Share

Terperangkap

last update Last Updated: 2023-10-19 16:05:26

Bab 2

Pov Arkatama

[Mas ini serius hadiah untukku? Bukan bingkisan yang nyasar?]

Dahiku mengerut saat membaca pesan yang dikirim Salma istriku. Aku tak mengerti apa maksud dari pesan yang dia kirim. Segera kukirim  balasan. 

[Hadiah apa maksudnya?] 

Akupun terkaget saat melihat pesan balasan dari Salma yang berisi foto buket bunga mawar dan mobil jazz. 

Hadiah yang seharusnya kukirimkan untuk Rahma,  wanita yang telah mengisi hari-hariku terbebas dari kejenuhan. Wanita yang selalu tahu bagaimana memanjakanku saat aku merasa lelah sepulang kerja. 

Dia tahu kalau aku sudah memiliki istri, karena memang kedekatan kami berawal  saat aku sering curhat padanya tentang rumah tanggaku yang begitu-begitu saja. Hingga pada akhirnya aku dan Rahma  saling mencintai. 

Rahma memintaku untuk menikahinya agar hubungan kami tidak terlarang. Dia rela menjadi yang kedua, asal cintaku padanya lebih besar daripada cintaku pada Salma, begitulah permintaannya. 

Akupun menyetujui pernikahan itu. Tidak ada keluargaku yang mengetahui pernikahan kami, karena aku dan Rahma menikah secara diam-diam di kediaman orang tua Rahma. 

Sial!!!  

Aku terperangkap dengan permainanku sendiri. Bisa-bisanya aku salah mengirim alamat pada kurir yang mengantarkan mobil hadiah untuk Rahma. 

Kuusap wajah yang sedikit berkeringat. Meski ruangan sudah berAC, tapi tubuhku terasa sangat panas. Aku duduk diatas meja sambil memperhatikan layar ponsel. Aku mengetuk-ngetuk tumit kakiku memikirkan bagaimana caranya agar Salma tidak mencurigaiku. Pikiranku hampir buntu. 

Ah, sudahlah mobil itu sudah terlanjur berada dirumah dan sudah pasti Salma mengira itu benar-benar untuknya. Sebab ada namaku tertera sebagai pengirim di kartu memo yang kuselipkan dibuket bunga mawar itu. Untungnya aku tidak menulis nama Rahma dikertas itu. 

Alhasil, akupun terpaksa menjawab kalau hadiah itu memang kupersembahkan khusus untuknya. Semoga saja Salma tidak mencurigai kalau sebenarnya  hadiah itu memang bukan untuknya. 

Lega rasanya, melihat ekspresi wajah Salma saat aku bilang kalau mobil itu adalah surprise untuknya.  Meski saat pulang kerumah, aku tidak terlalu membahas soal hadiah itu karena malas. 

Masalah Rahma nanti bisa kuhandle. Asal dia dibelikan barang yang sama dengan model  yang diinginkannya.

***

Aku adalah seorang pengusaha di bidang produksi makanan di daerah Bandung. Memang pada awalnya perusahaan milikku hanyalah home produksi kecil-kecilan.N amun, sejak orang tua Salma memberikan suntikan dana untukku, omsetku meroket. Hingga memiliki cabang di berbagai daerah, contohnya di Cianjur, Sukabumi dan  Tasikmalaya.  

Salma adalah istri yang cantik dan ramah, usia pernikahanku dengannya sudah hampir sepuluh tahun. Tapi, Tuhan belum memberikan amanah keturunan pada  kami. Jelas, orang tuaku yang sudah cukup tua, sangat mengidamkan cucu dariku. Karena aku merupakan anak tunggal. Terkadang aku selalu pusing, hampir setiap hari mereka merengek meminta diberikan cucu. 

