Beranda / Pendekar / Bimantara Pendekar Kaki Satu / 490. Perguruan Tersembunyi

Share

490. Perguruan Tersembunyi

Penulis: Hakayi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-28 19:02:18

“Di mana tempat itu berada?” tanya Pendekar Burung Merpati dengan penasarannya pada Bimantara. Jika memang benar apa yang dilihat Bimantara dalam penerawangannya, sungguh itu menjadi sebuah pukulan baginya. Dialah yang bertugas mengawasi daratan Manggala dari langit. Sang Raja pasti akan sangat marah padanya jika pendekar itu luput akan hal itu.

“Salah satu perguruan itu ada di dekat sini,” jawab Bimantara.

Pendekar Burung Merpati terkejut mendengarnya.

“Kalau begitu, coba kamu cek ke sana dengan kekuatanmu,” pinta Pendekar Gunung Nun. “Bagaimana jika perguruan itu dibentuk oleh para pengkhianat di kerajaan ini, yang sewaktu-waktu mereka dapat menyerang kita. Atau bagaimana jika mereka ternyata pengikut Bubungkala? Saat Bubungkala keluar dari kurungannya, merekalah yang akan menjadi tentaranya?”

Mendengar itu Pendekar Burung Merpati tampak khawatir.

“Baiklah, aku akan mencoba mengeceknya,” jawab Pendekar Burung Merpati.

“Pergilah,” pinta Bimantara.

“Siap, Tuan Panglima!” Pendekar Buru
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   491. Rencana Padama Selanjutnya

    Pangeran Padama tampak bingung. Dia mengumpulkan para Tetua di dalam gua itu. Dia ingin berdiskusi dengan mereka atas masalah yang kini sedang terjadi. Bagaimana pun dia sudah merahasiakan perguruan-perguruan yang sudah dibentuknya selama ini. Dia pun telah menggunakan mantra agar tidak ada siapapun di negeri itu yang dapat melihat bangunan dan para murid-murid yang belajar di perguruan itu. Rupanya Bimantara mampu melihatnya dan mampu menyingkap tirai mantra itu hingga kini diketahui para pendekar terbaik istana.“Aku tidak ingin mereka menghancurkan perguruan kita sebelum Bubungkala berhasil kita keluarkan dari dalam kurungannya,” ucap Pangeran Padama. “Aku ingin mendengar pendapat kalian semua. Apa yang sebaiknya aku lakukan sekarang ini?”Para Tetua itu tampak bingung. Karena baru saja mereka telah berhasil menjadikan Wakil Panglima Indra sebagai mata-mata, kini malah masalah besar menghalangi misi mereka selanjutnya.Satu Tetua berdiri. Dia menatap Pangeran Padama dengan penuh ho

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-29
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   492. Murka Sang Raja

    “Jangan mengada-ngada!” teriak Bimantara sekali lagi.Seketika para murid berdatangan mengelilingi mereka lalu berlutut di hadpaan Bimantara.“Kalau tidak percaya, tanyakan saja pada semuanya, Guru Besarku,” ucap Kepala Perguruan itu.Bimantara pun melihat ke sekitar. Dia melihat murid-murid di perguruan itu tampak berlutut di hadapannya.“Aku tidak kenal kalian semuanya!” teriak Bimantara.“Ampun, Maha Guru. Kami adalah murid-muridmu. Kami kira Maha Guru masih mengenal kami saat Maha Guru terpaksa harus hilang ingatan karena menyelamatkan kami,” ucap salah satu murid di perguruan itu.Mendengar itu, Bimantara semakin terbelalak. Seketika Pendekar Burung Merpati langsung mencabut pedangnya dan mengarahkannya pada Bimantara.“Rupanya kau selama ini adalah pengkhianat di kerajaan ini!” teriak Pendekar Burung Merpati dengan geramnya.“Aku tidak kenal siapa mereka dan aku yakin ini mengada-ada!” tegas Bimantara.“Pantas saja Yang Mulia Raja memintaku untuk mengawasimu dan melihat siapa di

