Beranda / Romansa / Bittersweet Passion / Bab 46. Insiden di acara Fashion Show

Share

Bab 46. Insiden di acara Fashion Show

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-30 00:15:49

“Kau hebat sekali, Joice. Aku bangga padamu. Harusnya selain menjadi seorang model, kau juga menjadi pegulat internasional.” Hana mengeluarkan kata-kata konyol, namun tersirat dia sangat bangga pada Joice yang mampu melawan Paige.

Joice tersenyum tipis. “Melawan Paige, bukanlah hal sulit bagiku.”

Hana mengangguk-anggukan kepalanya. “Ya sudah, ayo kita berkenalan dengan investor yang aku maksud.”

Joice menurut, dia melangkah pergi bersama dengan Hana menemui investor yang dimaksud oleh Hana. Malam itu, Joice tampil begitu cantik. Dia menjadi pusat perhatian banyak orang. Tidak sedikit orang yang kagum akan penampilan Joice. Memiliki tubuh tinggi langsing, kulit putih mulus, rambut indah, dan paras yang luar biasa cantik membuat banyak sekali yang kagum akan Joice. Hal tersebut yang membuat Joice sejak tadi menjadi pusat perhatian.

“Tuan Wern,” sapa Hana sopan pada pria yang tengah mengobrol tak jauh darinya.

Alis Joice sedikit menaut. Wanita itu menatap lekat punggung kekar pria yang d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bittersweet Passion    Bab 47. Terselamatkan

    Sebuah lampu hias besar sebagai menghias di atas panggung, tiba-tiba saja terjatuh dan hendak mengenai Joice yang kebetulan berada di bawah lampu besar itu. Tampak semua orang di sana menyerukan nama ‘Joice’. Bahkan suuasana menjadi tegang akibat teriakan banyak orang yang memanggil Joice.Marcel yang berada cukup jauh dari Joice terkejut melihat lampu hias hampir mengenai kepala Joice. Pria itu pun langsung berlari ke atas panggung berusaha menyelamatkan Joice, namun sayangnya posisi Marcel tidak dekat dengan Joice. Pria itu tak mungkin bisa menggapai Joice.“Joice! Awassssss!” Albern yang posisinya dekat dengan Joice langsung berlari naik ke atas panggung, memeluk erat Joice, dan berguling ke arah kanan guna menghindari lampu besar yang posisi di kiri.PranggggLampu besar itu terjatuh di atas terjatuh ke panggung. Pecahan berserakan membuat para tamu undangan berlarian menghindar agar tidak terkena pecahan lampu besar tersebut. Bukan hanya para tamu undangan saja yang menghindar, t

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-30
  • Bittersweet Passion    Bab 48. Ini Belum Berakhir

    Marcel menyugar rambutnya kasar seraya meloloskan umpatan. Pria itu berdiri di depan ruang pemeriksaan Joice. Saat ini, Joice tengah dalam pemeriksaan dokter. Raut wajah Marcel memancarkan jelas perasaan khawatir dan takut hal buruk terjadi pada Joice dan anak yang ada di kandungan Joice.Dalam hati, Marcel menyesal membiarkan Joice kembali bekerja. Jika saja dirinya tidak membiarkan Joice kembali bekerja, maka pasti hal ini tidak akan pernah terjadi. Hal yang menambah emosinya adalah bukan dirinya yang menyelamatkan Joice. Sindiran Albern membuat emosinya terpancing.“Joice?” Hana berlari di koridor rumah sakit menyerukan nama Joice. Namun, seketika langkah kaki Hana terhenti melihat Marcel berdiri di depan ruang rawat. Hana sedikit menjadi gelagapan. Apalagi sekarang Marcel memberikan tatapan tajam padanya. Dia yakin seratus persen pasti Marcel marah atas insiden yang terjadi.“Acara apa yang kau setujui ini, Hana?! Apa kau tidak lihat dulu dengan baik perusahaan yang bekerja sama d

