Pagi itu di rumah keluarga Agung Wijaya.
"Mbak Ira! Mana bibi dan Hilya?" tanya Satya saat melihat hanya Mbak Ira yang ada di dapur.
"Bibi, di kamar mandi. Kalau Mbak Hilya di kamar Non Clara, Tuan."
"Ooh!"
Satya yang saat itu membawa sebuah kantong plastik berisi sesuatu, bergegas keluar dari ruangan itu, setelah mendengar jawaban dari Mbak Ira.
Laki-laki yang sudah berpakaian rapi itu, melangkah menuju kamar keponakannya.
"Clara! Seandainya nanti, kakak pergi dari rumah ini, Clara harus tetap jadi anak baik ya! Rajin salat doain mama, papa! Rajin belajar! Nurut sama Oma dan Om! Terus kalau ada Neny baru, Clara tidak boleh kasar!"
Terdengar Hilya menasehati Clara saat menyisir rambut gadis kecil itu.
"Memang, Kak Hilya mau pergi ke mana? Kak Hilya nggak boleh pergi kemana-mana!"
Hilya mulai melangkah duduk di hadapan Clara, memasangkan sepatu gadis kecil itu, setelah selesai menyisir rambutnya.
"Sayang! Hid
Saat ini Satya dan Hilya sudah berada di lobby hotel.Tampak sopir mereka menggendong Clara yang sudah tertidur."Selamat malam, Pak!"Terlihat semua karyawan di hotel itu menyapa Satya dengan sopan seraya menganggukkan kepala."Kamar sudah siap, Pak. Mari!" kata seorang manager hotel dengan mengantar Satya dan Hilya menuju kamar.Sementara di belakang mereka seorang kurir mengikuti langkah mereka membawa barang-barang Satya dan Hilya."Satya!"Tiba-tiba dari arah yang berlawanan seorang laki-laki bertubuh atletis, berkulit hitam manis menyapa Satya, dan kemudian memeluknya."Selamat malam Hilya!" sapanya pada Hilya yang saat itu tengah berdiri tidak jauh di belakang Satya.Hilya tidak menyahuti sapaan laki-laki itu, dia hanya tersenyum sinis."Ternyata, aura wanita yang sedang hamil itu berbeda. Terlihat lebih segar dan cantik!" puji laki-laki itu pada Hilya sembari melirik Satya.Hilya kembali tersenyum s
Sepertinya Clara cukup menikmati liburannya di hotel pamannya itu.Seharian ini, Hilya menemani Clara berenang dan berjemur di sebuah kolam renang yang pemandangannya mengarah ke pantai.Indah dan nyaman memang suasana alam yang ada di kawasan hotel ini. Dan meski tidak ikut bermain air dengan Clara di dalam kolam, namun Hilya cukup menikmati suasana indah di tempat ini."Kak Hilya, aku sudah selesai!" kata Clara sembari menghampiri Hilya yang duduk di samping kolam renang menemaninya.Dipakaikannya kimono handuk ke tubuh Clara oleh Hilya."Ayo mandi air hangat di kamar!" kata Hilya sembari menggandeng gadis kecil tersebut untuk kembali ke kamar hotel.Setelah sampai di kamar. Hilya segera mengurus gadis kecil itu, membantunya mandi hingga memakaikannya baju.Tidak terasa magrib pun menjelang.Hilya mengajak Clara untuk sholat magrib berjamaah dengannya seperti biasa."Kak, aku lapar!" rengek Clara setelah mereka melakuk
Beberapa menit setelah Hilya dan Clara sampai di kamar, tiba-tiba seorang pelayan hotel datang mengantarkan makanan untuk mereka berdua."Terima kasih!" kata Hilya dengan tersenyum kepada tiga orang pelayan hotel yang sudah menata makanan di mejanya."Sama-sama! Pesan Pak Dir, jika makanannya tidak cocok, atau Ibu butuh yang lain, bisa langsung menghubungi kami, kami akan siap melayani!" kata salah satu dari mereka, sebelum mereka berpamitan untuk pergi."Terima kasih, ini sudah cukup!" sahut Hilya.Setelah Pelayan itu pergi, Hilya dan Clara segera melahap berbagai menu makanan itu, mereka berdua terlihat sangat kelaparan."Eeee'k!"Terdengar Clara bersendawa setelah menghabiskan beberapa piring makanan yang ada di meja."Alhamdulillah!" sahut Hilya dengan tersenyum saat melihat gadis kecil itu menutup mulutnya karena malu.Beberapa saat kemudian, terdengar suara seseorang mengetuk pintu.Hilya segera bangkit dari tempat