Selama itu pula aku menjalani rumah tangga bersama  Salma tanpa pernah ada pertengkaran. Didepannya  aku selalu berusaha tidak pernah merasa bosan. Meskipun, tidak bisa dipungkiri, pria normal manapun pasti akan merasakan kesepian dan jenuh di dalam rumah tanpa hadirnya seorang anak didalam. 

Salma sudah mencoba beberapa kali  program bayi tabung, bahkan bukan hanya sedikit biaya yang  dikeluarkan untuk itu. Sayang, usaha itu selalu saja gagal. 

"Mas, Mas masih tetap mencintaiku kan?" Pertanyaan yang selalu dilontarkan Salma setiap malam sebelum dia tertidur. Tentu saja aku masih mencintainya karena dia adalah cinta pertamaku. 

"Tentu dong Ma." 

Dia memelukku dengan erat, akupun mengelus kepalanya dan mencium keningnya, sebelum akhirnya aku harus berangkat lebih awal. 

Aku sering menghindar dari kebosanan didalam rumah.  Memberi alasan berangkat ke kantor lebih awal. Padahal aku pergi hanya untuk menghindar darinya. 

Tak sabar menemui Rahma. Aku langsung melesat menuju sebuah rumah yang tak jauh dari kantorku. 

"Maaf sayang... Nanti kita sama-sama ke dealer lagi ya, mungkin kemaren Mas terlalu sibuk ngurusin cabang pabrik baru yang akan dibangun. Jadi Mas salah kirim alamat."

Kukecup keningnya. Dia pun meringkukkan badannya dipelukanku. Hingga aku terbuai dalam keindahan surgaku yang kedua. Satu jam sudah aku berada dirumah Rahma. 

"Mas berangkat sekarang ya sayang. Sebaiknya kamu tidak usah masuk dulu. Kasihan nanti kamu cape dipabrik. kalau ada apa-apa kabarin Mas. Jam makan siang kita  ke dealer! " 

"Tapi Mas, aku takut, takut ketahuan sama Mba Salma dan temen-temen di pabrik." Dia merengek sambil menggelayut manja ditanganku. 

"Tenang saja! Soal itu biar Mas yang handle! Kamu tidak usah mikirin apa-apa yang penting sekarang jaga kesehatanmu!" 

"Iya sayang makasihh."

Dia melingkarkan tangannya dibahuku. Akupun tersenyum melihat wanita mungil yang menggemaskan itu. Apalagi dia  sedang mengandung anakku. Pasti orang tuaku akan sangat bahagia mendengar kabar bahwa mereka akan mempunyai cucu meski bukan dari Salma. 

Lima belas menit aku sudah sampai di kantor. Pekerjaanku santai karena ada sekertaris Gun yang cekatan dan mampu diandalkan. 

"Bagaimana dengan pembangunan pabrik di Tasik?" tanyaku pada Sekertaris Gun yang datang membawa berkas. 

"Lancar Bos!"

"Sip"

Kubuka beberapa berkas, ada berkas tentang kerjasama dengan suplier bahan mentah. pemiliknya adalah salah satu penduduk dari orang yang berkulit putih dan bermata sipit. Beruntung bisa bekerja sama dengan mereka. Selain disiplin, motivasi dalam berbisnisnya pun bisa menjadi panutan bagi semua orang. 

Mereka menpunyai  sifat ulet, rajin dan gigih yang sudah mendarah daging. Merekapun memiliki pepatah, makan bubur dulu sebelum sukses baru makan nasi setelah suskes, pantang hidup mewah dan harus bisa mewarisi tujuh turunan. 

Itu yang kupelajari dari Koko partnerku.

  

Kusandarkan tubuhku dikursi. Lalu Kuhembuskan nafas dengan kasar. Semua yang kuinginkan telah kudapatkan. Tinggal satu harapanku yaitu keturuanan. Aku akan memanjakan Rahma demi menjaga calon anakku. 

"Assalamualaikum Mas,"  Suara lembut yang tak asing ditelingaku masuk kedalam ruangan. 