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-30
  • Bittersweet Passion    Bab 49. Rasa Ingin Tahu Albern

    Asap rokok mengepul ke udara memenuhi ruangan gelap yang diterangi lampu disko. Shawn yang diundang datang ke klub malam, duduk di hadapan Albern. Mereka hanya berdua, namun para pelayan seksi sejak tadi mondar-mandir mengantarkan minuman pada dua pria tampan itu.Shawn dan Albern bukanlah pria berengsek yang kerap bergonta-ganti wanita. Sejak tadi banyak sekali wanita yang menggoda Shawn dan Albern. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang menggubris para wanita-wanita seksi yang menggoda mereka. “Ada apa kau memintaku ke sini?” Shawn menatap dingin Albern. Pria itu tengah sibuk akan pekerjaan, namun malah Albern memaksanya untuk datang menemui ke klub malam.Albern menggerakkan gelas sloki di tangannya. “Beberapa hari lalu, ada kecelakaan di acara fashion show salah satu brand ternama. Kebetulan aku hadir, karena aku investor di sana.”Shawn mengangguk-angguk singkat. “Lalu?”“Kau tahu siapa yang menjadi korban kecelakaan itu?”“Siapa?”“Joice. Sebuah lampu jatuh tepat ketika Joi

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-30
  • Bittersweet Passion    Bab 50. Rencana Baru

    Joice sedikit kesal karena bangun terlambat, dan Marcel sudah berangkat ke kantor. Padahal Joice selalu berharap Marcel tidak akan berangkat ke kantor begitu saja, tanpa pamit dan mencium bibirnya. Aturan itu sudah Joice buat, namun ternyata malah Marcel tetap langgar. Sungguh benar-benar menyebalkan.“Nyonya, silakan diminum jus buahnya,” tutur sang pelayan sopan memberikan jus buah yang dia racik untuk Joice.“Thanks.” Joice mengambil gelas yang berisikan setengah jus, dan meminumnya secara perlahan.“Nyonya, Anda ingin makan apa? Apa ada menu makanan khusus yang Anda inginkan?” tanya sang pelayan pada Joice.Joice terdiam sebentar mendengar pertanyaan sang pelayan. Tiba-tiba saja sesuatu hal muncul di dalam benaknya. Dia melihat kondisi kakinya sudah bisa dikatakan pulih. Dia sudah tak lagi merasakan sakit.“Tidak usah. Aku akan makan di luar bersama Marcel,” jawab Joice dengan riang.Kening sang pelayan mengerut. “Nyonya, maksud Anda, Anda ingin pergi ke kantor Tuan Marcel?” tanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-30
  • Bittersweet Passion    Bab 51. Jebakan Kecil

    Hari demi hari berlalu, Joice menatap cermin perutnya sudah sangat terlihat membuncit. Meskipun hanya sedikit buncit, namun tetap terlihat. Joice memiliki perut yang langsing, jadi kalau buncit sedikit saja pasti terlihat.Akan tetapi, perut Joice masih tertutup dengan dress-dress yang Joice pakai. Rasa mualnya sudah sedikit berkurang. Itu membuat Joice menjalani hari-hari tidak seberat sebelumnya.Dulu, Joice selalu mual hebat sampai berat badannya menurun cukup drastis. Namun, sekarang sudah jauh lebih baik. Sepertinya memang anak yang ada di kandungan Joice sudah bisa diajak bekerja sama.Pagi itu, Joice berkutat di dapur membuatkan sarapan. Dia bangun lebih awal, karena khusus menyiapkan sarapan untuk Marcel. Rencananya, hari ini dia pun akan mengatakan pada Marcel bahwa dirinya memiliki jadwal pemotretan. Kemarin-kemarin, Joice belum sempat bilang pada Marcel, karena dia khawatir dan takut Marcel tidak memberikan izin. Selain itu, Joice juga takut kalau Marcel akan marah padany

