menerima disebut psycho.
"Aku bukan psycho, sialan!" Teriaknya.
"Hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahaha...." Tawa Lyl menggelegar memenuhi kamar Rue. "Kau naif sekali...meskipun memiliki aura gelap pekat perasaan manusiamu benar-benar masih ada"
"Apa maksudmu, bicara yang jelas!" Bentak Rue.
"Rue Caist de Grimpson, Psycho atau apapun itu... itu hanya sebuah kata, hanya sebutan. Bagi kami yang hidup jauh di atas kalian para manusia perasaan atau sifat kalian itu tak ada artinya sama sekali. Pada akhirnya kalian hanya makanan bagi kami, sama seperti babi, ayam, ikan dan binatang-binatang yang kalian makan. Manusia hanya ternak."
"Jadi kau anggap kami para manusia hanya hewan ternak bagi kalian?" Rue agak kesal.
"Tak perlu sekesal itu bocah. Kalian para manusia juga melakukan hal yang sama pada mahluk di bawah kalian. Manusia selalu menganggap merekalah mahluk tertinggi di alam semesta tanpa pernah menyadari takdir yang sesungguhnya. Seperti ribuan ikan dalam kolam besar yang memangsa sesama spesiesnya untuk bertahan hidup dan menjadi yang terkuat diantaranya, tanpa pernah berpikir, sekuat apapun dia pada akhirnya akan berakhir di penggorengan dan di hidangkan. Seperti itulah manusia."
Rue hanya diam dan nampak menerima takdirnya sebagai manusia, manusia yang hanya hewan ternak, hanya makanan bagi para dewa.
"Hey...nak, tak perlu terlalu di pikirkan." Lyl merubah wujudnya seperti manusia dan menepuk pundak Rue.
"Seperti yang kau katakan, pada akhirnya aku hanya makanan bagi kalian." Rue menunduk lemah. "Kenapa tidak kau makan saja aku sekarang?"
"Kau benar-benar manusia naif Rue, tidak semua manusia mempunyai kristal jiwa yang kami butuhkan. Kami tidak seperti manusia yang hanya makan daging ternaknya, tidak semudah itu, lebih rumit..." Lyl terdiam sejenak. "...dan kurasa tak perlu kujelaskan pada manusia sepertimu."
"Aku tak paham sama sekali" Rue menatap Lyl. "Jadi sebenarnya apa tujuanmu memberikanku kekuatan shinigami? Agar aku menjadi target makananmu yang kau inginkan?"
"Hahahahahahahahahahahahaha..." Lyl kembali tertawa. "Aku tidak ada niat menjadikanmu makanan bocah." Dia menjilat leher Rue. "...lebih tepatnya, belum... Haahahahahahahaha"
"Shinigami sialan!"
"Beruntunglah kau memiliki aura gelap pekat, belum pernah ada satupun manusia yang memilikinya sebelum ini" Lyl kembali duduk di kursi depan Rue.
"Apa sebenarnya tujuanmu dengan aura yang kumiliki?" Rue masih penasaran tujuan sebenarnya dari shinigami memberikan kekuatan padanya.
"Aku hanya ingin bersenang-senang untuk saat ini..." Lyl berjalan keluar kamar. "...sampai kau akan tau tujuanku yang sebenarnya nanti." Lyl melanjutkan kata-katanya dengan pelan, sebelum dia menutup pintu kamar, namun Rue masih mendengarnya cukup jelas.
Rue tak mau ambil pusing dengan apa yang baru saja Lyl katakan, dia kembali merebahkan dirinya, mengambil remote TV di sebelah bantalnya dan menekan tombol on.
'...kematian beberapa gelandangan yang di temukan di beberapa lorong berbeda, masih belum dapat diketahui penyebabnya. Polisi belum dapat memastikan apakah kematian tersebut adalah pembunuhan atau karena suatu virus, kematian-kematian yang aneh itu membuat pihak penyidik kebingungan. Hingga kini kejadian kematian beberapa gelandangan yang memiliki ciri kematian yang sama masih dalam penyelidikan pihak yang berwajib.'
"Shinigamiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii....!"
