Sudah lima hari Joice berada di rumah sakit. Selama berada di rumah sakit, para media tidak bisa sama sekali meliput Joice. Kabar tentang Joice di rumah sakit sangatlah dirahasiakan.Joice libur dari dunia modelling karena memang kondisinya tidak memungkinkan untuk tetap terjun di dunia modelling. Dokter meminta Joice untuk istirahat total agar segera pulih.Dean dan Brianna sekarang lebih banyak mengerti. Pun Joice cenderung lebih banyak diam. Bahkan makan saja kalau tidak dipaksa, Joice tidak akan pernah mungkin mau makan.Dean dan Brianna masih berada di Milan. Mereka tentu tidak akan mungkin meninggalkan Milan, karena masalah Joice dan Marcel masih menggantung. Belum ada titik keputusan yang harus dipatuhi.Samuel, Selena, Mateo, dan Miracle sudah menjenguk Joice. Tapi mereka tidak ada yang mengungkit-ungkit tentang kehamilan Joice. Raut wajah Joice yang muram dan tidak lagi ada kecerian di wajah Joice—membuat Samuel, Selena, Mateo, ataupun Miracle tidak ingin membahas tentang keh
Joice tak mengira kalau ayahnya akan menyetujui pernikahannya dengan Marcel. Padahal sebelumnya ayahnya melarang keras ide konyol Marcel yang ingin menikahinya. Entah, apa yang membuat ayahnya itu berubah pikiran.Joice telah keluar dari rumah sakit. Akan tetapi, dia masih berada di Milan. Dia tinggal di kediaman keluarganya yang ada di Milan. Tentu dia tidak mungkin meninggalkan Milan dalam kondisi seperti ini.Joice bingung dengan segala kerumitan yang ada di hidupnya. Hingga detik ini, dia tidak mengatakan pada siapa pun tentang niat Marcel yang ingin menceraikannya saat anak yang ada di kandungannya sudah lahir.Seburuk-buruknya Marcel, tetap tidak bisa membuat lidah Joice menjelek-jelekkan pria itu. Anggaplah Joice bodoh. Wanita itu memang mengakui akan kebodohannya. Bertahun-tahun mencintai pria yang tak pernah mencintainya sama sekali.Joice menatap cermin melihat penampilannya. Perutnya masih rata belum sama sekali membuncit. Malah tubuh Joice jauh lebih kurus dari sebelumnya.
Butuh waktu yang tak sebentar untuk Samuel akhirnya membiarkan rencana pernikahan Joice dan Marcel. Tidak mudah memang karena Samuel sampai berdebat dengan Dean tentang pernikahan Joice dan Marcel.Bagi Samuel, tetap saja Marcel tidak layak untuk Joice. Namun, sifat saklak Samuel tidak berdaya di kala Dean mengungkit kondisi Joice yang saat ini tengah berbadan dua. Jika sebelumnya cara pikir Dean masih memiliki ego yang besar, kali ini Dean bisa jauh lebih berpikir secara terbuka dan juga bijak. Pernikahan Joice dan Marcel sudah di depan mata. Hanya satu langkah lagi dua insan yang dipersatukan semesta akan segera resmi menjadi suami istri. Selama menjelang pernikahan, Joice dilarang untuk bekerja. Kondisi kehamilan Joice yang sempat lemah membuat Joice banyak sekali aturan.Sedangkan Marcel, jangan ditanya. Menjelang pernikahan malah pria itu sangat sibuk. Marcel bahkan tidak mau terlibat sama sekali dalam hal mengurus pernikahan. Pria itu lebih memercayakan pada asistennya untuk p
Alunan musik mengiringi pengantin wanita yang memasuki ballroom hotel mewah yang ada di Milan. Joice—dia didampingi ayahnya memasuki sebuah ballroom hotel. Tampak para tamu undangan tak lepas menatap penampilan Joice yang begitu cantik dan sempurna.Kilat kamera wartawan terus terarah pada Joice yang baru saja memasuki ballroom hotel. Seluruh keluarga tersenyum haru bahagia melihat Joice yang hari itu terlihat seperti seorang princess. Ya, pernikahan Joice dan Marcel diadakan secara mewah. Ribuan tamu yang datang dari berbagai kalangan. Mulai dari artis ternama, model ternama, hingga pengusaha-pengusaha ternama yang hadir di pernikahan Joice dan Marcel.Keluarga besar Joice dan keluarga besar Marcel memang menginginkan pernikahan Joice dan Marcel diselenggarakan dengan sangat mewah. Pun itu adalah syarat dari Dean jika memang Marcel menginginkan menikah dengan Joice.Di ujung sana, Marcel berdiri menatap Joice yang melangkah mendekat ke arahnya bersama dengan Dean. Manik mata cokelat
