Share

Takut Ketahuan

last update Last Updated: 2023-10-19 16:09:38

"Hallo!" 

suara wanita itu terdengar jelas dan tak asing ditelingaku. Ya, siapa lagi kalau bukan suara sekertaris Rahma. 

"Ada apa SEKERTARIS Rahma?!" kutanya to the point sambil menatap tajam Mas Tama. Dia terlihat salah tingkah dan gelisah. 

Lantas, Mas Tama mendekatiku, lalu berbisik lembut ditelinga kananku, "sini biar mas yang bicara!"  

Pelan-pelan dia berusaha mengambil alih ponselnya. Namun, segera kutangkis tangannya, mempertahankan ponsel yang masih menempel ditelingaku. 

"Ada apa? ngomong saja! Pak Tama disamping saya," Nadaku sedikit meninggi. Kekesalan dan kesakitan semakin menyeruak menusuk-nusuk dada. 

Mas Tama tak berkutik. Wajahnya terhenti disamping wajahku yang sedang berbicara dengan wanita itu, dia sangat kaku. 

hmmh Mas Tama, Mas Tama, kamu tak bisa menyembunyikan sikapmu, sungguh, kamu terlihat kerakutan. Takut, kalau wanita j*l*ng itu berbicara aneh-aneh padaku. 

"Ma-ma-maaf bu, saya mau memberi tahu jadwal sama bapak, kalau setelah makan siang ada pertemuan dengan investor baru bu"

"Oke, ada pesan lain lagi? Kalau tidak saya matikan ponselnya," 

"Ti-ti-dak bu," Jawabnya terbata. Mungkin dia sudah menyadari, bahwa akulah yang mengangkat telepon saat malam itu. Malam setelah pemberian bingkisan mobil yang kuterima. Aku semakin yakin, mobil itu dihadiahkan Mas Tama untuk Rahma. 

Kumatikan ponselnya, lalu kuberikan pada Mas Tama dengan sedikit melempar dan nyaris terjatuh. 

"Siapa sekertaris Rahma, mas? bukannya disini hanya ada sekrtaris Gun?" Aku mencoba memancing Mas Tama, sekedar ingin tahu bagaimana tanggapan Mas Tama. 

"Ah, itu sekertaris cadangan sayang. kalau Gun sibuk ke luar kota, dia yang menggantikan."

"Ke luar kota? bukannya kalau ke luar kota itu tugas kamu?" 

Mas Tama mulai terpancing. Untung saja, aku sudah mengetahui semua kegiatan Mas Tama dari sekertaris Gun. Termasuk yang sering menemui klien dan mengontrol pabrik cabang di luar kota adalah Gun, bukan Mas Tama. 

"Iya maksud Mas, kalau Mas sama Gun ke luar kota, Rahma lah yang bertanggung jawab disini. Mas mau bilang sama kamu, tapi mas belum sempat sayang." 

Mas, Mas, mulutmu begitu lumer dan cantik, sungguh tidak sepadan dengan tampangmu yang kekar. 

Kepalaku makin pusing, ditambah mual yang semakin menjadi. Allah, jangan sampai terlihat lemah didepan Mas Tama. 

Kukerjapkan mata berkali kali. Kutelan saliva dalam, mulut terasa mengering. Ingin sekali aku berlari menghindari Mas Tama, tapi dia masih duduk didekatku. Bahkan dia hendak memelukku. 

"Mas, aku mau ke kamar mandi." Izinku pada Mas Tama. Hanya dengan cara ini aku bisa menjauh dari sentuhan Mas Tama. 

"Mau Mas antar?"

Tatapannya begitu meluluhkan hati, dari awal menikah hingga saat ini, sikapnya tak berubah. Hingga aku tidak menyadari, begitu banyak rahasia yang ia sembunyikan dibelakangku. 

"Tidak usah Mas," pintaku sambil beranjak ke kamar mandi. 

Mas Tama memang selalu menemani dan menggandengku setiap kali aku ingin ke kamar mandi. Tapi kali, aku benar-benar kehilangan mood berdekatan dengan Mas Tama. Aku pun tak sudi bergandengan dengan lelaki yang telah menduakan cintanya dariku. 