"Tuan, apa tidak sebaiknya kekuatan shinigami yang tuan berikan ke manusia itu, tuan tarik kembali?" Dalam ruangan hampa yang gelap Cassius dan Lyl membicarakan kekuatan yang Rue gunakan.Dengan tenang Lyl menghembuskan asap rokok mendengarkan perkataan Cassius di balik singgasananya."Tuan, saya khawatir manusia ini akan menimbulkan banyak masalah pada Treseiront" Cassius tampak serius.Treseiront adalah dunia para dewa dimana Aerch tertidur di dalamnya. Treseiront mencakup keseluruhan alam semesta dimana manusia masih belum mengetahui ujungnya dan lebih mempercayai alam semesta tak berujung dan tak berdasar.Sedangkan Aerch adalah esensi yang di percaya keberadaanya oleh para dewa, bisa dikatakan Aerch adalah yang tertinggi dari yang paling tinggi tingkatannya di alam dewa dan alam semesta."Hahahahahahahahahahahahahaha...." Lyl tertawa mendengar kekhawatiran Cassius. "...jangan terlalu kaku Cassius, bersenang-senanglah""Tuan! Jika para dewa dan bahkan jika sampai Treseiront bergejo
Suasana kelas 2-F hari ini heboh membicarakan tentang peristiwa kematian misterius yang terjadi di wilayah mereka."Hei-hei kau lihat berita kemarin? Aku jadi berpikir dua kali, tidak bahkan seratus kali jika ingin keluar rumah sendirian..." Kata salah seorang gadis yang berpenampilan sangat modis di kelas 2-F."Benar-benar mengerikan..." Sahut gadis lain yang baru saja masuk kelas."Pagi Erika..." Sapa gadis modis yang duduk berkerumun dengan gadis-gadis lainnya itu. "Apa yang terjadi?""Kalian sudah lihat berita kemarin? Kematian-kematian aneh di wilayah kita?" Erika meletakkan tasnya."Kami juga sedang membicarakannya, benar-benar menakutkan..." Kata gadis berambut pendek di samping Akiko gadis yang selalu tampil modis."Apa sebaiknya kita memakai masker kemana-mana agar tidak terkena virus aneh yang membunuh para gelandangan itu?" Kata gadis lainnya."Kurasa itu bukan virus penyebabnya, aku yakin itu pe
"Wow! Rumahmu besar sekali, sayang" Perempuan berambut pendek sebahu yang mengenakan tas berwarna merah selaras dengan warna sepatu yang di kenakannya itu nampak takjub dengan rumah Jenn."Pasti Papa Mama kamu orang hebat, ya?" Sambil berjalan mengikuti langkah Jenn, perempuan itu terus membicarakan banyak hal yang sama sekali tidak terlalu di respon oleh Jenn.Setelah sampai di kamar tidur Jenn, perempuan itu meminta ijin untuk mandi. Jenn melepas sweater dan baju seragam dibaliknya. Ia merebahkan diri di tempat tidurnya, menunggu perempuan itu menyelesaikan membersihkan diri."Makanan yang higienis adalah makanan yang bersih" Gumam Jenn pelan.======oo0oo======"Hey, Shinigami..."Lyl yang sedang bersantai di tempat tidur, menatap ke arah Rue duduk."Bagaimana caranya aku mengembangkan kekuatan yang kau tanam padaku?" Tanya Rue serius."Pfft..." Lyl mencoba menahan
Sementara di dunia manusia sedang berjalan dengan banyak kejadian dan peristiwa tak masuk akal beberapa minggu belakangan. Lucifer dan pasukannya masih melakukan rutinitas harian dengan bermacam dosa dan kenikmatan tanpa adanya aturan. “Aaah… uhhh..sshhh…” Desis mahluk yang ditindih Lucifer merasakan kenikmatan dari setiap hujaman benda tumpul yang ia terima dari sosok gagah seorang pemimpin para iblis. Di sebuah ruangan dengan pencahayaan redup, Lucifer dan pengikutnya sedang dalam birahi yang membara. Merekalah yang menginspirasi manusia melaksanakan pesta kelamin yang penuh dosa berbalut kenikmatan duniawi. “Uhh… sshhh, tuan aku tak sanggup lagi… ouh…” Lawan bergelut penuh birahi Lucifer melenguh penuh kenikmatan. “Ooh, yahh… uuh, tuan sshh…aaahhh…”“Dasar jalang! Wajahmu berkata sebaliknya… Ahk…” Lucifer makin deras menghujamkan batang tumpul yang menengang diantara kedua pahanya.“Aaahhhhhhhhh….” Pe