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-01
  • Bittersweet Passion    Bab 52. Luka Mendalam

    Albern menatap laporan yang baru saja diberikan oleh sang sekretaris. Di kala dia sudah yakin akan isi dari laporan tersebut, barulah pria itu membubuhkan tanda tangannya.“Besok, aku ingin membaca laporan minggu lalu. Siapkan laporan itu ke atas meja kerjaku,” ucap Albern dingin seraya memberikan laporan di tangannya pada sang sekretaris.Sang sekretaris mengangguk sopan. “Baik, Tuan.”“Pergilah. Selesaikan pekerjaanmu yang lain.” Albern meminta sang sekretarisnya untuk pergi dari hadapannya.Sang sekretaris menundukkan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Albern.Albern mengambil rokok yang ada di atas meja, menyalakan rokok, dan mengisap rokok—mengembuskan asap ke udara.“Tuan …” Fulton—asisten Albern—melangkah menghampiri Albern.Albern mengalihkan pandangannya pada Fulton. “Ada apa?” tanyanya dingin.“Tuan, salah satu brand yang tempo hari Anda suntik dana meminta Anda untuk datang hari ini. Kebetulan para model akan melakukan pemotretan produk,” jawab Fulton memberi tah

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-01
  • Bittersweet Passion    Bab 53. Marcel adalah Milikku!

    Joice membeku diam di tempatnya. Matanya sudah memerah menahan air mata agar tidak tumpah. Beberapa kali dia meyakinkan bahwa apa yang dirinya lihat ini salah, namun ternyata yang ada di hadapannya ini merupakan nyata, bukan ilusi. Mati-matian, Joice menginjakkan kakinya ke lantai agar mampu tetap berdiri. Padahal sebenarnya energy dalam diri Joice seakan tersedot habis. Joice ingin berteriak menangis sekencang mungkin, tapi ini bukanlah tempat yang tepat untuk dia meluapkan segala kemarahan dan emosinya.Tampak raut wajah Marcel berubah melihat Joice bersama dengan Albern. Pancaran matanya memancarkan rasa terkejut dan penuh amarah tertahan. Akan tetapi di kala amaranya membakar—dia langsung menyadari bahwa saat ini dirinya memeluk pinggang Paige. Iris mata cokelat gelap Marcel sedikit memancarkan rasa panik. Tepat ketika Marcel menyadari dirinya memeluk pinggang Paige—dia segera menjauhkan dirinya dari Paige. Ya, gerakan Marcel begitu spontanitas hingga membuat Paige sedikit kesa

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-01
  • Bittersweet Passion    Bab 54. Sampai Bertemu di Persidangan

    BrakkkMarcel membanting pintu mobilnya seraya menyeret kasar tangan Joice masuk ke dalam kamar mereka. Terlihat pergelangan tangan Joice sudah memerah akibat cengkraman kuat Marcel di pergelangan tangan Joice. Aura kemarahan dan emosi yang terbakar begitu nampak di wajah pria tampan itu. Sejak tadi Joice menahan rasa sakit di pergelangan tangannya. Dia membiarkan Marcel melakukan tindakan kasar. Sakit di pergelangan tangan Joice tidaklah sebanding dengan rasa sakit di hatinya.Para pelayan dan penjaga melihat Marcel menyeret tangan Joice. Mereka mencemaskan keadaan Joice, namun tentunya tidak ada yang berani melerai. Semua takut pada Marcel.Mata Joice memerah, air matanya sudah mengumpul di belakang bola matanya. Dia sudah tidak lagi bisa terbendungkan perasaan sesak di dadanya. Hati Joice layaknya ditikam oleh ribuan pisau. Meninggalkan sakit luar biasa, namun tetap tidak membuatnya mengembuskan napas terakhir. Jika boleh memilih, Joice lebih memilih untuk tidak lagi ada di dunia