Mas Tama tetap menghampiriku, lalu menggandeng tanganku sampai kedepan kamar mandi. Batinku menolak, namun jasadku tak mungkin, walau bagaimanapun dia masih suamiku. 

Manja, ya memang aku manja pada Mas Tama. Begitupun sebaliknya, Mas Tama manja padaku, bahkan dia  lebih manja dariku. Apalagi saat sakit, dia selalu menginginkanku yang merawatnya dari mulai memandikan hingga menyuapinya, sampai satu waktu, kami melakukan hubungan itu di kamar mandi rumah sakit. Dia tak mampu menahan hasratnya selama beberapa hari ia tahan akibat dirawat dan tak boleh beraktifitas.

Dia menjamahku didalam kamar mandi, sedangkan infusan masih menempel ditangannya. Begitu hasratnya tinggi untuk menginginkan surga duniawi yang selalu kami lakukan untuk melepas rindu. 

"Hanya kamu surga yang Mas miliki, hanya kamu satu-satunya," rayunya sambil mendesah. 

Ah, kenapa ingatanku selalu mengingatnya saat dia sedang romantis? Tapi tidak ada yang bisa kubayangkan selain keromantisan Mas Tama. Karena setiap waktu dia selalu romantis dan tidak pernah marah padaku. Tak pernah ada keributan dalam rumah tangga kami. 

Tiba-tiba aku sempoyongan. Kepala seperti berputar. Kupijit kening sekedar menghilangkan rasa pusing. 

Perut ini semakin mual, seperti ada sesuatu yang mendorong melalui tenggorokan, rasanya ingin segera muntah, tapi tidak ada apapun yang keluar dari mulutku. 

"Sayang! sayang! kamu baik-baik saja?" Mas Tama mengetuk-ngetuk pintu.

 

Mungkinkah dia mendengar suaraku? Kunyalakan kran pura-pura tak mendengar teriakannya.

Related chapters

  • Bingkisan Dari Suami   Suami Bermuka Dua

    Kutatap wajahku didepan cermin. Hatiku terasa remuk tak tersisa. Mengingat kelakuan Mas Tama yang benar-benar diluar dugaan. Mas Tama begitu pintar merayu, akhir-akhir ini dia lebih sering memanggilku dengan panggilan sayang. Lantas, dia berikan pula gelar itu untuk wanita lain. Kubuka jilbab yang sedikit basah, karena cipratan air. Saat aku hendak berkumur, tiba-tiba pintu terbuka, Mas Tama melangkah cepat menghampiriku. "Sayang, kamu tidak apa-apa?" Dia memijit-mijit bahuku yang sedikit membungkuk. "Nggak mas, mungkin aku belum terbiasa berlama-lama di kantor, jadi sedikit lelah." Kulepas tangan Mas Tama dari bahuku. "Yasudah, Mas antar pulang ya!" Mas Tama memegang bahuku lagi."Tidak Mas, aku baik-baik saja, aku minta tolong bawain jilbab dimejaku Mas! jilbabku yang ini basah.""Pakai jas mas aja dulu!" pintanya seraya membuka jas yang masih membalut tubuhnya. Lalu menutupkannya pada kepalaku. Dia menutup auratku agar tidak dilihat orang lain, tapi dia sendiri menikmati au

    Last Updated : 2023-10-19
  • Bingkisan Dari Suami   Rahma

    Pov RahmaMenjadi istri kedua yang disembunyikan, memang bukanlah sesuatu hal yang patut dibanggakan. Namun, bagaimanapun juga aku membutuhkan Mas Arka.***Mas Arka, seorang bos yang baik hati, semua karyawan tahu itu. Dia selalu memberikan bantuan pada setiap karyawan yang kesusahan. Begitupun denganku, aku termasuk karyawan yang selalu menerima bantuan darinya. Sejak itu pula, aku selalu dihantui rasa hutang budi padanya. Masih teringat jelas, pesan terakhir bapak sebelum beliau meninggal. Meskipun kita bukan berasal dari orang kaya, kita tetap harus pandai menjaga harga diri. Perkataan itu yang selalu terngiang dipikiranku. Sebagai seorang gadis yang menjaga kesucian, aku tak mau melakukan dosa indah itu dengan lelaki yang bukan muhrim. Karenanya, aku meminta Mas Arka menikahiku detik itu juga, saat dia hendak mendekatiku penuh hasrat.Setelah dia menjelaskan tentang kehidupannya, aku pun rela dijadikan yang kedua. Asal aku tidak berdosa, dan kami menikmatinya dengan halal. Set