Brak!!! Seorang pria paruh baya mendobrak masuk kamar Jenn sementara Bellim mengekor dibelakangnya.“Maaf tuan, saya sudah menahannya…”“Tidak apa-apa Bellim, aku tau… memang pria tua ini kurang mengerti tata krama” Potong Jenn yang tengah memeluk seorang gadis di tempat tidurnya dengan santai. "Jennian Ludrick! Kita perlu bicara." Tegas pria paruh baya itu. Jennian Ludrick mengangkat alisnya dengan santai, melepaskan pelukan dari gadis yang ada di sisinya. Dia menatap pria paruh baya itu dengan senyum mengejek. "Oh, jadi Tuan Jeranian Ludrick yang agung datang jauh-jauh hanya untuk berbicara dengan keturunan yang disingkirkannya?" Jennian tersenyum sinis. "Maaf, aku tidak menyadari bahwa aku memiliki janji dengan seseorang yang tidak berarti bagiku." Pria paruh baya itu merasa terusik oleh sikap kasar Jennian. Dia mengambil napas dalam-dalam untuk mengendalikan emosinya. "Ini bukan masalah kecil, Jennian. Kita harus membicarakan konsekuensi dari tindakanmu yang sembrono." "Kons
'Aku belum mau mati' Lelaki yang tengah sekarat itu menggumam, sayangnya tidak ada yang paham apa yang dikatakannya.Tubuh lemah lelaki paruh baya itu mulai mengejang, perlahan-lahan degup jantung dan napasnya semakin berat, matanya mendelik menahan rasa sakit yang sangat, saat dewa kematian memisahkan jiwa dari jasadnya."Kau tidak punya pilihan lain manusia, waktumu sudah habis" Sosok pucat itu menyeringai.HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHASosok pucat itu terbang meninggalkan jasad mangsanya. Setelah menelan secercah cahaya seperti kristal yang keluar dari tubuh manusia yang baru saja kehilangan nyawanya itu."Terkadang hal seperti ini menyenangkan".Setelah kepergian sang pencabut nyawa, derai tangis keluarga yang berduka pecah memenuhi seisi ruangan.
Teng Teng Teng Teng..."Bersiap" Seru ketua kelas "beri salam" Lanjutnya."Selamat siang pak" Ucap anak-anak serentak."Selamat siang" Jawab pak guru.Dalam perjalanan pulang, Ake melihat Rue duduk di dahan sebuah pohon. "Hey Jenn bukankah itu Rue?" Tanya Ake pada Jennian memastikan apa yang dia lihat."Kurasa itu memang dia, tapi apa yang dipikirkannya duduk diatas pohon seperti itu?" Jawab Jenn agak bingung."Yuk kesana Jenn..." Ajak Ake mendekati Rue, Jenn ogah-ogahan tapi ikut juga."Hey kau, apa yang kau lakukan di atas sana?" Jenn menegur Rue. "Apa kau sedang berimajinasi kau itu seekor tupai?" Lanjut Jenn."Jenn...jangan seperti itu..." Ake menyela Jenn. "Maaf Rue, Jenn tidak bermaksud mengataimu, kau taulah cara bicara Jenn seperti itu..." Ake mencoba menjelaskan."Pergilah...aku tidak tertarik omong kosong." Kata Rue."Das
Bab sebelumnya-GEDUBRAK !!!"Ouch !" Rue mengelus kepalanya yang menghantam tanah. Dia menoleh ke kanan kiri, sepi. Tak ada siapapun disana, tapi dia merasa baru saja ada yang menimpanya. Rue mendongak ke atas dari arah dia jatuh. Tak ada siapapun. Rue berpikir sebaiknya dia pulang, tempat itu sudah tidak nyaman untuk dijadikannya tempat menyendiri.*************************************************************Dalam perjalanan pulang, Rue merasa ada yang mengikuti setiap langkah kakinya. "Fiuhhh" Rue menghembuskan nafasnya merasa lega sudah di depan pintu rumahnya, dia masuk dengan cepat dan mengunci pintunya dari dalam.Rue naik ke kamarnya di lantai dua, sesampainya di kamar dia menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur..."AAARRGGHP..""AAARRGGHP..." Rue mendadak terdiam dengan mata terbelalak saat teriakannya dihentikan secara paksa oleh kaki besar sosok pucat berjubah h
