“Kenapa mereka berani menginjak wilayah manusia?” tanya Pendekar Sungai Panjang dengan heran.Ratna yang baru datang membawa jamuan untuk tamunya, heran. “Kenapa, Ayah?”“Harimau-harimau penunggu bukit mengelilingi rumah ini!”Ratna terkejut mendengarnya. Bimantara yakin, itu karena mereka mendarat di atas bukit itu.“Biar aku yang menghadapinya,” pinta Bimantara.“Dia akan membunuhmu dan jika kau akan membunuhnya, maka selamanya mereka akan mencarimu dan memburumu. Mereka tak akan berhenti sampai berhasil mencabik-cabik kulitmu,” ucap Pendekar Sungai Panjang dengan cemas.“Serahkan ini padaku,” pinta Bimantara.Pendekar Sungai Panjang tampak pasrah.“Izinkan kami menemanimu, Bimantara,” pinta Raja Dawuh.“Tak perlu,” jawab Bimantara. “Ini salahku yang telah mendaratkan nagaku di atas bukit mereka.”Pendekar Sungai Panjang tak percaya mendengar itu. Rupanya itu ulah Bimantara dan dua pendekar yang dibawanya. Bimantara pun keluar dari rumah itu untuk menemui bangsa harimau itu.Raja Ha
Ratna tampak tidak tenang di dalam ruang tamu rumahnya. Dia berjalan mondar mandir dengan gelisah. Dia memikirkan nasib ayahnya yang dibawa Raja Harimau bersama pasukannya ke wilayah mereka. Raja Dawuh dan Bahari yang duduk di sana sambil menghadap hidangan dan minuman yang belum mereka sentuh, tampak khawatir pada Ratna, juga khawatir akan nasib Pendekar Sungai Panjang.Raja Dawuh menatap Ratna untuk menenangkannya.“Tenang saja, Ratna. Ayahmu bersama Bimantara. Aku sudah mengenal Bimantara sejak dahulu. Dia hebat, penuh taktik, dan aku yakin dia mampu menjaga ayahmu dengan baik,” ujar Raja Dawuh pada Ratna.“Aku percaya dengan kehebatan Chandaka Uddhiharta itu. Kisah perjalanannya dipilih para Dewa telah tersebar ke negeri ini,” ujar Ratna, “Pasukan Raja Harimau sangat banyak, Bimantara mungkin akan selamat, tapi ayahku... bangsa siluman harimau terkenal kejam dan penuh taktik jika ayah tak mampu menyelamatkan istri dari Raja Harimau itu.”“Apa kau ingin menyusul ayahmu?” tanya Baha
Raja Harimau pun mendekati Pendekar Sungai Panjang dengan lega. “Terima kasih telah mengobati istriku,” ucap Raja Harimau itu. Lalu dia memandangi Bimantara yang berdiri di samping Pendekar Sungai Panjang. “Maafkan atas kemarahanku. Sekarang kalian boleh pergi dari sini.”Bimantara dan Pendekar Sungai Panjang tampak lega mendengarnya.“Tapi sebelum pergi, ada satu hal yang ingin aku serahkan padamu, Tuan Tabib,” ucap Raja Harimau itu.Pendekar Sungai Panjang pun heran.“Apa itu?” tanya Pendekar Sungai Panjang dengan heran.“Tunggu sebentar,” jawab Raja Harimau itu lalu menoleh pada bangsanya. Salah satu siluman harimau itu pergi, tak lama kemudian dia datang kembali membawa sebuah kitab. Dia menyerahkan kitab itu pada Raja Harimau. Raja Harimau mendekat ke pendekar sungai panjang.“Aku tahu, kami sangat menjunjung tinggi perjanjian para leluhur kami dengan bangsamu. Bahkan kita hidup berdampingan di tanah yang sama. Para leluhur kami melarang manusia menginjak bukit ini karena tidak m
Bimantara dan Pendekar Sungai Panjang pun berhasil keluar dari gerbang perbatasan itu. Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju kediamannya. Pendekar Sungai Panjang menoleh pada Bimantara. Dia masih sangat penasaran dengan kitab yang diterimanya.“Sepertinya Maha Dewa telah banyak mengajarkanmu,” ucap Pendekar Sungai Panjang penasaran. “Kau lebih tahu tentang kitab dari para leluhur itu.”“Aku tidak tahu mengenai kekuatan apa yang ada di dalam kitab itu,” sahut Bimantara. “Di dalam kitab petunjuk tentang para panglima pun tidak dijelaskan kau memiliki kekuatan selain ahli dalam seni pengobatan.”“Aku sungguh penasaran. Rasanya tidak mungkin aku tidak belajar ilmu bela diri secara langsung, tapi dengan aliran cahaya itu aku akan menguasai semuanya,” ucap Pendekar Sungai Panjang.Bimantara pun berhenti berjalan. Pendekar Sungai Panjang pun berhenti dengan heran. Seketika Bimantara mengarahkan pukulannya ke dada Pendekar Sungai Panjang, lalu dengan sigap pendekar itu menangkis pukulannya