"Salma?" 

Aku kaget, tidak biasanya Salma datang ke kantor. Penampilannya pun terlihat lebih muda dari umurnya. Akupun terkesima melihatnya. Karena dirumah, ia selalu mengenakan pakaian biasa. 

"Kenapa kaget Mas?" 

Ponselku terus  bergetar. 

Nama sekertaris Rahma tertera dilayar ponsel.

  

"Siapa  Mas? Angkat saja!"

Lagi-lagi aku terperangkap dalam situasi sulit seperti ini. 

Sialll!!! 

(Bersambung gak?)

Related chapters

  • Bingkisan Dari Suami   Kejutan Pertama

    Hati istri mana yang rela jika sang suami membagi cintanya dengan wanita lain? Apalagi pernikahan yang sudah dibangun bertahun-tahun harus hancur seketika, akibat adanya pihak ketiga. Allah, kuatkan hati ini untuk bisa membuktikan semua prasangka buruk yang sudah menghantui pikiranku.Mas Tama kini sudah berani membohongiku. Entah mulai kapan dia menyembunyikan rahasia terbesar ini dariku. Lihat saja bingkisanku, Mas! Sesuai rencana, aku akan memberikan bingkisan terindah melebihi bingkisan mobil mewah yang diberikan Mas Tama untukku. Ups!!! Bukan bingkisan untukku, tapi terlanjur sampai ditanganku. Mas Tama sangat terkejut melihat kedatanganku yang tiba-tiba. Tentu saja, ini adalah kejutan pertama untuknya. Aku datang ke kantor, tanpa memberi tahunya terlebih dulu. Kulangkahkan kaki seanggun mungkin. Akan kubuktikan padanya, akupun bisa berdandan cantik dan elegan. Tidak hanya melulu diam di rumah mengenakan daster emak-emak yang setiap hari Mas Tama lihat sebagai pemandangan

    Last Updated : 2023-10-19
  • Bingkisan Dari Suami   Siapa Sekretaris itu?

    Kugertakan gigi, amarah mulai naik ke ubun-ubun. Satu bukti jelas nampak terlihat dengan mata kepalaku sendiri. Mas Tama berani berselingkuh di pabrik yang kami rintis dari nol. Hal yang paling mengejutkan, wanita yang saat ini berada dalam pelukan Mas Tama, tengah berbadan dua. Itu berarti, hubungan mereka telah berlangsung lama. Bisa-bisanya aku kecolongan seperti ini.Kuusap dada sekali lagi, berusaha mengatur napas. Allah, Mas Tama yang selama ini sempurna dimataku dan keluarga. Mas Tama yang selama sepuluh tahun selalu romantis padaku. Mas Tama yang setiap malam mengatakan akan tetap mencintai dan setia padaku hingga ujung usia. Kini, semua perkataan itu sirna. Kepercayaan yang kujaga selama sepuluh tahun, seketika hancur berkeping-keping. Lekas kurogoh ponsel dari saku blazer. Berniat merekam video mereka. Bergerak pelan, berusaha tak mengeluarkan suara. Namun, saat kunyalakan kamera dan kuhadapakan kearah mereka, tiba-tiba mereka terdiam. Ah, apa mereka menyadari ada or