Brak!!! Seorang pria paruh baya mendobrak masuk kamar Jenn sementara Bellim mengekor dibelakangnya.“Maaf tuan, saya sudah menahannya…”“Tidak apa-apa Bellim, aku tau… memang pria tua ini kurang mengerti tata krama” Potong Jenn yang tengah memeluk seorang gadis di tempat tidurnya dengan santai. "Jennian Ludrick! Kita perlu bicara." Tegas pria paruh baya itu. Jennian Ludrick mengangkat alisnya dengan santai, melepaskan pelukan dari gadis yang ada di sisinya. Dia menatap pria paruh baya itu dengan senyum mengejek. "Oh, jadi Tuan Jeranian Ludrick yang agung datang jauh-jauh hanya untuk berbicara dengan keturunan yang disingkirkannya?" Jennian tersenyum sinis. "Maaf, aku tidak menyadari bahwa aku memiliki janji dengan seseorang yang tidak berarti bagiku." Pria paruh baya itu merasa terusik oleh sikap kasar Jennian. Dia mengambil napas dalam-dalam untuk mengendalikan emosinya. "Ini bukan masalah kecil, Jennian. Kita harus membicarakan konsekuensi dari tindakanmu yang sembrono." "Kons
Sementara di dunia manusia sedang berjalan dengan banyak kejadian dan peristiwa tak masuk akal beberapa minggu belakangan. Lucifer dan pasukannya masih melakukan rutinitas harian dengan bermacam dosa dan kenikmatan tanpa adanya aturan. “Aaah… uhhh..sshhh…” Desis mahluk yang ditindih Lucifer merasakan kenikmatan dari setiap hujaman benda tumpul yang ia terima dari sosok gagah seorang pemimpin para iblis. Di sebuah ruangan dengan pencahayaan redup, Lucifer dan pengikutnya sedang dalam birahi yang membara. Merekalah yang menginspirasi manusia melaksanakan pesta kelamin yang penuh dosa berbalut kenikmatan duniawi. “Uhh… sshhh, tuan aku tak sanggup lagi… ouh…” Lawan bergelut penuh birahi Lucifer melenguh penuh kenikmatan. “Ooh, yahh… uuh, tuan sshh…aaahhh…”“Dasar jalang! Wajahmu berkata sebaliknya… Ahk…” Lucifer makin deras menghujamkan batang tumpul yang menengang diantara kedua pahanya.“Aaahhhhhhhhh….” Pe
"Wow! Rumahmu besar sekali, sayang" Perempuan berambut pendek sebahu yang mengenakan tas berwarna merah selaras dengan warna sepatu yang di kenakannya itu nampak takjub dengan rumah Jenn."Pasti Papa Mama kamu orang hebat, ya?" Sambil berjalan mengikuti langkah Jenn, perempuan itu terus membicarakan banyak hal yang sama sekali tidak terlalu di respon oleh Jenn.Setelah sampai di kamar tidur Jenn, perempuan itu meminta ijin untuk mandi. Jenn melepas sweater dan baju seragam dibaliknya. Ia merebahkan diri di tempat tidurnya, menunggu perempuan itu menyelesaikan membersihkan diri."Makanan yang higienis adalah makanan yang bersih" Gumam Jenn pelan.======oo0oo======"Hey, Shinigami..."Lyl yang sedang bersantai di tempat tidur, menatap ke arah Rue duduk."Bagaimana caranya aku mengembangkan kekuatan yang kau tanam padaku?" Tanya Rue serius."Pfft..." Lyl mencoba menahan
Suasana kelas 2-F hari ini heboh membicarakan tentang peristiwa kematian misterius yang terjadi di wilayah mereka."Hei-hei kau lihat berita kemarin? Aku jadi berpikir dua kali, tidak bahkan seratus kali jika ingin keluar rumah sendirian..." Kata salah seorang gadis yang berpenampilan sangat modis di kelas 2-F."Benar-benar mengerikan..." Sahut gadis lain yang baru saja masuk kelas."Pagi Erika..." Sapa gadis modis yang duduk berkerumun dengan gadis-gadis lainnya itu. "Apa yang terjadi?""Kalian sudah lihat berita kemarin? Kematian-kematian aneh di wilayah kita?" Erika meletakkan tasnya."Kami juga sedang membicarakannya, benar-benar menakutkan..." Kata gadis berambut pendek di samping Akiko gadis yang selalu tampil modis."Apa sebaiknya kita memakai masker kemana-mana agar tidak terkena virus aneh yang membunuh para gelandangan itu?" Kata gadis lainnya."Kurasa itu bukan virus penyebabnya, aku yakin itu pe
"Tuan, apa tidak sebaiknya kekuatan shinigami yang tuan berikan ke manusia itu, tuan tarik kembali?" Dalam ruangan hampa yang gelap Cassius dan Lyl membicarakan kekuatan yang Rue gunakan.Dengan tenang Lyl menghembuskan asap rokok mendengarkan perkataan Cassius di balik singgasananya."Tuan, saya khawatir manusia ini akan menimbulkan banyak masalah pada Treseiront" Cassius tampak serius.Treseiront adalah dunia para dewa dimana Aerch tertidur di dalamnya. Treseiront mencakup keseluruhan alam semesta dimana manusia masih belum mengetahui ujungnya dan lebih mempercayai alam semesta tak berujung dan tak berdasar.Sedangkan Aerch adalah esensi yang di percaya keberadaanya oleh para dewa, bisa dikatakan Aerch adalah yang tertinggi dari yang paling tinggi tingkatannya di alam dewa dan alam semesta."Hahahahahahahahahahahahahaha...." Lyl tertawa mendengar kekhawatiran Cassius. "...jangan terlalu kaku Cassius, bersenang-senanglah""Tuan! Jika para dewa dan bahkan jika sampai Treseiront bergejo