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-01

Bab terbaru

  • Bittersweet Passion    Bab 158. Ending Scene (TAMAT)

    Lombok, Indonesia. Menepuh perjalanan jauh dari London ke Lombok adalah hal yang tak pernah Joice sangka-sangka. Saat usia Janita dan Marvel dua tahun, Joice pernah diajak Marcel ke Bali dan Jakarta. Hanya saja dia belum pernah ke Lombok. Wanita cantik itu takjub, di kala Marcel membawanya benar-benar berkeliling pedesaan.Joice tak pernah mengira Marcel akan membawanya serta tiga anaknya berlibur ke Lombok. Liburan di benua Eropa dan Amerika adalah hal biasa untuk Joice bersama keluarga. Akan tetapi, liburan ke Asia benar-benar sangat menakjubkan!“Sayang, ini indah sekali. Terima kasih sudah membawaku ke sini.” Mata Joice berkaca-kaca menatap Marcel dengan haru.Marcel mengecup kening Joice. “Aku sudah yakin kau akan menyukai tempat ini.”Joice tersenyum lembut seraya menatap tiga anaknya yang sedang berlari-larian. “Waktu terasa sangatlah cepat. Dulu, aku selalu hidup berdua dengan Hana. Ke mana pun aku pergi, maka Hana akan ikut denganku. Tapi sekarang semua berubah di kala takdi

  • Bittersweet Passion    Bab 157. Extra Part X

    London, UK. Janji suci pernikahan yang terucap secara bergantian di bibir Landon dan Anya—wanita yang menikah dengan Landon—nampak membuat Joice sejak tadi tersenyum penuh haru bahagia. Sepasang iris mata Joice menunjukkan betapa dia bahagia. Kepingan memori teringat akan masa kecilnya bersama dengan sang adik, membuat Joice meneteskan air mata haru.Landon bertemu dengan Anya saat adiknya itu tengah berlibur ke Singapore. Singkat cerita, mereka hanya berawal berkencan biasa, namun ternyata berujung pada pernikahan. Tentunya perjalanan mereka tak selalu mulus. Ada kalanya naik turun. Tapi Joice selalu memberikan nasihat terbaik untuk adiknya, di kala adiknya mengalami masalah hubungan percintaan.Joice menetap tinggal di Milan, karena ikut dengan sang suami. Jarak tinggalnya dengan orang tua serta adiknya memang jauh, tapi Joice sering sekali mengunjungi London. Banyak keluarga yang tinggal di London, tentunya membuat Joice wajib mengunjungi kota indah itu.Selama proses upacara pern

  • Bittersweet Passion    Bab 156. Extra Part IX

    *Dua minggu lagi hari pernikahanku. Kau pasti akan ke London, kan? Jangan bilang kau sibuk. Aku tidak akan lagi menganggapmu, jika kau sampai tidak datang di hari pernikahanku.* Pesan singkat dari Landon membuat Joice mengulumkan senyumannya. Wanita berparas cantik itu terlihat gemas akan pesan yang dia baca ini. Well, Joice tak akan mungkin hari pernikahan adiknya yang akan diadakan dua minggu lagi.Singkat cerita, beberapa bulan lalu Landon mendatangi Milan, memperkenalkan seseorang wanita cantik yang merupakan calon istri adiknya itu. Joice tentu saja bahagia mendengar kabar Landon akan segera menikah.Sudah sejak lama Joice meminta Landon untuk segera menikah. Karena bagaimanapun, Joice tahu bahwa kedua orang tuanya menginginkan Landon memiliki keluarga seperti dirinya dan Marcel. Doa Joice selama ini terjawab. Adiknya akhirnya dipertemukan dengan takdirnya.“Kenapa kau senyum-senyum seperti itu, Sayang?” Marcel mendekat, menghampiri sang istri. Joice mengalihkan pandangannya,