    Last Updated : 2023-10-19
  • Bingkisan Dari Suami   kesialan rahma

    Pov Rahma"Mas kenapa Mas?"Aku menghampiri Mas Arka yang terlihat kelimpungan. Dia membolak-balikkan kartu persegi kecil dan mengganti dengan kartu yang lain dari dompetnya. lalu memberikannya pada petugas kasir."Maaf, ini juga tidak bisa pak!" Kasir itu menyerahkan kembali kartu yang tadi diberikan Mas Arka. Mas Arka menyambar kartu itu dan terlihat frustasi. Darahku mendidih, rasanya ingin ku tumpahkan didihan darah itu pada Mas Arka yang saat ini ekspresinya seperti orang yang idiot. Aku langsung berlari menghampiri dan mengambil dompet yang dipegang Mas Arka. "Coba lagi Mba kartu yang satu ini!" pintaku memaksa kasir untuk menggesekkan satu kartu lagi yang terselip di dompet Mas Arka. "Sudah, sudah Rahma, hentikan! itu tidak bisa digunakan Rahma!" bentak Mas Arka membuat seluruh karyawan yang ada di dealer melihat ke arah kami. Kugertakan gigi. Beraninya Mas Arka membentakku di depan umum? Aku tidak bisa menyembunyikan rasa malu yang sudah terlanjur terlihat oleh banya

    Last Updated : 2023-12-03
  • Bingkisan Dari Suami   Sudah Apes Tertimpa reruntuhan

    Aku memaksa Mas Arka putar balik.Jangan sampai ponsel itu pindah tangan pada orang lain. Akan tamat riwayatku.Hatiku tak tenang.Mas Arka meraih tanganku yang mulai gemetar."Kenapa tanganmu dingin sayang?"Aku mengigit bibir bawah. Ketakutan menjalar pada seluruh tubuhku. Bagaimana jika ponsel itu tidak ditemukan?"Mas, gimana kalau ponsel itu hilang?" suaraku melemah dan hampir menghilang, lemas tubuh ini, membayangkan berbagai kemungkinan jika ponsel itu benar-benar hilang.aku menatap Mas Arka yang sesekali melirikku.Mas Arka menarik napas panjang, lantas mengangkat kening dan mengembuskan napasnya."Nanti kita pikirkan ya sayang, yang terpenting sekarang kamu tenangkan diri dulu. Mas juga akan mengurus rekening mas dulu ya."Mas Arka menggenggam erat tanganku. Lalu menciumnya berkali-kali. Tidak biasanya Mas Arka mengeluh seperti itu. Dia selalu mengatakan tenang saja sayang, nanti kita beli yang baru. Namun, kali ini tidak. Mas Arka tidak mengatakan itu. Dia masih kebingu

    Last Updated : 2023-12-05
  • Bingkisan Dari Suami   Mengikhlaskannya Lebih Baik (POV Salma)

    My Last BreathKutatap nama itu di layar ponsel, mendesah pelan, dulu kami pernah berjanji satu sama lain. Cinta kami tidak boleh terpisahkan hingga maut menjemput. Apapun rintangan yang dihadapi, kami akan melaluinya bersama. Hingga, aku dan Mas Tama memberi nama yang cukup romantis di ponsel masing-masing.Ah, bulshitt!!! Semua lelaki sama saja. Tidak ada lelaki setia, saat sudah tergoda wanita lain.Kutelan saliva dalam-dalam, lalu kusentuh nama itu. Bukan khawatir, hanya untuk memastikan posisi Mas Tama dimana. Karena, aku harus menyelesaikan misiku sebelum dia benar-benar datang. Namun, kuurungkan kembali niat untuk menghubunginya. Kugagalkan panggilan yang sudah mulai terhubung. Biarkan saja dia tahu, kalau aku sedang menghukumnya. Mungkin dia akan sadar, apa yang telah dilakukannya merupakan kesalahan fatal. Allah, maafkan hamba yang tak bisa sabar jika di khianati. Kusimpan kembali ponsel diatas nakas, lantas turun menemui Gun. "Kenapa kamu tidak pernah mengatakannya pad