    Last Updated : 2023-10-19
  • Bingkisan Dari Suami   Takut Ketahuan

    "Hallo!" suara wanita itu terdengar jelas dan tak asing ditelingaku. Ya, siapa lagi kalau bukan suara sekertaris Rahma. "Ada apa SEKERTARIS Rahma?!" kutanya to the point sambil menatap tajam Mas Tama. Dia terlihat salah tingkah dan gelisah. Lantas, Mas Tama mendekatiku, lalu berbisik lembut ditelinga kananku, "sini biar mas yang bicara!" Pelan-pelan dia berusaha mengambil alih ponselnya. Namun, segera kutangkis tangannya, mempertahankan ponsel yang masih menempel ditelingaku. "Ada apa? ngomong saja! Pak Tama disamping saya," Nadaku sedikit meninggi. Kekesalan dan kesakitan semakin menyeruak menusuk-nusuk dada. Mas Tama tak berkutik. Wajahnya terhenti disamping wajahku yang sedang berbicara dengan wanita itu, dia sangat kaku. hmmh Mas Tama, Mas Tama, kamu tak bisa menyembunyikan sikapmu, sungguh, kamu terlihat kerakutan. Takut, kalau wanita j*l*ng itu berbicara aneh-aneh padaku. "Ma-ma-maaf bu, saya mau memberi tahu jadwal sama bapak, kalau setelah makan siang ada pertemuan de

    Last Updated : 2023-10-19
  • Bingkisan Dari Suami   Suami Bermuka Dua

    Kutatap wajahku didepan cermin. Hatiku terasa remuk tak tersisa. Mengingat kelakuan Mas Tama yang benar-benar diluar dugaan. Mas Tama begitu pintar merayu, akhir-akhir ini dia lebih sering memanggilku dengan panggilan sayang. Lantas, dia berikan pula gelar itu untuk wanita lain. Kubuka jilbab yang sedikit basah, karena cipratan air. Saat aku hendak berkumur, tiba-tiba pintu terbuka, Mas Tama melangkah cepat menghampiriku. "Sayang, kamu tidak apa-apa?" Dia memijit-mijit bahuku yang sedikit membungkuk. "Nggak mas, mungkin aku belum terbiasa berlama-lama di kantor, jadi sedikit lelah." Kulepas tangan Mas Tama dari bahuku. "Yasudah, Mas antar pulang ya!" Mas Tama memegang bahuku lagi."Tidak Mas, aku baik-baik saja, aku minta tolong bawain jilbab dimejaku Mas! jilbabku yang ini basah.""Pakai jas mas aja dulu!" pintanya seraya membuka jas yang masih membalut tubuhnya. Lalu menutupkannya pada kepalaku. Dia menutup auratku agar tidak dilihat orang lain, tapi dia sendiri menikmati au

    Last Updated : 2023-10-19
  • Bingkisan Dari Suami   Rahma

    Pov RahmaMenjadi istri kedua yang disembunyikan, memang bukanlah sesuatu hal yang patut dibanggakan. Namun, bagaimanapun juga aku membutuhkan Mas Arka.***Mas Arka, seorang bos yang baik hati, semua karyawan tahu itu. Dia selalu memberikan bantuan pada setiap karyawan yang kesusahan. Begitupun denganku, aku termasuk karyawan yang selalu menerima bantuan darinya. Sejak itu pula, aku selalu dihantui rasa hutang budi padanya. Masih teringat jelas, pesan terakhir bapak sebelum beliau meninggal. Meskipun kita bukan berasal dari orang kaya, kita tetap harus pandai menjaga harga diri. Perkataan itu yang selalu terngiang dipikiranku. Sebagai seorang gadis yang menjaga kesucian, aku tak mau melakukan dosa indah itu dengan lelaki yang bukan muhrim. Karenanya, aku meminta Mas Arka menikahiku detik itu juga, saat dia hendak mendekatiku penuh hasrat.Setelah dia menjelaskan tentang kehidupannya, aku pun rela dijadikan yang kedua. Asal aku tidak berdosa, dan kami menikmatinya dengan halal. Set

