Marcel membubuhkan tanda tangan di dokumen yang diberikan oleh sang asisten. “Apa jadwalku hari ini, Hendy?” tanyanya dingin.“Sore ini Anda harus bertemu dengan salah satu client kita dari Dubai, Tuan,” jawab Hendy sopan memberi tahu.Marcel melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya—waktu menunjukkan pukul satu siang. Itu menandakan dirinya masih memiliki waktu untuk bersantai sejenak.“Kosongkan jadwalku dua jam ke depan. Aku tidak ingin diganggu siapa pun,” ucap Marcel dingin memberi perintah.Hendy mengangguk sopan. “Baik, Tuan. Kalau begitu saya permisi.” Lalu, dia segera pamit undur diri dari hadapan Marcel.Namun di saat Hendy pergi, tiba-tiba terdengar suara keributan—hingga suara dobrakan pintu keras—dan sontak membuat Marcel mengalihkan pandangannya pada sumber suara itu.“Berengsek!” Seorang pria paruh baya tampan melangkah maju, menarik kerah kemeja Marcel, dan langsung melayangkan pukulan keras di wajah Marcel.BUGHMarcel tak sempat menghindar, karena pukula
Sudah lima hari Joice berada di rumah sakit. Selama berada di rumah sakit, para media tidak bisa sama sekali meliput Joice. Kabar tentang Joice di rumah sakit sangatlah dirahasiakan.Joice libur dari dunia modelling karena memang kondisinya tidak memungkinkan untuk tetap terjun di dunia modelling. Dokter meminta Joice untuk istirahat total agar segera pulih.Dean dan Brianna sekarang lebih banyak mengerti. Pun Joice cenderung lebih banyak diam. Bahkan makan saja kalau tidak dipaksa, Joice tidak akan pernah mungkin mau makan.Dean dan Brianna masih berada di Milan. Mereka tentu tidak akan mungkin meninggalkan Milan, karena masalah Joice dan Marcel masih menggantung. Belum ada titik keputusan yang harus dipatuhi.Samuel, Selena, Mateo, dan Miracle sudah menjenguk Joice. Tapi mereka tidak ada yang mengungkit-ungkit tentang kehamilan Joice. Raut wajah Joice yang muram dan tidak lagi ada kecerian di wajah Joice—membuat Samuel, Selena, Mateo, ataupun Miracle tidak ingin membahas tentang keh
Joice tak mengira kalau ayahnya akan menyetujui pernikahannya dengan Marcel. Padahal sebelumnya ayahnya melarang keras ide konyol Marcel yang ingin menikahinya. Entah, apa yang membuat ayahnya itu berubah pikiran.Joice telah keluar dari rumah sakit. Akan tetapi, dia masih berada di Milan. Dia tinggal di kediaman keluarganya yang ada di Milan. Tentu dia tidak mungkin meninggalkan Milan dalam kondisi seperti ini.Joice bingung dengan segala kerumitan yang ada di hidupnya. Hingga detik ini, dia tidak mengatakan pada siapa pun tentang niat Marcel yang ingin menceraikannya saat anak yang ada di kandungannya sudah lahir.Seburuk-buruknya Marcel, tetap tidak bisa membuat lidah Joice menjelek-jelekkan pria itu. Anggaplah Joice bodoh. Wanita itu memang mengakui akan kebodohannya. Bertahun-tahun mencintai pria yang tak pernah mencintainya sama sekali.Joice menatap cermin melihat penampilannya. Perutnya masih rata belum sama sekali membuncit. Malah tubuh Joice jauh lebih kurus dari sebelumnya.