Naga itu mendarat di sebuah negeri berkabut. Bimantara turun bersama Raja Dawuh, Bahari dan Pendekar Sungai Panjang dari punggung naga. Setelah itu, naga yang membawa mereka ke sana kembali terbang meninggalkan tempat itu. Bimantara mengitari sekitar. Tak ada yang bisa mereka lihat di tempat itu kecuali kabut putih. Negeri itu begitu dingin. Hawa dinginnya terasa menusuk tulang. Sesekali terdengar suara burung gagak di kejauhan.“Di mana kita, Bimantara?” tanya Raja Dawuh heran.“Inilah sebuah negeri di mana Pendekar Dua Alam tinggal,” jawab Bimantara.Bahari dan Pendekar Sungai Panjang tampak penasaran.“Apakah dia dari golongan bangsa roh?” tanya Bahari.“Dia manusia biasa,” jawab Bimantara. “Dia disebut para dewa sebagai pendekar dua alam karena mampu membangkitkan roh-roh baik nan sakti untuk kembali hidup.”Pendekar Sungai Panjang semakin penasaran mendengar itu.“Membangkitkan orang mati?”“Ya,” jawab Bimantara. “Sepertinya para Dewa menghendakinya bergabung denganku hanya karen
Bimantara tampak bingung setelah itu. Bahari, Raja Dawuh dan Pendekar Sungai Panjang menunggu keputusan berikutnya.“Kita harus kemana sekarang, Bimantara?” tanya Raja Dawuh.Bimantara pun tampak bingung karena tidak bisa menerawang keberadaan Pendekar Dua Alam di sana.“Aku tidak tahu di mana keberadaan Pendekar Sungai Panjang. Aku tidak bisa menerawang di tempat ini. Harusnya kita harus menyisakan satu diantara para prajurit yang telah mati ini,” jawab Bimantara.Pendekar Sungai Panjang pun memperhatikan satu persatu mayat-mayat para prajurit yang telah mati itu. Dia tampak terkejut melihat pakaian yang dipakai mereka. Apalagi saat melihat sebuah koin emas yang terjatuh dari saku pakaian salah satu prajurit yang dilihatnya. Pendekar Sungai Panjang pun meraih koin emas itu lalu memeriksanya. Sesaat kemudian dia tampak mengernyit heran.Bimantara, Bahari dan Raja Dawuh pun heran melihat Pendekar Sungai Panjang seperti terkejut menatap koin emas di tangannya.“Ada apa?” tanya Bahari he
“Kenapa kau tidak mau menjadi Chandaka Uddhiharta?” tanya Bimantara.“Maha Dewa tidak mendengar keinginanku,” jawab Pendekar Dua Alam.“Apa keinginanmu? Aku akan membantumu memohon pada Maha Dewa untuk mewujudkannya asal kau mau bergabung dengan kami,” ujar Bimantara.Pendekar Dua Alam tertawa.“Aku saja tidak dikabulkannya, apalagi kau yang masih bau kencur,” ucap Pendekar Dua Alam meremehkannya.Raja Dawuh tampak kesal mendengar itu, namun dia berusaha untuk sabar. Jika dia marah, sudah pasti Bimantara akan mengingatkannya. Raja Dawuh memilih menahan rasa kesalnya.“Bagaimana jika aku berhasil?” tantang Bimantara.“Silakan! Jika kau berhasil, aku berjanji akan membantumu sepenuh hatiku dan aku akan tunduk padamu,” ucap Pendekar Dua Alam yang masih tampak meremehkannya.“Apa yang kau inginkan dari Maha Dewa?” tanya Bimantara memastikan.Pendekar Dua Alam berjalan mendekat ke Bimantara sambil menatap kedua bola matanya dengan lekat. Dia berhenti tepat di hadapan Bimantara. Sementara R
Pendekar Dua Alam tampak menunggu Bimantara bersama Bahari, Raja Dawuh dan Pendekar Sungai Panjang. Kabut masih tampak tebal di sana. Semua menunggu, namun Bimantara belum datang juga. Bahari menatap Pendekar Dua Alam dengan lekat. Dia seperti ingin bertanya sesuatu.“Memangnya begitu pentingkah kau meminta maaf pada istrimu yang telah tiada?” tanya Bahari dengan heran.“Kau tidak mengerti, sebaiknya jangan kau tanyakan itu,” ucap Pendekar Dua Alam.“Aku belum merasakan apa itu cinta, makanya aku penasaran,” celetuk Bahari.Pendekar Dua Alam menatap satu persatu ketiga Panglima itu. Dia menyunggingkan senyum sedikit.“Apa kalian tidak tahu siapa kalian di masa lalu?” tanya Pendekar Dua Alam pada mereka semua.Bahari, Raja Dawuh dan Pendekar Sungai Panjang mengernyit bersamaan.“Masa lalu?” tanya Raja Dawuh yang mulai tertarik dengan pertanyaan itu.“Iya, kalian di masa lalu.” Pendekar Dua Alam menegaskan.“Maksudmu kita ini wujud reinkarnasi dari masa lalu?” tanya Pendekar Sungai Panj