Share

Bab 20

Hilya berjalan menyusuri jalanan ibu kota setelah keluar dari apartemen milik Satya.

Air matanya terus mengalir.

"Ummi, Abah!" ucapnya lirih sembari menyeka air matanya yang tidak berhenti mengalir.

Wanita itu terus berjalan, hampir setengah hari dia berjalan, hingga akhirnya dia berhenti di sebuah halte.

Hilya duduk dan beristirahat di kursi halte yang membujur panjang. Hatinya masih diselimuti kesedihan. Dia duduk membungkuk dengan menutup kedua matanya. Terlihat wanita itu masih terisak tangis. Dan setelah beberapa menit kemudian baru dia mulai menegakkan kepalanya.

"Bagaimana aku bisa pulang, aku tidak memiliki uang sepeserpun," kata wanita itu dalam hati. "Ya Allah, beri aku jalan!" ucapnya lirih dengan meremas-remas jari jemarinya.

Hilya mulai merasakan sesuatu yang menempel di salah-satu jarinya.

"Ya Allah... Cincin ini. Iya, aku bisa menjual cincin ini," ucap Hilya dengan memperhatikan cincin pernikahan yang melingkar di jari

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status