Butuh waktu yang tak sebentar untuk Samuel akhirnya membiarkan rencana pernikahan Joice dan Marcel. Tidak mudah memang karena Samuel sampai berdebat dengan Dean tentang pernikahan Joice dan Marcel.Bagi Samuel, tetap saja Marcel tidak layak untuk Joice. Namun, sifat saklak Samuel tidak berdaya di kala Dean mengungkit kondisi Joice yang saat ini tengah berbadan dua. Jika sebelumnya cara pikir Dean masih memiliki ego yang besar, kali ini Dean bisa jauh lebih berpikir secara terbuka dan juga bijak. Pernikahan Joice dan Marcel sudah di depan mata. Hanya satu langkah lagi dua insan yang dipersatukan semesta akan segera resmi menjadi suami istri. Selama menjelang pernikahan, Joice dilarang untuk bekerja. Kondisi kehamilan Joice yang sempat lemah membuat Joice banyak sekali aturan.Sedangkan Marcel, jangan ditanya. Menjelang pernikahan malah pria itu sangat sibuk. Marcel bahkan tidak mau terlibat sama sekali dalam hal mengurus pernikahan. Pria itu lebih memercayakan pada asistennya untuk p
Alunan musik mengiringi pengantin wanita yang memasuki ballroom hotel mewah yang ada di Milan. Joice—dia didampingi ayahnya memasuki sebuah ballroom hotel. Tampak para tamu undangan tak lepas menatap penampilan Joice yang begitu cantik dan sempurna.Kilat kamera wartawan terus terarah pada Joice yang baru saja memasuki ballroom hotel. Seluruh keluarga tersenyum haru bahagia melihat Joice yang hari itu terlihat seperti seorang princess. Ya, pernikahan Joice dan Marcel diadakan secara mewah. Ribuan tamu yang datang dari berbagai kalangan. Mulai dari artis ternama, model ternama, hingga pengusaha-pengusaha ternama yang hadir di pernikahan Joice dan Marcel.Keluarga besar Joice dan keluarga besar Marcel memang menginginkan pernikahan Joice dan Marcel diselenggarakan dengan sangat mewah. Pun itu adalah syarat dari Dean jika memang Marcel menginginkan menikah dengan Joice.Di ujung sana, Marcel berdiri menatap Joice yang melangkah mendekat ke arahnya bersama dengan Dean. Manik mata cokelat
Rangkaian acara resepsi pernikahan Joice dan Marcel begitu panjang dan cukup lama. Joice bahkan yang tadinya memakai heels menjadi memakai sneakers. Sebenarnya, Marcel sudah meminta Joice untuk lebih banyak duduk, namun sayangnya Joice menolak karena wanita itu pun ingin menyambut para tamu undangan yang lain.Ribuan tamu undangan yang hadir memang cukup membuat Joice kelelahan. Keluarga besarnya dan keluarga besar Marcel, para model, artis, dan pengusaha yang hadir tentunya Joice harus turut menyambut. Selain itu, para wartawan juga mewawancarai Joice dan Marcel. Mengingat hubungan mereka sangat singkat sampai berakhir di pelaminan. Tidak ada berita apa pun tentang Joice dan Marcel. Hal tersebut yang membuat publik bertanya-tanya.Jika saja pernikahan Joice dan Marcel diadakan secara tertutup, maka pasti rangkaian acara pernikahan Joice dan Marcel akan cepat selesai. Akan tetapi, sayangnya pernikahan itu diadakan secara meriah. Jadi sudah resiko jika sampai Joice dan Marcel harus m