    Last Updated : 2023-12-05
  • Bingkisan Dari Suami   Hukum Karma (POV Tama)

    Pov TamaRahma, kutinggalkan wanita itu dalam keadaan nelangsa. Kasihan memang, tapi bagaimana lagi, aku belum bisa berkutik sebelum rekeningku bisa digunakan lagi.Dia selalu menatapku sendu, setiap kali aku pergi meninggalkannya. Bergelayut manja tidak mau lepas dariku."Mas, janji ya setelah urusan rekening selesai mas langsung kesini lagi."Aku mengangguk dan melepaskan tangannya. Lalu kuelus kepalanya sekedar menenangkan hatinya. Entah, aku merasa tidak enak hati. Perasaanku mulai tidak nyaman dengan kondisi seperti ini. Sepanjang jalan, aku tidak bisa fokus mengemudi. Bahkan hampir menabrak pengendara motor. Aku tidak mengerti kenapa rekening tidak bisa digunakan? Bertanya pada Gun, dia bilang tidak mengetahuinya, lagi pula aku sudah menyuruhnya untuk meeting ke kantor cabang di Cianjur. Mana mungkin dia mengurus rekening.Aku mendesah kasar,Apa jangan-jangan Salma yang sudah memblokir rekening ini? tiba-tiba pertanyaan itu terbesit dalam hati.Siittt!!Kupukul setir penuh

    Last Updated : 2023-12-05
  • Bingkisan Dari Suami   Karma Dan Penyesalan(POV Tama)

    Aku mencoba berdiri sekuat tenaga. Sungguh kasihan, melihat Rahma yang terus merintih kesakitan. Tapi, entah, rasa hambar itu kembali menggelitik hati. Pikiranku kalut, masih membayangkan Salma dengan wajah teduhnya. "Menolehlah Salma! Lihat aku! Lihat!!!Aku gak akan rela jika kamu pergi, sayang!" gumamku sambil menahan air mata, bukti kelemahanku sebagai lelaki. Namun, Salma tidak mungkin mendengar rengekanku lagi. Dia tidak menoleh sedikitpun padaku. Itu artinya, rasa cinta dan sayangnya telah pudar. Rasa ibanya pun telah hilang. Sebenarnya, ingin sekali aku mengejarnya. Tapi, tidak mungkin juga aku meningglkan Rahma. Bahaya sedang mengancam keselamatan dirinya. Bukan hanya dia, tapi calon anakku. "Mas, Mas! cepat bawa aku ke rumah sakit!"suara Rahma menyadarkanku yang terus memandangi langkah Salma dan papa yang terus menghilang beserta bayangan mereka. Kuhela napas panjang, menelan saliva dalam-dalam. Kuhampiri wanita yang telah menjadi istri sirriku selama dua tahun ini

    Last Updated : 2023-12-06
  • Bingkisan Dari Suami   Kedatangan Ibu Mertua

    Bulir bening hampir saja terjun dari kelopak mata Salma. Ia berusaha menahan sekuat tenaga agar rintihan kesedihan itu tidak jatuh setetes pun. Baginya, tidak ada lagi tetesan-tetesan air mata untuk lelaki yang telah berkhianat.Wanita bergamis hitam itu terus berjalan tanpa menghiraukan suaminya. Melangkah dengan memegang erat tangan Sang Papa."Jangan goyah, Salma! Kamu harus memberi pelajaran pada pria yang tak tahu diri."Bisikan itu menguatkan Salma hingga menjauh dari Tama.Awalnya, tidak ada keinginan dalam hati Salma untuk mengikuti kemana suaminya pergi. Dia berniat membiarkan Tama benar-benar keluar dan pergi sejauh mungkin dari rumah. Namun, hati kecilnya menjerit, hingga menarik tubuhnya agar segera beranjak membuntuti lelaki yang telah menemaninya hampir sepuluh tahun itu, demi membuktikan rasa penasaran dan kekecewaan yang terus menembus keakar-akar hati.Terisak sambil mengendalikan kemudi. Tangisannya semakin menjadi ketika dia menyaksikan ekspresi suaminya yang keli

    Last Updated : 2023-12-09

Latest chapter

  • Bingkisan Dari Suami   Bicaralah satu kata saja, Salma!