  • Bittersweet Passion    Bab 155. Extra Part VIII

    “Mommy, Daddy, kami pulang.”Marvel, Janita, dan si bungsu—Maxime—menghamburkan tubuh mereka pada kedua orang tua mereka. Pun tentu Joice dan Marcel membalas pelukan tiga anak mereka dengan lembut dan penuh kasih sayang.Kemarin, kedua orang tua Marcel sudah kembali ke Milan. Namun, mereka tidak langsung mengembalikan Maxime. Yang mereka lakukan malah menjemput Marvel dan Janita untuk berjalan-jalan. Weekend terakhir, tak ingin diasia-siakan oleh kedua orang tua Marcel itu.Sekarang Marvel, Janita, dan Maxime dipulangkan, karena Marvel dan Janita akan masuk sekolah. Maxime juga dipulangkan, karena pastinya Marcel dan Joice sangatlah merindukan putra bungsu mereka.“Sayang Mommy. Ah, kalian baru pulang jalan-jalan. Pasti kalian happy.” Joice menciumi ketiga anaknya itu. Bergantian dengan Marcel yang kini menciumi tiga anaknya. “Mommy kami senang sekali diajak jalan-jalan Grandpa Mateo dan Grandma Miracle,” ucap Janita dengan riang gembira.Joice tersenyum mendengar apa yang dikatakan

  • Bittersweet Passion    Bab 154. Extra Part VII

    Joice turun dari mobil, dan melangkah terburu-buru masuk ke dalam mansion menuju kamar. Tentu saja, Marcel segera menyusul Joice yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar mereka. Sejak di mana bertemu dengan Poppy—Joice memang terlihat masih marah. Padahal seharusnya Joice sudah tidak lagi marah padanya.“Joice, kau masih mendiamiku setelah aku memberikan penjelasan padamu?” Marcel masuk ke dalam kamar, mendekat pada Joice.“Aku ingin istirahat, Marcel. Tolong kau keluar.” Joice tetap bersikap dingin, dan acuh, meminta Marcel untuk keluar. Dia masih enggan untuk bicara dengan suaminya. Sekalipun, tadi dia sudah bertemu dengan Poppy—tetap saja dia masih kesal dan marah.Marcel berusaha bersabar menghadapi sang istri yang cemburu buta. Dia menarik tangan Joice—membuat tubuh istrinya itu masuk ke dalam dekapannya. Tampak Joice berontak di kala Marcel memeluknya dengan erat.“Marcel, lepaskan aku! Lepas!” Joice mendorong dada bidang Marcel.“Jika kau berontak, maka aku akan benar-benar b

  • Bittersweet Passion    Bab 153. Extra Part VI

    Mobil sport milik Marcel terhenti di sebuah restoran ternama di Milan. Detik itu juga raut wajah Joice berubah menunjukkan jelas kebingungannya. Dia sedang marah, tapi kenapa malah diajak ke restoran? Apa-apaan ini? Sungguh! Joice menjadi semakin kesal pada Marcel.“Marcel, kau kenapa mengajakku ke sini?” seru Joice kesal pada Marcel.“Kita akan bertemu dengan seseorang.” Marcel membuka seat belt-nya, turun dari mobil—dan membukakan pintu mobil untuk istri tercintanya itu.“Bertemu siapa?!” Joice enggan untuk bertemu siapa pun. Dalam kondisi raut wajah yang sedang marah, menunjukkan jelas rasa tak suka jika harus bertemu dengan orang. Entah siapa yang ingin ditunjukkan oleh suaminya itu. Marcel menunduk, membuka seat belt sang istri. “Kau akan tahu, jika kau sudah turun.” Lalu, pria itu menarik tangan istrinya—memaksa untuk turun dari mobil. Joice mendesah kasar ketika tangannya ditarik sang suami masuk ke dalam restoran. Dia tidak memiliki pilihan lain untuk mengikuti suaminya it