    Last Updated : 2023-10-19
  • Bingkisan Dari Suami   kesialan rahma

    Pov Rahma"Mas kenapa Mas?"Aku menghampiri Mas Arka yang terlihat kelimpungan. Dia membolak-balikkan kartu persegi kecil dan mengganti dengan kartu yang lain dari dompetnya. lalu memberikannya pada petugas kasir."Maaf, ini juga tidak bisa pak!" Kasir itu menyerahkan kembali kartu yang tadi diberikan Mas Arka. Mas Arka menyambar kartu itu dan terlihat frustasi. Darahku mendidih, rasanya ingin ku tumpahkan didihan darah itu pada Mas Arka yang saat ini ekspresinya seperti orang yang idiot. Aku langsung berlari menghampiri dan mengambil dompet yang dipegang Mas Arka. "Coba lagi Mba kartu yang satu ini!" pintaku memaksa kasir untuk menggesekkan satu kartu lagi yang terselip di dompet Mas Arka. "Sudah, sudah Rahma, hentikan! itu tidak bisa digunakan Rahma!" bentak Mas Arka membuat seluruh karyawan yang ada di dealer melihat ke arah kami. Kugertakan gigi. Beraninya Mas Arka membentakku di depan umum? Aku tidak bisa menyembunyikan rasa malu yang sudah terlanjur terlihat oleh banya

    Last Updated : 2023-12-03
  • Bingkisan Dari Suami   Sudah Apes Tertimpa reruntuhan

    Aku memaksa Mas Arka putar balik.Jangan sampai ponsel itu pindah tangan pada orang lain. Akan tamat riwayatku.Hatiku tak tenang.Mas Arka meraih tanganku yang mulai gemetar."Kenapa tanganmu dingin sayang?"Aku mengigit bibir bawah. Ketakutan menjalar pada seluruh tubuhku. Bagaimana jika ponsel itu tidak ditemukan?"Mas, gimana kalau ponsel itu hilang?" suaraku melemah dan hampir menghilang, lemas tubuh ini, membayangkan berbagai kemungkinan jika ponsel itu benar-benar hilang.aku menatap Mas Arka yang sesekali melirikku.Mas Arka menarik napas panjang, lantas mengangkat kening dan mengembuskan napasnya."Nanti kita pikirkan ya sayang, yang terpenting sekarang kamu tenangkan diri dulu. Mas juga akan mengurus rekening mas dulu ya."Mas Arka menggenggam erat tanganku. Lalu menciumnya berkali-kali. Tidak biasanya Mas Arka mengeluh seperti itu. Dia selalu mengatakan tenang saja sayang, nanti kita beli yang baru. Namun, kali ini tidak. Mas Arka tidak mengatakan itu. Dia masih kebingu

    Last Updated : 2023-12-05
  • Bingkisan Dari Suami   Mengikhlaskannya Lebih Baik (POV Salma)

    My Last BreathKutatap nama itu di layar ponsel, mendesah pelan, dulu kami pernah berjanji satu sama lain. Cinta kami tidak boleh terpisahkan hingga maut menjemput. Apapun rintangan yang dihadapi, kami akan melaluinya bersama. Hingga, aku dan Mas Tama memberi nama yang cukup romantis di ponsel masing-masing.Ah, bulshitt!!! Semua lelaki sama saja. Tidak ada lelaki setia, saat sudah tergoda wanita lain.Kutelan saliva dalam-dalam, lalu kusentuh nama itu. Bukan khawatir, hanya untuk memastikan posisi Mas Tama dimana. Karena, aku harus menyelesaikan misiku sebelum dia benar-benar datang. Namun, kuurungkan kembali niat untuk menghubunginya. Kugagalkan panggilan yang sudah mulai terhubung. Biarkan saja dia tahu, kalau aku sedang menghukumnya. Mungkin dia akan sadar, apa yang telah dilakukannya merupakan kesalahan fatal. Allah, maafkan hamba yang tak bisa sabar jika di khianati. Kusimpan kembali ponsel diatas nakas, lantas turun menemui Gun. "Kenapa kamu tidak pernah mengatakannya pad

    Last Updated : 2023-12-05

Latest chapter

  • Bingkisan Dari Suami   Bicaralah satu kata saja, Salma!