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-29
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   493. Kuda Putih dan Penunggangnya

    Putra Mahkota mendatangi kediaman Putri Kidung Putih dengan wajah cemasnya. Putri tampak heran melihatnya. “Ada apa, Kakakku?” tanya Putri Kidung Putih dengan heran. “Pendekar Gunung Nun dan Pendekar Burung Merpati mengatakan bahwa Bimantara selama ini telah membentuk perguruan secara diam-diam di setiap penjuru wilayah kerajaan,” jawab Putra Mahkota. Putri Kidung Putih terkejut mendengarnya. “Itu tidak mungkin,” ucap Putri tak percaya. “Aku juga tidak yakin. Ini pasti ada sesuatu di balik ini semua. Ini pasti ulah pengkhianat kerajaan yang tidak terima melihat Bimantara diterima di kerajaan ini,” ucap Putra Mahkota. Putri semakin cemas mendengar itu. “Lalu di mana sekarang Bimantara?” “Aku tidak tahu. Yang Kudengar dia ditinggalkan di tempat perguruan itu oleh Pendekar Gunung Nun dan Pendekar Burung Merpati. Sekarang Ayah tengah menjaga ketat istana ini dan mengangkat Indra menjadi Panglima Tertinggi kembali,” jawab Putra Mahkota. Putri terbelalak mendengarnya. “Berarti Bima

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-29
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   494. Tiba di Gerbang Istana

    Bimantara tiba di hadapan gerbang istana dengan kuda putihnya. Dia menghentikan kudanya saat melihat di hadapan gerbang istana itu sudah berdiri Panglima Indra, Pendekar Gunung Nun, Pendekar Burung Merpati, Pendekar Bunga Teratai dan Pendekar Pasir Putih yang sudah siap dengan senjata masing-masing untuk menangkapnya. Di belakang kelima manusia tersakti di istana itu berdiri berbaris-baris prajurit.Di atas gerbang istana itu tampak berdiri Sang Raja yang sedang duduk menunggunya. Di kanannya tampak Pangeran Kedua berdiri menatapnya dengan geram.Bimantara turun dari kudanya lalu berlutut menghadap Sang Raja.“Ampun, Yang Mulia! Semua ini hanyalah fitnah. Perguruan-perguruan itu bukan hamba yang membentuknya. Hamba tidak tahu siapa mereka!” ucap Bimantara menjelaskan pada Sang Raja.Sang Raja geram mendengarnya.“Aku sudah tidak percaya lagi padamu!” tegas Sang Raja. “Pantas saja banyak misteri yang meliputimu! Sekarang aku mengharamkanmu untuk menginjak istana ini kembali dan menyent

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-30
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   495. Serbuan Anak Panah

    Bimantara masih tengah bertarung dengan kelima pendekar terbaik istana itu. Kaki cahaya naganya menyala. Dia dapat melihat dengan jelas pergerakan Panglima Indra yang tengah menggunakan jurus menghilangkan tubuhnya. Dia terus saja bertahan dari segala serangan. Seketika dia berputar lalu terbang rendah. Naluri jurus tendangan seribunya datang. Dengan cepat Bimantara menghilang dari hadapan kelima pendekar itu lalu satu persatu terpelanting jauh hingga tersungkur ke atas tanah.“Siapkan anak panah!” teriak Sang Raja.Para prajurit yang berbaris di depan gerbang istana itu pun mulai mengangkat anak panah dan bersiap mengarahkannya ke Bimantara. Bimantara menoleh pada para prajurit itu. Dia bersiap jika anak panah itu meluncur ke arahnya.Panglima Indra berdiri sambil menahan sakit di dadanya. Begitupun keempat pendekar lainnya. Mereka tampak sangat kewalahan menghadapi Bimantara yang sendirian itu.“Menyerahlah!” teriak Panglima Indra pada Bimantara.Bimantara pun menoleh ke arah pangli