  • Bittersweet Passion    Bab 152. Extra Part V

    “Mom, kenapa kau tidur di kamarku? Nanti Daddy kesepian. Kasihan Daddy, Mom. Daddy bilang padaku, dia tidak akan bisa tidur nyenyak, jika tanpa Mommy.” Janita menatap Joice yang tidur di kamarnya. Biasanya ibunya itu akan menemaninya tidur, jika dia tengah sakit. Tapi dia sehat dan baik-baik saja. Itu yang membuat gadis kecil itu bingung.Joice memeluk Janita dan mengecupi pipi bulat putrinya itu. “Mommy sangat merindukanmu. Itu kenapa Mommy tidur denganmu. Memangnya kau tidak suka tidur bersama Mommy?”Janita tersenyum lembut dan manis. “Tentu saja aku suka, Mommy. Aku suka tidur bersama Mommy. Tapi, aku kasihan pada Daddy tidur sendiri. Nanti Daddy kesepian. Bagaimana kalau Daddy diajak tidur bersama kita saja?” Gadis kecil itu memberikan ide luar biasa.“Tidak!” tolak Joice tegas, dengan raut wajah jengkel.“Kenapa tidak, Mommy? Kasihan Daddy tidur sendiri.” Raut wajah Janita muram.“Daddy tidak tidur sendiri. Malam ini Daddy tidur bersama Marvel, Little Girl.” Marcel melangkah men

  • Bittersweet Passion    Bab 151. Extra Part IV

    Weekend tiba. Marvel dan Janita bersorak riang gembira. Dua anak kembar itu libur. Mereka sekarang asik berkutat pada dengan iPad mereka masing-masing. Mereka tenang tak memiliki gangguan. Pasalnya Maxime masih bersama dengan kakek dan nenek mereka. Jika Maxime ada di rumah, sudah pasti adiknya itu akan mengganggu dengan membuat kekacauan. Marvel asik bermain game mobil balap. Janita asik bermain game barbie. Akan tetapi tentu Janita bermain game sambil mengemil cake yang dibuatkan pelayan. Gadis kecil itu memang terkenal sangat menyukai cake manis.“Marvel, Janita. Kalian mendapatkan video call Grandpa Dean dan Grandma Brianna. Ayo jawab telepon kakek kalian dulu.” Joice menghampiri dua anak kembarnya yang tengah asik bermain dengan iPad.“Yes, Mommy.” Marvel dan Janita menjawab dengan patuh. Mereka langsung berlari menghampiri pengasuh mereka—yang tengah memegang ponsel. Dua bocah itu bahagia mendengar kakek dan nenek mereka video call.Joice tersenyum sambil menggeleng-gelengkan k

  • Bittersweet Passion    Bab 150. Extra Part III

    Janita tersenyum-senyum seraya melangkah masuk ke dalam rumah. Gadis kecil cantik itu baru saja pulang sekolah—dengan wajah yang riang gembira. Sayangnya tidak dengan Marvel yang pulang dalam keadaan menekuk bibirnya.“Mommy, aku dan Kak Marvel sudah pulang.” Janita berseru dengan suara cempreng dan nyaring—membuat Marvel harus menutup kedua telinganya.“Anak-anak Mommy sudah pulang.” Joice tersenyum menyambut dua anak kembarnya yang sudah pulang. “Ayo ganti pakaian kalian dulu. Cuci tangan bersih, lalu kita makan siang bersama.”Janita dan Marvel sama-sama mengangguk patuh. Mereka menuju ke kamar mereka masing-masing bersamaan dengan para pengasuh mereka. Tepat di kala Janita dan Marvel sudah masuk ke dalam kamar—Joice bersenandung sambil menyiapkan makanan lezat yang sudah dia siapkan untuk dua anak kembarnya. Joice telah mengurangi pekerjaannya yang bergelut di dunia model. Bukan berhenti, tapi hanya mengurangi porsi pekerjaan. Bisa dikatakan fokus utama Joice adalah mengurus suam

DMCA.com Protection Status