    "Dan, satu hal lagi, kamu harus mendo'akan almarhumah istrimu!"Tama tercengang mendengar berita dari Salma. "Maksudmu, Rahma sudah meninggal?" tanyanya sambil mengernyitkan dahi. Tatapannya tetap pada Salma yang terus memalingkan wajah darinya. Salma menelan saliva dalam-dalam, lalu mengangguk perlahan. Sementara, Hamidah berusaha berdiri dengan tubuh bergetar. Ia berjalan mendekati Tama. Mengangkat tangan kanannya. PlakkSebuah tamparan melayang pada pipi lelaki yang berstatus menantunya itu. "Semua ini gara-gara kamu, tega sekali kamu memanfaatkan kepolosan putriku. Dia tidak mungkin mau merebut suami orang, kalau dari awal kamu mengatakan padanya bahwa kamu sudah beristri."Hamidah terisak, pikirannya masih tertuju pada putrinya yang kini sudah tak ada di dunia. Ada rasa perih yang tak terbendung, ketika mengingat kondisi terakhir Rahma yang seperti tersiksa menahan luka. Wanita tua itu mengusap wajah dengan pilu dan penuh rasa bersalah. Kenapa dulu dia menyetujui pernik

  • Bingkisan Dari Suami   Menemui Tama

    Papa mengernyitkan kening, ketika melihat wanita tua yang keluar dari ruangan.Sepertinya wajah itu tidak asing. Tapi, siapa?Ia mencoba meniliki-nilik wanita yang menghampiri Salma. Tidak, tidak mungkin.Laki-laki paruh baya itu mengerjapkan mata beberapa kali, meyakinkan bahwa perempuan tua yang ia lihat, bukanlah wanita yang ia kenal. Pasalnya tubuh Hamidah terlihat sedikit rengkuh dan lebih tua darinya. Bahkan bisa dibilang sangat tua. Sedangkan wanita yang ia kenal di masa lalu memiliki umur lebih muda darinya. Ia mencoba abai pada apa yang menganggu pikirannya. "Cepat kita pulang, Salma!" Suara bas Papa membuat orang di sekitar menoleh padanya. "Salma akan pulang pa, tapi izinkan Salma membantu Bu Hamidah sebentar. Dia sudah tua, tidak ada keluarga lain yang menemaninya. Setelah semua selesai, Salma akan pulang." ujar wanita menatap Sang Papa dengan tatapan memohon. Papanya pun tak tega melihat anaknya dengan kantung mata yang membentuk bulatan Seperti terlihat sangat

  • Bingkisan Dari Suami   Misteri Tas Milik Rahma

    "Ini, Salma sudah ada disini menemani anda," kata dokter menatap sosok diatas ranjang. Tangannya ingin meraih Salma. Air matanya mulai menetes. Salma berjalan mendekati sosok yang terkulai lemah itu. Dia pun melihat tubuh Rahma yang semakin tak berdaya karena kehabisan banyak darah. Padahal, kemarin masih bisa berjalan, tapi dalam waktu beberapa jam saja, Rahma sudah berubah tak berdaya.Perlahan Salma memegang tangan Rahma yang terus berusaha meraihnya sejak ia masuk ke dalam ruangan. Ada rasa tak sudi melihat perempuan yang telah menjadi madunya secara sembunyi-sembunyi. Namun, ada rasa kasihan dan tak tega melihat kondisinya. "Teh Salma." Dengan nada gemetar, Rahma berusaha menyebut nama itu. "Rahma." Salma pun mencoba memanggilnya. Lantas, duduk di kursi samping ranjang. Ia memegang kedua tangan wanita yang telah merebut suaminya. Wanita yang telah membuatnya murka. Namun, entah kenapa hatinya ikut merasa perih melihat kondisi Rahma yang semakin memburuk."Maaf," ujar Rahm