Rangkaian acara resepsi pernikahan Joice dan Marcel begitu panjang dan cukup lama. Joice bahkan yang tadinya memakai heels menjadi memakai sneakers. Sebenarnya, Marcel sudah meminta Joice untuk lebih banyak duduk, namun sayangnya Joice menolak karena wanita itu pun ingin menyambut para tamu undangan yang lain.Ribuan tamu undangan yang hadir memang cukup membuat Joice kelelahan. Keluarga besarnya dan keluarga besar Marcel, para model, artis, dan pengusaha yang hadir tentunya Joice harus turut menyambut. Selain itu, para wartawan juga mewawancarai Joice dan Marcel. Mengingat hubungan mereka sangat singkat sampai berakhir di pelaminan. Tidak ada berita apa pun tentang Joice dan Marcel. Hal tersebut yang membuat publik bertanya-tanya.Jika saja pernikahan Joice dan Marcel diadakan secara tertutup, maka pasti rangkaian acara pernikahan Joice dan Marcel akan cepat selesai. Akan tetapi, sayangnya pernikahan itu diadakan secara meriah. Jadi sudah resiko jika sampai Joice dan Marcel harus m
Sinar matahari menembus sela-sela jendela, menyentuh wajah Joice, dan membuat mata wanita itu mengerjap beberapa kali. Wanita itu menggeliat sambil merentangkan kedua tangannya. Saat mata Joice terbuka, tatapan Joice mengendar ke sekitar melihat dirinya berada di kamar hotel megah. Kepingan memori Joice mengingat tentang apa yang terjadi padanya.Joice terdiam sebentar di kala dirinya langsung mengingat bahwa sekarang dirinya telah resmi menjadi istri dari Marcel. Pun ingatannya mengingat akan kejadian tadi malam. Kejadian di mana Marcel menuduhnya menggoda pria itu. Padahal, Joice sama sekali tidak bermaksud untuk menggoda Marcel.Dalang di balik semua ini adalah Hana. Kalau saja Hana tidak membawakan lingerie untuknya, maka pasti masalah tadi malam tidak akan terjadi. Sungguh, jika saja Hana ada di hadapannya, dia akan memarahi manager-nya itu yang bertindak gila.Joice menoleh menatap ke ranjang samping, namun ternyata Marcel sudah tidak ada di sana. Entah tadi malam Marcel tidur
Kamar yang megah dengan nuansa gold dikombinasikan silver begitu indah dan memukau. Joice yang memasuki kamarnya dengan Marcel, wanita itu mengendarkan pandangan ke sekitar—melihat sekeliling kamar. Tatanan kamar yang dia datangi dengan Marcel ini sangatlah indah. Semua pajangan tertata begitu rapi sempurna.“Marcel, ini kamar kita?” tanya Joice pelan seraya menatap Marcel. “Ya,” jawab Marcel dingin dan datar.Joice menatap Marcel. “Jadi kita tidur di kamar yang sama, kan? Tidak di kamar yang berbeda, kan?” serunya riang.“Kalau berbeda kamar, dan keluargamu atau keluargaku melihat, itu sama saja kita akan mendapatkan masalah baru,” jawab Marcel lagi dengan nada seperti biasa—dingin, datar, dan acuh.Joice kembali tersenyum. “Aku juga lebih menyukai kita tidur satu kamar.”Marcel menatap Joice dengan tatapan tegas. “Jangan coba-coba menggodaku seperti sebelumnya!”Joice menekuk bibirnya. “Siapa yang menggodamu? Kan tadi malam Hana yang menyiapkan gaun tidurku, bukan aku.”“Istirahatl
Mata Joice terbuka seraya menyeka matanya menggunakan punggung tangannya. Sayup-sayup di kala mata Joice terbuka—tatapannya mengendar ke sekitar—melihat dirinya berada di dalam kamar.Raut wajah Joice berubah. Tunggu! Kenapa dirinya berada di dalam kamar? Joice mengingat bahwa terakhir dirinya makan di ruang makan, sampai terlelap karena kekenyangan. Tapi kenapa malah dirinya berada di kamar bahkan sudah membaringkan tubuhnya di ranjang?Kening Joice mengerut dalam melihat dirinya sudah terbaring di ranjang. Rasanya tidak mungkin dirinya bisa pindah sendiri kalau tidak dipindahkan. Namun, siapa yang memindahkannya?“Marcel? Apa dia yang memindahkanku ke kamar?” gumam Joice pelan menduga dengan sangat yakin bahwa Marcel yang memindahkannya ke dalam kamar. Dia tidak mungkin lupa terakhir dirinya itu berada di ruang makan.“Ya, aku yang memindahkanmu. Kau tidur seperti orang mati.” Marcel melangkah masuk ke dalam kamar, mendekat ke arah Joice yang duduk di ranjang.Joice mengalihkan pand