    "Dan, satu hal lagi, kamu harus mendo'akan almarhumah istrimu!"Tama tercengang mendengar berita dari Salma. "Maksudmu, Rahma sudah meninggal?" tanyanya sambil mengernyitkan dahi. Tatapannya tetap pada Salma yang terus memalingkan wajah darinya. Salma menelan saliva dalam-dalam, lalu mengangguk perlahan. Sementara, Hamidah berusaha berdiri dengan tubuh bergetar. Ia berjalan mendekati Tama. Mengangkat tangan kanannya. PlakkSebuah tamparan melayang pada pipi lelaki yang berstatus menantunya itu. "Semua ini gara-gara kamu, tega sekali kamu memanfaatkan kepolosan putriku. Dia tidak mungkin mau merebut suami orang, kalau dari awal kamu mengatakan padanya bahwa kamu sudah beristri."Hamidah terisak, pikirannya masih tertuju pada putrinya yang kini sudah tak ada di dunia. Ada rasa perih yang tak terbendung, ketika mengingat kondisi terakhir Rahma yang seperti tersiksa menahan luka. Wanita tua itu mengusap wajah dengan pilu dan penuh rasa bersalah. Kenapa dulu dia menyetujui pernik

  • Bingkisan Dari Suami   Menemui Tama

    Papa mengernyitkan kening, ketika melihat wanita tua yang keluar dari ruangan.Sepertinya wajah itu tidak asing. Tapi, siapa?Ia mencoba meniliki-nilik wanita yang menghampiri Salma. Tidak, tidak mungkin.Laki-laki paruh baya itu mengerjapkan mata beberapa kali, meyakinkan bahwa perempuan tua yang ia lihat, bukanlah wanita yang ia kenal. Pasalnya tubuh Hamidah terlihat sedikit rengkuh dan lebih tua darinya. Bahkan bisa dibilang sangat tua. Sedangkan wanita yang ia kenal di masa lalu memiliki umur lebih muda darinya. Ia mencoba abai pada apa yang menganggu pikirannya. "Cepat kita pulang, Salma!" Suara bas Papa membuat orang di sekitar menoleh padanya. "Salma akan pulang pa, tapi izinkan Salma membantu Bu Hamidah sebentar. Dia sudah tua, tidak ada keluarga lain yang menemaninya. Setelah semua selesai, Salma akan pulang." ujar wanita menatap Sang Papa dengan tatapan memohon. Papanya pun tak tega melihat anaknya dengan kantung mata yang membentuk bulatan Seperti terlihat sangat

  • Bingkisan Dari Suami   Misteri Tas Milik Rahma

    "Ini, Salma sudah ada disini menemani anda," kata dokter menatap sosok diatas ranjang. Tangannya ingin meraih Salma. Air matanya mulai menetes. Salma berjalan mendekati sosok yang terkulai lemah itu. Dia pun melihat tubuh Rahma yang semakin tak berdaya karena kehabisan banyak darah. Padahal, kemarin masih bisa berjalan, tapi dalam waktu beberapa jam saja, Rahma sudah berubah tak berdaya.Perlahan Salma memegang tangan Rahma yang terus berusaha meraihnya sejak ia masuk ke dalam ruangan. Ada rasa tak sudi melihat perempuan yang telah menjadi madunya secara sembunyi-sembunyi. Namun, ada rasa kasihan dan tak tega melihat kondisinya. "Teh Salma." Dengan nada gemetar, Rahma berusaha menyebut nama itu. "Rahma." Salma pun mencoba memanggilnya. Lantas, duduk di kursi samping ranjang. Ia memegang kedua tangan wanita yang telah merebut suaminya. Wanita yang telah membuatnya murka. Namun, entah kenapa hatinya ikut merasa perih melihat kondisi Rahma yang semakin memburuk."Maaf," ujar Rahm

