Hubungan Joice dan Marcel mulai membaik. Untuk sementara waktu, Joice berhubungan dengan Shawn melalui panggilan telepon. Joice belum berani untuk bertemu dengan Shawn secara tatap muka. Pasalnya, dia takut Marcel akan marah. Nanti, Joice akan mencari cara untuk menemukan solusi bagaimana membantu kerja sama perusahaan keluarganya dan Shawn. Bagaimanapun, Joice tidak tega kalau bersikap acuh dan tidak peduli pada perusahaan keluarganya.Joice hanya memiliki satu adik laki-laki, namun adik laki-lakinya itu berada di Boston, tengah menempuh pendidikan. Hal tersebut yang membuat adik laki-lakinya itu tidak mungkin bisa membantu perusahaan keluarga. Hanya Joice yang benar-benar bisa diandalkan. Namun, meski bisa diandalkan, Joice menyadari bahwa masih banyak hal yang harus dirinya pelajari mengenai perusahaan. “Joice, aku harus berangkat sekarang. Hari ini kau tidak pergi ke mana-mana, kan?” ujar Marcel seraya menatap Joice yang duduk di kursi meja rias, sambil menyisir rambut.“Tidak,
Joice mondar-mandir tidak jelas di ruang tengah. Waktu menunjukkan pukul lima sore. Hana sudah pulang sejak tadi. Namun perkataan Hana terus berada di pikiran Joice saat ini.Joice memikirkan cara yang tepat untuk berbicara dengan Marcel nanti. Yang membuatnya sakit kepala adalah Joice harus mencari cara berbicara dengan Marcel tentang kerja sama perusahaan ayahnya dan Shawn, lalu ditambah tentang dirinya yang akan melakukan fashion show pada minggu depan.Joice tidak tahu apakah mungkin Marcel memberikan izin padanya. Yang pasti dirinya akan mencoba mengajak Marcel untuk berbicara. Meskipun tidak mudah, yang paling penting dirinya akan mencoba lebih dulu. Dia tidak akan pernah tahu kalau belum mencoba sama sekali.“Nyonya, Tuan Marcel sudah pulang,” ujar sang pelayan sopan pada Joice.Langkah kaki Joice terhenti mendengar apa yang dikatakan oleh sang pelayan. “Marcel sudah pulang?” ulangnya memastikan.Sang pelayan mengangguk. “Iya, Nyonya.”Joice tersenyum riang. Detik itu juga, dia
Sejak di mana Marcel memberikan izin agar Joice kembali bekerja, Joice pun langsung memberi tahukan pada Hana. Tentunya Hana menyambut itu dengan gembira. Karena memang sudah lama sekali Joice tidak kembali bekerja. Akan tetapi, meski sudah diperbolehkan untuk bekerja, tapi tetap Marcel memiliki aturan yang cukup ketat yaitu Joice tidak boleh menerima semua pekerjaan begitu saja. Joice hanya boleh menerima pekerjaan jika pekerjaan tersebut masih di dalam kota, bukan di luar kota ataupun di luar negeri.Harus Joice akui, tentunya ruang gerak dia akan terbatas. Dulu, dia selalu mengambil pekerjaan baik itu di luar kota ataupun di luar negeri. Namun, sekarang dirinya harus bisa mengalah. Lagi pula sekarang fokus utama Joice adalah anak yang ada di kandungannya.“Aku akan datang satu jam lagi tunggu saja.” Marcel nampak sibuk dengan ponselnya. Pria itu menutup panggilan telepon secara sepihak.“Marcel, kau menghubungi siapa?” tanya Joice seraya menatap Marcel yang sangat sibuk. Pagi meny
“Kau hebat sekali, Joice. Aku bangga padamu. Harusnya selain menjadi seorang model, kau juga menjadi pegulat internasional.” Hana mengeluarkan kata-kata konyol, namun tersirat dia sangat bangga pada Joice yang mampu melawan Paige.Joice tersenyum tipis. “Melawan Paige, bukanlah hal sulit bagiku.”Hana mengangguk-anggukan kepalanya. “Ya sudah, ayo kita berkenalan dengan investor yang aku maksud.”Joice menurut, dia melangkah pergi bersama dengan Hana menemui investor yang dimaksud oleh Hana. Malam itu, Joice tampil begitu cantik. Dia menjadi pusat perhatian banyak orang. Tidak sedikit orang yang kagum akan penampilan Joice. Memiliki tubuh tinggi langsing, kulit putih mulus, rambut indah, dan paras yang luar biasa cantik membuat banyak sekali yang kagum akan Joice. Hal tersebut yang membuat Joice sejak tadi menjadi pusat perhatian.“Tuan Wern,” sapa Hana sopan pada pria yang tengah mengobrol tak jauh darinya.Alis Joice sedikit menaut. Wanita itu menatap lekat punggung kekar pria yang d