  • Bingkisan Dari Suami   Penjelasan Salma

    Suster berlari ke dalam ruangan, ia meminta Salma serta Hamidah untuk segera meninggalkan ruangan. Sedetik kemudian, Hamidah dan Salma keluar dengan keadaan hati tak karuan. Pasalnya, mereka menyaksikan kondisi Rahma yang tiba-tiba kejang. Dengan telaten, Salma mencoba menuntun Hamidah. Lantas, dia membantu mendudukkan Hamidah di ruang tunggu. Wanita tua itu sedikit menepis. Namun, kondisi badan yang sudah tergopoh-gopoh membuatnya tak mampu menahan beban tubuh sendiri. Alhasil, tetap saja dia memegang tangan Salma. Meski dalam hatinya menolak pertolongan itu.Dari awal kedatangan Salma, dia mengira kalau Salma adalah wanita yang tiba-tiba datang, dan akan merusak hubungan anaknya dengan Arkatama. Tatapannya tajam menunjukkan kalau Hamidah benar-benar tidak menyukai kehadiran Salma. Hamidah mengernyitkan kening masih dipenuhi rasa penasaran. Selain dia mengira Salma adalah perebut suami dari anaknya, dia juga curiga tentang kejahatan Salma, sebab dia ditemani dua orang

  • Bingkisan Dari Suami   Pembicaraan Salma dengan Ibunya Rahma

    Kemana kamu, Mas?Rahma kelimpungan, dia tak tahu siapa lagi yang harus dihubungi. Sedangkan, satu nomor kontak pun ia tak ingat. Hanya ada nomor kontak Arkatama yang selalu diingatnya. Tuhan!!! Wanita berpakaian pasien itu merintih. Namun, dalam hatinya ingin marah.Sekuat tenaga, ia menahan sakit yang semakin mendera. Rasa sakit yang telah mencabik-cabik raga. Raga yang dulu selalu ia jaga mati-matian. Serta rasa perih yang telah menusuk dada hingga ke ulu hati. Sebelumnya, ia tak pernah merasa sesakit ini. Pertahanannya semakin runtuh. Serapuh kayu yang sekian lama dimakan rayap, roboh seketika begitu waktunya sudah tiba. Keangkuhan yang selama ini melekat dalam dirinya, karena selalu dipuja-puja oleh lelaki kaya raya dan berparas tampan. Keangkuhan yang datang, ketika semua orang memujinya, bahwa dialah wanita yang paling beruntung karena telah menjadi Ratu Arkatama. Semua itu hancur seketika, dan berbalik menjadi perih yang tak berujung. "Kamu harus ingat pesan abah.

  • Bingkisan Dari Suami   Rahma. kelimpungan

    "Tidak, kamu tidak berhak masuk ke dalam rumah ini lagi. Kamu telah menjadi anak durhaka dan lebih pantas di penjara.""Ibu?"Tama terperanjat, menyaksikan ibu yang tiba-tiba keluar dari rumah Salma."Tolong ampuni Tama. Tama menyesal, Bu." "Tidak ada penyesalan yang terletak diawal, apalagi melakukan sesuatu yang tanpa kau sadari itu adalah dosa. Dibmana otakmu ? Di mana nuranimu, Tama?" Firda berbicara dengan gemetar. Dia menggertakkan gigi, tak mampu menahan amarah dan kesedihan yang menyatu. Dia merasa telah gagal menjadi seorang ibu. Gagal mendidik anak lelaki satu-satunya. "Ibuuu,, ampuni Tama! Tama janji akan menerima semua hukuman yang dijatuhkan. Tapi, Tama tidak ingin berpisah dengan Salma."Tama bersimpuh di kaki Firda yang nyaris terjatuh. Namun wanita yang sudah berkeriput itu tidak goyah. Dia tetap membuang pandangannya. Ia menahan bulir bening agar tidak terjun lagi. Air matanya telah habis tumpah ruah sejak mengetahui kelakuan anaknya. Kali ini, air mata itu tel