"Jennian Ludrick..."Jenn berhenti saat melewati Lyl yang di kerumuni anak-anak perempuan di meja depan. "Anak baru kau memanggil namaku?" Sahut Jenn."Ah, ya... Hai" Kata Lyl"Hmm..." Jenn berjalan ke bangkunya."Senang sekelas denganmu..." Lyl tersenyum. Jenn merasa ada sesuatu dibalik senyuman itu yang membuatnya tidak nyaman."Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaa... Lyl kau manis sekali...""...selain tampan kau juga ramah""Hey, bukankah bagus kalau Lyl dan Jenn akrab? Dua cowok ganteng di kelas kita""Lyl lebih manis...""Jenn juga sangat mempesona"KyaaaaaaaaaaaaaAnak-anak perempuan yang mengerumuni Lyl histeris dengan khayalannya. Kehadiran Lyl seolah melenyapkan pembicaraan tentang peristiwa pembunuhan di sekolah itu."Sebentar lagi Mr. Claire datang aku
Keesokan harinya sekolah heboh dengan kematian Haxel Dert. Terlihat beberapa anggota kepolisian sedang mengamankan tempat terbunuhnya Dert. Belakang gedung sekolah yang penuh rongsokan yang sudah tidak terpakai, tempat yang biasanya sepi dan dijadikan tempat bersembunyi anak-anak bandel buat merokok itu kini dipenuhi para siswa yang penasaran dengan kejadian pembunuhan itu."Ake, kau kenapa disini?" Jenn menepuk pundak Ake yang terlihat shock saat melihat mayat Dert yang akan dibawa polisi ke mobil ambulance."Anak-anak tolong minggir. Kembalilah ke kelas, jangan mengganggu tugas polisi" Salah seorang guru menggiring murid- muridnya masuk kelas. Para muridpun bubar dari kerumunan itu.Ake dan Jenn pun berjalan menuju kelas."Kau tidak apa-apa Ake?" Tanya Jenn melihat sahabatnya itu dari tadi diam setelah melihat tubuh orang mati."Uh...ah..aku baik - baik saja Jenn..." Jawab Ake
Di atap Sekolah."Apa maksudmu aku harus membunuh?!" Rue mencengkeram kerah baju Lyl.Lyl menghilang bagai asap, melepaskan diri dari cengkeraman Rue."Kyahahahahahahahahaha...ha..." Suara tawa Lyl terdengar sangat mengusik Rue, membuat Rue semakin marah."Berhentilah bermain petak umpet shinigami sialan!" bentak Rue."Bolehkah kuberikan sedikit ciuman ditengkukmu, sayang?" Lyl tiba-tiba berada di belakang Rue meniup lembut tengkuk Rue "mwehehehehehehe..." Dia terkekeh."Sepertinya kau shinigami yang tidak berguna, pantas kau dibuang ke dunia." kata Rue kesal."Baiklah akan kujelaskan" Lyl mulai berbicara serius. "...aura yang kau miliki itu adalah aura membunuh atau mungkin bisa dikatakan rasa haus atau lapar, yang pasti aura yang kau miliki adalah aura dasar milik kami para grim reaper. Saat aku memberikanmu kekuatan shinigamiku, mak
Bab sebelumnya-GEDUBRAK !!!"Ouch !" Rue mengelus kepalanya yang menghantam tanah. Dia menoleh ke kanan kiri, sepi. Tak ada siapapun disana, tapi dia merasa baru saja ada yang menimpanya. Rue mendongak ke atas dari arah dia jatuh. Tak ada siapapun. Rue berpikir sebaiknya dia pulang, tempat itu sudah tidak nyaman untuk dijadikannya tempat menyendiri.*************************************************************Dalam perjalanan pulang, Rue merasa ada yang mengikuti setiap langkah kakinya. "Fiuhhh" Rue menghembuskan nafasnya merasa lega sudah di depan pintu rumahnya, dia masuk dengan cepat dan mengunci pintunya dari dalam.Rue naik ke kamarnya di lantai dua, sesampainya di kamar dia menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur..."AAARRGGHP..""AAARRGGHP..." Rue mendadak terdiam dengan mata terbelalak saat teriakannya dihentikan secara paksa oleh kaki besar sosok pucat berjubah h