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-30
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   496. Serangan dari Dewa Angin

    Dewa Angin datang membuat gelombang laut di bawahnya kian membesar. Tak lama kemudian Dewa Air keluar dari persemayamannya dengan heran.“Ada apa lagi?” tanya Dewa Air dengan heran.“Segera kau kembalikan ingatan Bimantara!” tegas Dewa Angin.Dewa Air tertawa.“Sudah kubilang, jangan ikut campur dengan urusanku! Anak pincang itu sedang berada di dalam pengawasanku. Masamu bersama dia telah selesai. Sekarang Maha Dewa tengah menugaskan aku untuk membimbingnya,” tegas Dewa Air.“Tidakkah kau melihat, ulahmu ini telah memperlambat tugasnya sebagai Chandaka Uddhiharta. Seharusnya Bubungkala sudah lama mati di tangannya, sekarang kau malah mengulur waktunya dan membuat penghuni kerajaan itu menciptakan makar padanya!” ucap Dewa Angin dengan amarah.“Aku memiliki perhitungan atas ini! Kau tenang saja!”“Sampai kapan? Sampai kelima anak raja iblis lainnya keluar bersamaan dari kurungannya?!”Dewa Air tertawa.“Bersabarlah dan percayakan saja padaku!”Dewa Air langsung menghilang dari hadapan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-30
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   497. Membenci Kenyataan

    Bimantara keluar dari rumah Tabib itu. Kedua tangannya mengepal kuat. Dia membenci semuanya. Dia benci telah dibohongi Sang Putri hingga menikah dengannya. Dia benci pada semua keadaan yang telah memanfaatkan dirinya hingga memfitnahnya.“Bimantara! Bimantara!” Suara teriakan dari Sang Putri di dalam sana masih terus terdengar.Bimantara kembali melangkah. Seketika angin puting beliung datang. Dia ternganga melihat puing-puing pepohonan berputar di atas langit. Tak lama kemudian kepalanya terasa sakit. Bimantara terduduk lemah sambil menahan sakit di kepalanya.Seketika semua ingatannya kembali. Ingatan saat pertama kali memasuki Perguruan Matahari, Ingatan bagaimana dia terdampar di pulau itu. Ingatan akan Dahayu. Ingatan akan Para Dewa yang telah memilihnya menjadi Chandaka Uddhiharta. Dan Ingatan saat dia hendak pergi dari daratan itu lalu dihalangi oleh Dewa Air. Seketika Bimantara mengerti, Dewa Air lah yang menghilangkan ingatannya agar Bimantara kembali pada pendiriannya dan ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-01
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   498. Ingatan Tentang Dahayu

    “Tunggu!” teriak Bimantara sekali lagi dengan tertatih mengejar gadis itu. Gadis itu terus saja berlari menembus rerumputan di kiri dan kanannya.“Tunggu aku dan tunjukkan siapa dirimu sebenarnya?” teriak Bimantara sekali lagi.Gadis itu berhenti. Bimantara pun berhenti mengejarnya dengan napas tak beraturan. Keringat mengalir di dahinya. Usahanya membuahkah hasil. Dia sangat penasaran siapa gadis itu sebenarnya.“Siapa kamu? Kenapa kamu selalu datang dalam mimpiku?” tanya Bimantara. Ya, gadis itu memang selalu ada dalam mimpinya saat dia kehilangan ingatannya selama ini.Gadis itu akhirnya menoleh. Dia tersenyum pada Bimantara. Bimantara terkejut saat mengetahui ternyata gadis itu adalah Dahayu.“Dahayu?” ucap Bimantara tak percaya.“Berhentilah mengejarku Bimantara,” pinta Dahayu.Air mata Bimantara kembali menetes melihatnya.“Bagaimana aku bisa berhenti, sementara hatimu masih berada di dalam hatiku?” tanya Bimantara sambil terisak.“Semua sudah tidak sama. Alam kita sudah berbeda