Sebuah lampu hias besar sebagai menghias di atas panggung, tiba-tiba saja terjatuh dan hendak mengenai Joice yang kebetulan berada di bawah lampu besar itu. Tampak semua orang di sana menyerukan nama ‘Joice’. Bahkan suuasana menjadi tegang akibat teriakan banyak orang yang memanggil Joice.Marcel yang berada cukup jauh dari Joice terkejut melihat lampu hias hampir mengenai kepala Joice. Pria itu pun langsung berlari ke atas panggung berusaha menyelamatkan Joice, namun sayangnya posisi Marcel tidak dekat dengan Joice. Pria itu tak mungkin bisa menggapai Joice.“Joice! Awassssss!” Albern yang posisinya dekat dengan Joice langsung berlari naik ke atas panggung, memeluk erat Joice, dan berguling ke arah kanan guna menghindari lampu besar yang posisi di kiri.PranggggLampu besar itu terjatuh di atas terjatuh ke panggung. Pecahan berserakan membuat para tamu undangan berlarian menghindar agar tidak terkena pecahan lampu besar tersebut. Bukan hanya para tamu undangan saja yang menghindar, t
Marcel menyugar rambutnya kasar seraya meloloskan umpatan. Pria itu berdiri di depan ruang pemeriksaan Joice. Saat ini, Joice tengah dalam pemeriksaan dokter. Raut wajah Marcel memancarkan jelas perasaan khawatir dan takut hal buruk terjadi pada Joice dan anak yang ada di kandungan Joice.Dalam hati, Marcel menyesal membiarkan Joice kembali bekerja. Jika saja dirinya tidak membiarkan Joice kembali bekerja, maka pasti hal ini tidak akan pernah terjadi. Hal yang menambah emosinya adalah bukan dirinya yang menyelamatkan Joice. Sindiran Albern membuat emosinya terpancing.“Joice?” Hana berlari di koridor rumah sakit menyerukan nama Joice. Namun, seketika langkah kaki Hana terhenti melihat Marcel berdiri di depan ruang rawat. Hana sedikit menjadi gelagapan. Apalagi sekarang Marcel memberikan tatapan tajam padanya. Dia yakin seratus persen pasti Marcel marah atas insiden yang terjadi.“Acara apa yang kau setujui ini, Hana?! Apa kau tidak lihat dulu dengan baik perusahaan yang bekerja sama d
Asap rokok mengepul ke udara memenuhi ruangan gelap yang diterangi lampu disko. Shawn yang diundang datang ke klub malam, duduk di hadapan Albern. Mereka hanya berdua, namun para pelayan seksi sejak tadi mondar-mandir mengantarkan minuman pada dua pria tampan itu.Shawn dan Albern bukanlah pria berengsek yang kerap bergonta-ganti wanita. Sejak tadi banyak sekali wanita yang menggoda Shawn dan Albern. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang menggubris para wanita-wanita seksi yang menggoda mereka. “Ada apa kau memintaku ke sini?” Shawn menatap dingin Albern. Pria itu tengah sibuk akan pekerjaan, namun malah Albern memaksanya untuk datang menemui ke klub malam.Albern menggerakkan gelas sloki di tangannya. “Beberapa hari lalu, ada kecelakaan di acara fashion show salah satu brand ternama. Kebetulan aku hadir, karena aku investor di sana.”Shawn mengangguk-angguk singkat. “Lalu?”“Kau tahu siapa yang menjadi korban kecelakaan itu?”“Siapa?”“Joice. Sebuah lampu jatuh tepat ketika Joi
Joice sedikit kesal karena bangun terlambat, dan Marcel sudah berangkat ke kantor. Padahal Joice selalu berharap Marcel tidak akan berangkat ke kantor begitu saja, tanpa pamit dan mencium bibirnya. Aturan itu sudah Joice buat, namun ternyata malah Marcel tetap langgar. Sungguh benar-benar menyebalkan.“Nyonya, silakan diminum jus buahnya,” tutur sang pelayan sopan memberikan jus buah yang dia racik untuk Joice.“Thanks.” Joice mengambil gelas yang berisikan setengah jus, dan meminumnya secara perlahan.“Nyonya, Anda ingin makan apa? Apa ada menu makanan khusus yang Anda inginkan?” tanya sang pelayan pada Joice.Joice terdiam sebentar mendengar pertanyaan sang pelayan. Tiba-tiba saja sesuatu hal muncul di dalam benaknya. Dia melihat kondisi kakinya sudah bisa dikatakan pulih. Dia sudah tak lagi merasakan sakit.“Tidak usah. Aku akan makan di luar bersama Marcel,” jawab Joice dengan riang.Kening sang pelayan mengerut. “Nyonya, maksud Anda, Anda ingin pergi ke kantor Tuan Marcel?” tanya