  • Bingkisan Dari Suami   Penjelasan Salma

    Suster berlari ke dalam ruangan, ia meminta Salma serta Hamidah untuk segera meninggalkan ruangan. Sedetik kemudian, Hamidah dan Salma keluar dengan keadaan hati tak karuan. Pasalnya, mereka menyaksikan kondisi Rahma yang tiba-tiba kejang. Dengan telaten, Salma mencoba menuntun Hamidah. Lantas, dia membantu mendudukkan Hamidah di ruang tunggu. Wanita tua itu sedikit menepis. Namun, kondisi badan yang sudah tergopoh-gopoh membuatnya tak mampu menahan beban tubuh sendiri. Alhasil, tetap saja dia memegang tangan Salma. Meski dalam hatinya menolak pertolongan itu.Dari awal kedatangan Salma, dia mengira kalau Salma adalah wanita yang tiba-tiba datang, dan akan merusak hubungan anaknya dengan Arkatama. Tatapannya tajam menunjukkan kalau Hamidah benar-benar tidak menyukai kehadiran Salma. Hamidah mengernyitkan kening masih dipenuhi rasa penasaran. Selain dia mengira Salma adalah perebut suami dari anaknya, dia juga curiga tentang kejahatan Salma, sebab dia ditemani dua orang

  • Bingkisan Dari Suami   Pembicaraan Salma dengan Ibunya Rahma

    Kemana kamu, Mas?Rahma kelimpungan, dia tak tahu siapa lagi yang harus dihubungi. Sedangkan, satu nomor kontak pun ia tak ingat. Hanya ada nomor kontak Arkatama yang selalu diingatnya. Tuhan!!! Wanita berpakaian pasien itu merintih. Namun, dalam hatinya ingin marah.Sekuat tenaga, ia menahan sakit yang semakin mendera. Rasa sakit yang telah mencabik-cabik raga. Raga yang dulu selalu ia jaga mati-matian. Serta rasa perih yang telah menusuk dada hingga ke ulu hati. Sebelumnya, ia tak pernah merasa sesakit ini. Pertahanannya semakin runtuh. Serapuh kayu yang sekian lama dimakan rayap, roboh seketika begitu waktunya sudah tiba. Keangkuhan yang selama ini melekat dalam dirinya, karena selalu dipuja-puja oleh lelaki kaya raya dan berparas tampan. Keangkuhan yang datang, ketika semua orang memujinya, bahwa dialah wanita yang paling beruntung karena telah menjadi Ratu Arkatama. Semua itu hancur seketika, dan berbalik menjadi perih yang tak berujung. "Kamu harus ingat pesan abah.

  • Bingkisan Dari Suami   Rahma. kelimpungan

    "Tidak, kamu tidak berhak masuk ke dalam rumah ini lagi. Kamu telah menjadi anak durhaka dan lebih pantas di penjara.""Ibu?"Tama terperanjat, menyaksikan ibu yang tiba-tiba keluar dari rumah Salma."Tolong ampuni Tama. Tama menyesal, Bu." "Tidak ada penyesalan yang terletak diawal, apalagi melakukan sesuatu yang tanpa kau sadari itu adalah dosa. Dibmana otakmu ? Di mana nuranimu, Tama?" Firda berbicara dengan gemetar. Dia menggertakkan gigi, tak mampu menahan amarah dan kesedihan yang menyatu. Dia merasa telah gagal menjadi seorang ibu. Gagal mendidik anak lelaki satu-satunya. "Ibuuu,, ampuni Tama! Tama janji akan menerima semua hukuman yang dijatuhkan. Tapi, Tama tidak ingin berpisah dengan Salma."Tama bersimpuh di kaki Firda yang nyaris terjatuh. Namun wanita yang sudah berkeriput itu tidak goyah. Dia tetap membuang pandangannya. Ia menahan bulir bening agar tidak terjun lagi. Air matanya telah habis tumpah ruah sejak mengetahui kelakuan anaknya. Kali ini, air mata itu tel