Sinar matahari menembus sela-sela jendela, menyentuh wajah Joice, dan membuat mata wanita itu mengerjap beberapa kali. Wanita itu menggeliat sambil merentangkan kedua tangannya. Saat mata Joice terbuka, tatapan Joice mengendar ke sekitar melihat dirinya berada di kamar hotel megah. Kepingan memori Joice mengingat tentang apa yang terjadi padanya.Joice terdiam sebentar di kala dirinya langsung mengingat bahwa sekarang dirinya telah resmi menjadi istri dari Marcel. Pun ingatannya mengingat akan kejadian tadi malam. Kejadian di mana Marcel menuduhnya menggoda pria itu. Padahal, Joice sama sekali tidak bermaksud untuk menggoda Marcel.Dalang di balik semua ini adalah Hana. Kalau saja Hana tidak membawakan lingerie untuknya, maka pasti masalah tadi malam tidak akan terjadi. Sungguh, jika saja Hana ada di hadapannya, dia akan memarahi manager-nya itu yang bertindak gila.Joice menoleh menatap ke ranjang samping, namun ternyata Marcel sudah tidak ada di sana. Entah tadi malam Marcel tidur
Kamar yang megah dengan nuansa gold dikombinasikan silver begitu indah dan memukau. Joice yang memasuki kamarnya dengan Marcel, wanita itu mengendarkan pandangan ke sekitar—melihat sekeliling kamar. Tatanan kamar yang dia datangi dengan Marcel ini sangatlah indah. Semua pajangan tertata begitu rapi sempurna.“Marcel, ini kamar kita?” tanya Joice pelan seraya menatap Marcel. “Ya,” jawab Marcel dingin dan datar.Joice menatap Marcel. “Jadi kita tidur di kamar yang sama, kan? Tidak di kamar yang berbeda, kan?” serunya riang.“Kalau berbeda kamar, dan keluargamu atau keluargaku melihat, itu sama saja kita akan mendapatkan masalah baru,” jawab Marcel lagi dengan nada seperti biasa—dingin, datar, dan acuh.Joice kembali tersenyum. “Aku juga lebih menyukai kita tidur satu kamar.”Marcel menatap Joice dengan tatapan tegas. “Jangan coba-coba menggodaku seperti sebelumnya!”Joice menekuk bibirnya. “Siapa yang menggodamu? Kan tadi malam Hana yang menyiapkan gaun tidurku, bukan aku.”“Istirahatl
Lombok, Indonesia. Menepuh perjalanan jauh dari London ke Lombok adalah hal yang tak pernah Joice sangka-sangka. Saat usia Janita dan Marvel dua tahun, Joice pernah diajak Marcel ke Bali dan Jakarta. Hanya saja dia belum pernah ke Lombok. Wanita cantik itu takjub, di kala Marcel membawanya benar-benar berkeliling pedesaan.Joice tak pernah mengira Marcel akan membawanya serta tiga anaknya berlibur ke Lombok. Liburan di benua Eropa dan Amerika adalah hal biasa untuk Joice bersama keluarga. Akan tetapi, liburan ke Asia benar-benar sangat menakjubkan!“Sayang, ini indah sekali. Terima kasih sudah membawaku ke sini.” Mata Joice berkaca-kaca menatap Marcel dengan haru.Marcel mengecup kening Joice. “Aku sudah yakin kau akan menyukai tempat ini.”Joice tersenyum lembut seraya menatap tiga anaknya yang sedang berlari-larian. “Waktu terasa sangatlah cepat. Dulu, aku selalu hidup berdua dengan Hana. Ke mana pun aku pergi, maka Hana akan ikut denganku. Tapi sekarang semua berubah di kala takdi
London, UK. Janji suci pernikahan yang terucap secara bergantian di bibir Landon dan Anya—wanita yang menikah dengan Landon—nampak membuat Joice sejak tadi tersenyum penuh haru bahagia. Sepasang iris mata Joice menunjukkan betapa dia bahagia. Kepingan memori teringat akan masa kecilnya bersama dengan sang adik, membuat Joice meneteskan air mata haru.Landon bertemu dengan Anya saat adiknya itu tengah berlibur ke Singapore. Singkat cerita, mereka hanya berawal berkencan biasa, namun ternyata berujung pada pernikahan. Tentunya perjalanan mereka tak selalu mulus. Ada kalanya naik turun. Tapi Joice selalu memberikan nasihat terbaik untuk adiknya, di kala adiknya mengalami masalah hubungan percintaan.Joice menetap tinggal di Milan, karena ikut dengan sang suami. Jarak tinggalnya dengan orang tua serta adiknya memang jauh, tapi Joice sering sekali mengunjungi London. Banyak keluarga yang tinggal di London, tentunya membuat Joice wajib mengunjungi kota indah itu.Selama proses upacara pern