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-01

Bab terbaru

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   582. ENDING : Pertemuan di Nusantara

    Bimantara berjalan dengan tongkat hitamnya di pedesaan pinggir laut itu. Dia sudah tidak lagi menggunakan kaki cahaya naganya. Dia melihat di pulau seberang sudah tidak ada lagi bangunan tinggi yang memiliki menara yang menjulang. Bagunan Perguruan Matarhari telah lenyap di sana. Perkampungannya tampak sunyi. Beberapa rumah tampak sudah hancur berkeping-keping. Hanya ada beberapa rumah yang tampak baik-baik saja.Bimantara tidak tahu siapa yang masih hidup di negeri itu. Setelah dia memeriksa tiga kerajaan Nusantara yang hancur berkeping-keping, dia mengendalikan naganya untuk kembali ke kampung halamanannya.Bimantara berdiri di sisi tebing itu. Dia teringat saat menemui Dahayu di sana dahulu."Tahun depan aku akan menjadi murid di sana!" ucap Bimantara tiba-tiba. Memecah lamunan tiga remaja di hadapannya itu. Seolah ingin menunjukkan pada Dahayu bahwa tanpa kaki satu, dia masih layak mengejar impiannya. Tiga remaja itu menoleh ke arah Bimantara bersamaan. Saat menyadari yang bicara

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   581. Perang Besar Terakhir 8

    Setelah itu keadaan menjadi hening. Putra Mahkota Iblis dan keempat saudaranya benar-benar sudah mati. Bahari tersenyum.“Sekarang aku bisa mati dengan tenang,” ucap Bahari.Bahari pun memejamkan matanya. Kini Bimantara, Tanaka, Pendekar Dua Alam dan Pendekar Sungai Panjang kembali merasakan dingin.Sementara Bimantara langsung berlari menuju Raja Dawuh yang tidak lagi bernyawa itu. Dia memeriksa tubuhnya. Denyut nadinya sudah berhenti. Bimantara menangis sambil memeluk mayatnya.“Maafkan aku yang tidak bisa menjagamu!” isak Bimantara.Tanaka, Pendekar Dua Alam dan Pendekar Sungai Panjang berjalan mendekat ke arahnya.“Kita sudah berhasil Bimantara,” ucap Tanaka.Bimantara pun menutup mata Raja Dawuh lalu berdiri di hadapan ketiga Panglimanya yang tersisa itu.“Tapi kita tidak berhasil mencegah mereka menghancurkan setiap kerajaan di atas muka bumi ini,” ucap Bimantara menyayangkannya. “Dan aku tidak berhasil menjaga Bahari dan Raja Dawuh.”“Aku yakin mereka akan tenang di nirwana kar

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   580. Perang Besar Terakhir 7

    “Aku bisa melakukannya tanpa harus membangkitkan Dahayu kembali,” ucap Bimantara.Pendekar Dua Alam mengernyit mendengarnya.“Cahaya di tubuh Dahayu sangat berguna untukmu, Bimantara. Jika cahaya kalian menyatu maka tidak ada satupun yang bisa melawan kalian, termasuk para Iblis itu,” protes Pendekar Dua Alam.“Dahayu telah mengalirkan cahayanya kepadaku,” ujar Bimantara.“Tapi cahayanya telah menyusut di tubuhmu,” protes Pendekar Dua Alam.Raja Dawuh pun bangkit.“Jika kau menolaknya karena sudah mengkhianatinya, aku rasa Dahayu akan mengerti, Bimantara. Kita tidak memiliki cara lain untuk membunuh mereka!” tambah Raja Dawuh.“Jangan paksa aku!” teriak Bimantara.Bimantara pun mengeluarkan tenaga dalamnya, dia pun langsung mengalirkannya pada Pendekar Dua Alam, Raja Dawuh, Bahari, Pendekar Sungai Panjang dan Tanaka.“Jangan lakukan itu, jika tidak tenagamu akan habis!” protes Tanaka yang menerima aliran tenaga dalam dari Bimantara.Bimantara tidak menggubris perkataan Tanaka. Tenaga