  • Bingkisan Dari Suami   Tama mengejar Salma

    "Teh...Teh Salma!" Suara parau seseorang memanggilnya lemah membuat langkah Salma terhenti. Sedetik kemudian, dia menoleh. Rahma, Ya, Rahma telah berdiri di depan pintu kamar pasien dengan selang infus yang masih menempel. Hari ini ketegaran Salma terbukti. Meski dia membenci suami dan wanita simpanannya itu, tapi dia tak memperlihatkan kebencian itu pada mereka. Wanita bergamis ungu itu berjalan dengan tegak menghampiri mereka. Salma tertegun melihat dua insan yang terlihat lemah di hadapannya. Meski pada hakikatnya seharusnya dia yang paling lemah disini, karena dia lah yang paling tersakiti. Namun, dia tak memperlihatkan kelemahan di depan mereka. kekuatan telah mendominasi dalam dirinya. "Tidak ada wanita yang kuat, kecuali dia yang berdiri tegak dan menyembunyikan air mata di hadapan pria yang telah mengecewakannya."Begitu pesan Papa yang selalu Salma ingat. "Perempuan kuat adalah perempuan yang mampu bertahan dan bangkit ketika terpuruk. Bukan hanya menangis lemah dan mer

  • Bingkisan Dari Suami   kedatangan Salma ( POV author)

    Salma mencoba menekan tombol power pada ponsel itu. "Jangan diaktifkan!" sergah lelaki paruh baya itu. Salma hanya mengernyitkan kening. Kenapa dia tidak boleh mengaktifkan ponselnya? Rahasia apa yang sebenarnya ada dalam ponsel itu? Bukannya sebagai penggugat wajib tahu apa saja barang bukti yang akan dipakai untuk sidang perceraian nanti? "Memangnya kenapa, Pa? Kan Salma juga wajib tahu barang buktinya apa saja, papa saja sudah tahu. Masa Salma nggak boleh tahu."Salma bersikukuh menyalakan ponsel itu. Papa mengehela napas pasrah. Bukan dia pelit. Dia hanya takut, anak perempuannya mengetahui semua video yang ada di dalam galeri ponsel milik Rahma itu. "Sayang, papa hanya nggak mau kamu sakit hati lagi melihatnya!"Papa berusaha mencegah Salma untuk tidak membuka galeri. "Tidak pa, Salma kan udah bilang, insya allah Salma kuat. Papa tenang saja!"Setelah ponsel berbunyi tanda menyala, Salma segera membuka aplikasi yang menurutnya sangat penting. Watsapp, dia membuka semu

  • Bingkisan Dari Suami   Menyakiti Hati Dua Wanita(POV Tama)

    "beres bos!"Kudengar percakapan Rio dengan lawan bicaranya di telepon. Aku sedikit curiga, dengan siapa dia berbicara? Sampai-sampai mengangkat telepon saja menjauh. Seharusnya kalau membahas soal bisnis, ya santai saja. Aku juga tidak akan ikut campur soal bisnisnya. Rio terkekeh menghampiriku. "Sorry bro! biassaa, bisnis." Aku hanya tersenyum kecut mambalasnya. Dari tingkahnya saja seperti ada sesuatu yang direncanakan. Cengar-cengir tidak jelas, seperti menyembunyikan sesuatu. Tapi, itu bukan urusanku. Yang terpenting sekarang aku harus segera mendapatkan uang dari hasil penjualan mobilku, untuk makan dan membayar biaya perawatan Rahma. "Gimana? Deal kan?" tanyaku cepat, karena aku sudah harus kembali melihat kondisi Rahma. " Oke deal, 50% gua bayar sekarang!""Oke!"Lalu dia menyodorkan uang tujuh puluh lima juta rupiah padaku. Setelah mendapatkan uang itu, aku segera mencari ojek untuk mengantarku ke klinik. "Gua antar ya, bro?" tawar Rio padaku. "Ah, nggak usah, gua

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status