*Dua minggu lagi hari pernikahanku. Kau pasti akan ke London, kan? Jangan bilang kau sibuk. Aku tidak akan lagi menganggapmu, jika kau sampai tidak datang di hari pernikahanku.* Pesan singkat dari Landon membuat Joice mengulumkan senyumannya. Wanita berparas cantik itu terlihat gemas akan pesan yang dia baca ini. Well, Joice tak akan mungkin hari pernikahan adiknya yang akan diadakan dua minggu lagi.Singkat cerita, beberapa bulan lalu Landon mendatangi Milan, memperkenalkan seseorang wanita cantik yang merupakan calon istri adiknya itu. Joice tentu saja bahagia mendengar kabar Landon akan segera menikah.Sudah sejak lama Joice meminta Landon untuk segera menikah. Karena bagaimanapun, Joice tahu bahwa kedua orang tuanya menginginkan Landon memiliki keluarga seperti dirinya dan Marcel. Doa Joice selama ini terjawab. Adiknya akhirnya dipertemukan dengan takdirnya.“Kenapa kau senyum-senyum seperti itu, Sayang?” Marcel mendekat, menghampiri sang istri. Joice mengalihkan pandangannya,
“Mommy, Daddy, kami pulang.”Marvel, Janita, dan si bungsu—Maxime—menghamburkan tubuh mereka pada kedua orang tua mereka. Pun tentu Joice dan Marcel membalas pelukan tiga anak mereka dengan lembut dan penuh kasih sayang.Kemarin, kedua orang tua Marcel sudah kembali ke Milan. Namun, mereka tidak langsung mengembalikan Maxime. Yang mereka lakukan malah menjemput Marvel dan Janita untuk berjalan-jalan. Weekend terakhir, tak ingin diasia-siakan oleh kedua orang tua Marcel itu.Sekarang Marvel, Janita, dan Maxime dipulangkan, karena Marvel dan Janita akan masuk sekolah. Maxime juga dipulangkan, karena pastinya Marcel dan Joice sangatlah merindukan putra bungsu mereka.“Sayang Mommy. Ah, kalian baru pulang jalan-jalan. Pasti kalian happy.” Joice menciumi ketiga anaknya itu. Bergantian dengan Marcel yang kini menciumi tiga anaknya. “Mommy kami senang sekali diajak jalan-jalan Grandpa Mateo dan Grandma Miracle,” ucap Janita dengan riang gembira.Joice tersenyum mendengar apa yang dikatakan
Joice turun dari mobil, dan melangkah terburu-buru masuk ke dalam mansion menuju kamar. Tentu saja, Marcel segera menyusul Joice yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar mereka. Sejak di mana bertemu dengan Poppy—Joice memang terlihat masih marah. Padahal seharusnya Joice sudah tidak lagi marah padanya.“Joice, kau masih mendiamiku setelah aku memberikan penjelasan padamu?” Marcel masuk ke dalam kamar, mendekat pada Joice.“Aku ingin istirahat, Marcel. Tolong kau keluar.” Joice tetap bersikap dingin, dan acuh, meminta Marcel untuk keluar. Dia masih enggan untuk bicara dengan suaminya. Sekalipun, tadi dia sudah bertemu dengan Poppy—tetap saja dia masih kesal dan marah.Marcel berusaha bersabar menghadapi sang istri yang cemburu buta. Dia menarik tangan Joice—membuat tubuh istrinya itu masuk ke dalam dekapannya. Tampak Joice berontak di kala Marcel memeluknya dengan erat.“Marcel, lepaskan aku! Lepas!” Joice mendorong dada bidang Marcel.“Jika kau berontak, maka aku akan benar-benar b