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   579. Perang Besar Terakhir 6

    “Jangan menangis,” pinta Ki Walang.“Aku tidak berhasil menjadi Chandaka Uddhiharata, Tuan Guru,” isak Bimantara. “Dunia sudah dihancurkan anak-anak iblis itu. Tiga kerajaan Nusantara telah habis terbakar, juga istana-istana di kerajaan lain. Sebentar lagi semua manusia akan mati. Mungkin aku juga akan mati. Padahal aku sudah membawa kelima Panglima terbaik di dunia ini.”“Apakah seperti ini akhirnya seorang murid yang sangat aku banggakan itu?” ucap Ki Walang sedikit marah. “Dahulu aku kagum padanya karena keterbatasannya dia memiliki cita-cita begitu agung untuk menjadi seorang pendekar yang berguna bagi sesama. Pahadal dia hanya memiliki kaki satu, tapi dia ingin memiliki jurus tendangan seribu.”Bimantara terdiam mendengar itu.“Hal yang tidak mungkin. Siapapun yang mendengarnya pasti akan tertawa karena ketidakpercayaannya. Tapi aku percaya akan itu. Akhirnya aku ajarkan semua ilmuku padamu. Dan kini, kau mengeluh disaat nyawa masih berada di dalam ragamu?!” teriak Ki Walang.“Ap

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   578. Perang Besar Terakhir 5

    Bimantara kembali menyerang Putra Mahkota Iblis yang tampak geram. Dia menggunakan segala jurus yang dia punya untuk melawannya. Sekuat tega Bimantara lakukan sendirian untuk melawannya. Berbagai serangan yang dilakukan Bimantara berhasil dilawannya dengan baik. Bimantara tampak kewalahan dan hampir saja kehilangan tenaga.“Kita harus membantunya,” pinta Raja Dawuh yang tampak khawatir pada Bimantara.“Aku tahu kau seorang raja,” sahut Tanaka. “Tapi yang paling penting dari sebuah tim adalah mengikuti arahan Pimpinannya. Sekarang kau bukan seorang raja lagi. Kau harus mengikuti permintaan Bimantara yang meminta kita menjaga Pendekar Dua Alam sampai dia selesai melakukan ritualnya. Nyawa kita sekarang untuk Pendekar Dua Alam.”“Tapi dia bisa mati melawan Putra Mahkota Iblis itu sendirian,” ucap Raja Dawuh semakin khawatir.“Percaya saja,” pinta Tanaka menenangkannya.Sementara Pendekar Sungai Panjang masih berusaha menggunakan tenaga dalamnya untuk mengembalikan tulang-tulang yang pata

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   577. Perang Besar Terakhir 4

    Bimantara terbang ke atas langit. Tubuhnya mengeluarkan cahaya. Sesaat kemudian dia meluncur ke bawah lalu menggunakan jurus tendangan seribunya untuk menghalau roh-roh hitam yang menyerang mereka. Satu persatu dari roh-roh hitam itu terpelanting jauh dan terbakar.Bahari dan Pendekar Sungai Panjang terngaga melihatnya. Bimantara pun kembali mendarat di dekat mereka dengan sorot mata yang masih menyala. Putra Mahkota Iblis di dalam benteng itu tampak geram. Dia berteriak lalu mengeluarkan cahaya di tubuhnya. Gemanya hampir saja memecahkan dinding pembatas tak terlihat.“Sekarang saatnya kau harus memecahkan dinding pembatas tak terlihat itu,” pinta Bahari.Bimantara mengangguk.“Semuanya segera bersiap!” pinta Bimantara pada kedua Panglima yang menemaninya itu.Bahari dan Pendekar Sungai Panjang mengangguk. Mereka pun sudah bersiap dengan jurus masing-masing.Bimantara menoleh pada Tanaka dan Raja Dawuh yang masih menjaga Pendekar Dua Alam yang sedang membangkitkan para pendekar sakti