Terlihat Clarissa berdiri di depan kamar Satya dengan tangan dilipat di depan dada."Selarut ini kamu berada di kamar Clara?" tanya Clarissa menyeranga saat Satya tiba di depan pintu kamar hotelnya."Aku membacakan buku cerita untuk Clara," sahut Satya tenang."Bukankah Clara punya Neny, yang bisa membacakan dia cerita," ujar Clarissa kesal."Clarissa! Aku sengaja mengajak Clara ke sini untuk bersenang-senang. Jadi, tidak mungkin jika seharian penuh aku biarkan dia hanya bermain dengan Hilya," terang Satya dengan suara meninggi."Apa aku salah memperhatikan Clara, keponakan aku sendiri?" tanya Satya kemudian."Tolong kamu mengerti! Clara butuh aku sebagai pengganti orang tuanya!" Satya terdengar menurunkan nada suaranya yang semula meninggi."Okey! Aku minta maaf!" sahut Clarissa dengan meraih tangan Satya dan menyandarkan tubuhnya di dada bidang laki-laki itu."Sekarang! Ayo aku antar kamu ke kamarmu!" kata Satya kemudian deng
Satu jam, dua jam, tiga jam, hingga akhirnya meeting Satya dengan klien di hotel miliknya selesai."Tolong kamu urus Clarissa di kamarnya. Aku akan segera pulang menyusul Hilya," kata Satya lirih pada pria yang duduk di sebelahnya saat di ruang meeting."Iya," sahut laki-laki berkulit sawo matang itu sembari menutup laptop yang ada di hadapannya.Satya mulai melangkah keluar dari hotel megah berbintang miliknya, setelah acara meeting berakhir.Dia terlihat masuk ke dalam mobil mewah, yang dikemudikan oleh seorang sopir, dan mobil itu melaju cepat keluar dari area hotel.Sekitar tiga jam perjalanan, akhirnya mobil itu sampai tujuan.Satya bergegas keluar dari mobil setelah sampai di depan rumah mewah milik orang tuanya. Laki-laki itu berlari masuk ke dalam rumah, dengan memanggil-manggil asisten rumah tangganya."Bibi! Bibi!" seru Satya dengan berjalan menuju koridor yang mengarah ke dapur.Terdengar suara tangis dari kamar Clar
Pagi itu di rumah Dokter Melvina, tampak Hilya sedang membantu Mbok Nah menyiapkan sarapan untuk keluarga."Mbak Hilya istirahat saja! Jangan terlalu capek!" kata wanita paruh bawa itu."Nggak papa, Mbok! Aku capek kalau harus istirahat terus," sahut Hilya."Ya sudah, kalau begitu tolong bantu Mbok Nah menata makanan ini di meja!""Siap, Mbok!" sahut Hilya sembari membawa makanan yang sudah selesai Mbok Nah plating ke meja makan.Terlihat dokter Melvina sudah berada di meja makan pagi itu."Selamat pagi Hilya!" sapa dokter Melvina sembari tersenyum ketika melihat Hilya menata makanan di meja."Selamat pagi dokter."Hilya tersenyum."Jangan terlalu capek, ya!" pesan dokter Melvina kemudian.Hilya terlihat mengangguk sembari tersenyum."O,
Dokter Candra mulai melontarkan pertanyaan kepada mamanya, saat Hilya sudah tidak berada di meja makan."Mama! Apa mama tidak salah? Hilya itu masih terlihat sangat muda. Terlihat seperti gadis yang belum menikah. Apa mama yakin dia sedang hamil?""Mama dulu juga mengira seperti itu. Mama pikir, dia gadis yang sengaja kabur dari rumah karena hamil, dan pacarnya tidak bertanggung jawab. Ternyata dugaan mama salah. Setelah dia menceritakan semuanya pada mama. Mama percaya kalau gadis itu tidak berbohong!" ucap dokter Melvina.Dalam percakapan mereka tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu."Sayang! Sepertinya ada tamu, mama lihat dulu ya!"Dokter Melvina berlahan bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan menuju ruang tamu.Sementara dokter Candra, tampak melangkah menuju dapur rumahnya."Mbok Nah! Tolong buatkan aku teh, ya!" ujar dokter Candra.Hilya yang saat itu tengah membereskan piring kotor di dapur, menoleh ke
Hari telah berganti. Kini, pagi telah menjelang. Terlihat Hilya sedang merawat tanaman yang ada di halaman rumah dokter melvina."Hilya! Jangan terlalu capek, ya!" kata Dokter Melvina, saat dia hendak berangkat ke rumah sakit.Hilya menoleh ke arah dokter Melvina sembari mengangguk."Dokter!" seru Hilya saat dokter Melvina hendak masuk ke dalam mobil."Iya. Ada apa?"Hilya bergegas meletakkan selang air yang dia pegang, sembari berjalan cepat menghampiri dokter Melvina."Bagaimana tentang pekerjaan baru saya, Dok?" tanya wanita cantik itu."Nanti, ibu tanyakan lagi ya. Sekarang kamu jaga kesehatan, yang banyak makan, terus jangan kecapean!"Hilya mengangguk sembari tersenyum, saat mendengar pesan dari dokter cantik yang selama ini telah menolongnya."Hmmmh!"Terde