Mobil sport milik Marcel terhenti di sebuah restoran ternama di Milan. Detik itu juga raut wajah Joice berubah menunjukkan jelas kebingungannya. Dia sedang marah, tapi kenapa malah diajak ke restoran? Apa-apaan ini? Sungguh! Joice menjadi semakin kesal pada Marcel.“Marcel, kau kenapa mengajakku ke sini?” seru Joice kesal pada Marcel.“Kita akan bertemu dengan seseorang.” Marcel membuka seat belt-nya, turun dari mobil—dan membukakan pintu mobil untuk istri tercintanya itu.“Bertemu siapa?!” Joice enggan untuk bertemu siapa pun. Dalam kondisi raut wajah yang sedang marah, menunjukkan jelas rasa tak suka jika harus bertemu dengan orang. Entah siapa yang ingin ditunjukkan oleh suaminya itu. Marcel menunduk, membuka seat belt sang istri. “Kau akan tahu, jika kau sudah turun.” Lalu, pria itu menarik tangan istrinya—memaksa untuk turun dari mobil. Joice mendesah kasar ketika tangannya ditarik sang suami masuk ke dalam restoran. Dia tidak memiliki pilihan lain untuk mengikuti suaminya it
“Mom, kenapa kau tidur di kamarku? Nanti Daddy kesepian. Kasihan Daddy, Mom. Daddy bilang padaku, dia tidak akan bisa tidur nyenyak, jika tanpa Mommy.” Janita menatap Joice yang tidur di kamarnya. Biasanya ibunya itu akan menemaninya tidur, jika dia tengah sakit. Tapi dia sehat dan baik-baik saja. Itu yang membuat gadis kecil itu bingung.Joice memeluk Janita dan mengecupi pipi bulat putrinya itu. “Mommy sangat merindukanmu. Itu kenapa Mommy tidur denganmu. Memangnya kau tidak suka tidur bersama Mommy?”Janita tersenyum lembut dan manis. “Tentu saja aku suka, Mommy. Aku suka tidur bersama Mommy. Tapi, aku kasihan pada Daddy tidur sendiri. Nanti Daddy kesepian. Bagaimana kalau Daddy diajak tidur bersama kita saja?” Gadis kecil itu memberikan ide luar biasa.“Tidak!” tolak Joice tegas, dengan raut wajah jengkel.“Kenapa tidak, Mommy? Kasihan Daddy tidur sendiri.” Raut wajah Janita muram.“Daddy tidak tidur sendiri. Malam ini Daddy tidur bersama Marvel, Little Girl.” Marcel melangkah men
Weekend tiba. Marvel dan Janita bersorak riang gembira. Dua anak kembar itu libur. Mereka sekarang asik berkutat pada dengan iPad mereka masing-masing. Mereka tenang tak memiliki gangguan. Pasalnya Maxime masih bersama dengan kakek dan nenek mereka. Jika Maxime ada di rumah, sudah pasti adiknya itu akan mengganggu dengan membuat kekacauan. Marvel asik bermain game mobil balap. Janita asik bermain game barbie. Akan tetapi tentu Janita bermain game sambil mengemil cake yang dibuatkan pelayan. Gadis kecil itu memang terkenal sangat menyukai cake manis.“Marvel, Janita. Kalian mendapatkan video call Grandpa Dean dan Grandma Brianna. Ayo jawab telepon kakek kalian dulu.” Joice menghampiri dua anak kembarnya yang tengah asik bermain dengan iPad.“Yes, Mommy.” Marvel dan Janita menjawab dengan patuh. Mereka langsung berlari menghampiri pengasuh mereka—yang tengah memegang ponsel. Dua bocah itu bahagia mendengar kakek dan nenek mereka video call.Joice tersenyum sambil menggeleng-gelengkan k
Janita tersenyum-senyum seraya melangkah masuk ke dalam rumah. Gadis kecil cantik itu baru saja pulang sekolah—dengan wajah yang riang gembira. Sayangnya tidak dengan Marvel yang pulang dalam keadaan menekuk bibirnya.“Mommy, aku dan Kak Marvel sudah pulang.” Janita berseru dengan suara cempreng dan nyaring—membuat Marvel harus menutup kedua telinganya.“Anak-anak Mommy sudah pulang.” Joice tersenyum menyambut dua anak kembarnya yang sudah pulang. “Ayo ganti pakaian kalian dulu. Cuci tangan bersih, lalu kita makan siang bersama.”Janita dan Marvel sama-sama mengangguk patuh. Mereka menuju ke kamar mereka masing-masing bersamaan dengan para pengasuh mereka. Tepat di kala Janita dan Marvel sudah masuk ke dalam kamar—Joice bersenandung sambil menyiapkan makanan lezat yang sudah dia siapkan untuk dua anak kembarnya. Joice telah mengurangi pekerjaannya yang bergelut di dunia model. Bukan berhenti, tapi hanya mengurangi porsi pekerjaan. Bisa dikatakan fokus utama Joice adalah mengurus suam