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   576. Perang Besar Terakhir 3

    Putra Mahkota Iblis itu berhenti berlari menuju benteng yang terbuka itu. Iblis itu menatap kepada empat saudaranya yang ikut berhenti.“Berpencarlah kalian semuanya,” pinta Putra Mahkota Iblis. “Hancurkan semua kerajaan di muka bumi ini! Biar aku saja yang menghadapi musuh kita di depan benteng sana!”“Tapi mereka telah membunuh adik bungsu kita,” protes salah satu dari mereka. “Kita harus bersama-sama membunuh mereka sebelum kita keluar dari negeri ini dan menghancurkan semua kerajaan di atas muka bumi ini!”“Diriku sendiri sudah cukup untuk membunuh semuanya! Ikuti perintahku jika kalian masih menganggapku sebagai pengganti Raja!” teriak Putra Mahkota Iblis itu pada adik-adiknya.“Baiklah,” jawab salah satu dari mereka.Empat anak-anak Iblis yang perkasa itu pun langsung melompati benteng yang luas nan tinggi itu. Mereka berpencar ke empat penjuru untuk menghancurkan kerajaan-kerajaan di berbagai wilayah.Sementara Bimantara di luar benteng itu tampak terkejut melihat para Iblis it

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   575. Perang Besar Terakhir 2

    “Biar aku saja yang menghadapinya,” ucap Tanaka pada Bimantara.Bimantara mengangguk. Tanaka pun langsung melompat dari punggung naga lalu terbang melawan Pendekar Tombak Angin. Tanaka mengeluarkan golok hitamnya, sementara Pendekar Tombak Angin mengeluarkan pedangnya. Mereka berdua bertarung di atas langit.Bimantara menoleh pada Bahari, Pendekar Sungai Panjang, Pendekar Dua Alam dan Raja Dawuh.“Kalian serang prajurit mereka!” perintah Bimantara.Keempat Panglimanya itu mengangguk. Mereka langsung mengendalikan naga masing-masing lalu naga-naga yang ditunggangi mereka itu menghembuskan api dari mulut mereka untuk membakar ribuan prajurit yang berusaha memecahkan benteng tinggi itu. Sebagian prajuritnya mati terbakar karenanya. Para prajurit yang lain berusaha menyerang mereka dengan senjata masing-masing.Dengan sigap Raja Dawuh menggunakan kekuatannya untuk melelehkan pedang dan senjata lainnya yang digunakan para prajurit itu. Seketika senjata mereka meleleh.Sementara Bimantara l

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   574. Perang Besar Terakhir 1

    Ribuan burung besar yang membawa Pendekar Tombak Angin dan pasukan roh-nya telah tiba di daratan negeri salju itu. Angin dingin berhembus menusuk tulang. Pendekar Tombak angin yang berada paling depan di punggung burung besar itu tampak menggigil. Ribuan tentaranya pun tampak kedinginan. Burung-burung besar itu pun tampak sudah lemah memasuki negeri salju itu, mereka tidak kuat akan dinginnya negeri itu.Pendekar Tombak Angin melihat patung es raksasa yang sedang memegang tongkat di hadapan benteng tinggi yang memutih. Ribuan prajurit di dekatnya pun mematung, mereka bagai patung es yang dipahat oleh seorang seniman yang masyhur.“Apakah dia Bubungkala?” tanya Pendekar Tombak Angin pada tiga makhluk hitam yang kedinginan di dekatnya. Tiga makhluk hitam itu terbang mengikutinya.“Benar, Tuanku,” jawab Makhluk hitam itu. “Dia yang paling bungsu dari ke enam saudara Iblismu.”Pendekar Tombak Angin tampak tidak kuat lagi karena dinginnya tempat itu.“Sekarang keluarkan batu dari neraka it

DMCA.com Protection Status