  • Bingkisan Dari Suami   Tama mengejar Salma

    "Teh...Teh Salma!" Suara parau seseorang memanggilnya lemah membuat langkah Salma terhenti. Sedetik kemudian, dia menoleh. Rahma, Ya, Rahma telah berdiri di depan pintu kamar pasien dengan selang infus yang masih menempel. Hari ini ketegaran Salma terbukti. Meski dia membenci suami dan wanita simpanannya itu, tapi dia tak memperlihatkan kebencian itu pada mereka. Wanita bergamis ungu itu berjalan dengan tegak menghampiri mereka. Salma tertegun melihat dua insan yang terlihat lemah di hadapannya. Meski pada hakikatnya seharusnya dia yang paling lemah disini, karena dia lah yang paling tersakiti. Namun, dia tak memperlihatkan kelemahan di depan mereka. kekuatan telah mendominasi dalam dirinya. "Tidak ada wanita yang kuat, kecuali dia yang berdiri tegak dan menyembunyikan air mata di hadapan pria yang telah mengecewakannya."Begitu pesan Papa yang selalu Salma ingat. "Perempuan kuat adalah perempuan yang mampu bertahan dan bangkit ketika terpuruk. Bukan hanya menangis lemah dan mer

  • Bingkisan Dari Suami   kedatangan Salma ( POV author)

    Salma mencoba menekan tombol power pada ponsel itu. "Jangan diaktifkan!" sergah lelaki paruh baya itu. Salma hanya mengernyitkan kening. Kenapa dia tidak boleh mengaktifkan ponselnya? Rahasia apa yang sebenarnya ada dalam ponsel itu? Bukannya sebagai penggugat wajib tahu apa saja barang bukti yang akan dipakai untuk sidang perceraian nanti? "Memangnya kenapa, Pa? Kan Salma juga wajib tahu barang buktinya apa saja, papa saja sudah tahu. Masa Salma nggak boleh tahu."Salma bersikukuh menyalakan ponsel itu. Papa mengehela napas pasrah. Bukan dia pelit. Dia hanya takut, anak perempuannya mengetahui semua video yang ada di dalam galeri ponsel milik Rahma itu. "Sayang, papa hanya nggak mau kamu sakit hati lagi melihatnya!"Papa berusaha mencegah Salma untuk tidak membuka galeri. "Tidak pa, Salma kan udah bilang, insya allah Salma kuat. Papa tenang saja!"Setelah ponsel berbunyi tanda menyala, Salma segera membuka aplikasi yang menurutnya sangat penting. Watsapp, dia membuka semu

  • Bingkisan Dari Suami   Menyakiti Hati Dua Wanita(POV Tama)

    "beres bos!"Kudengar percakapan Rio dengan lawan bicaranya di telepon. Aku sedikit curiga, dengan siapa dia berbicara? Sampai-sampai mengangkat telepon saja menjauh. Seharusnya kalau membahas soal bisnis, ya santai saja. Aku juga tidak akan ikut campur soal bisnisnya. Rio terkekeh menghampiriku. "Sorry bro! biassaa, bisnis." Aku hanya tersenyum kecut mambalasnya. Dari tingkahnya saja seperti ada sesuatu yang direncanakan. Cengar-cengir tidak jelas, seperti menyembunyikan sesuatu. Tapi, itu bukan urusanku. Yang terpenting sekarang aku harus segera mendapatkan uang dari hasil penjualan mobilku, untuk makan dan membayar biaya perawatan Rahma. "Gimana? Deal kan?" tanyaku cepat, karena aku sudah harus kembali melihat kondisi Rahma. " Oke deal, 50% gua bayar sekarang!""Oke!"Lalu dia menyodorkan uang tujuh puluh lima juta rupiah padaku. Setelah mendapatkan uang itu, aku segera mencari ojek untuk mengantarku ke klinik. "Gua antar ya, bro?" tawar Rio padaku. "Ah, nggak usah, gua

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status